JAKARTA, KOMPAS – Tim nasional polo air putra Indonesia yang disiapkan untuk SEA Games 2019 Filipina perlu memperkuat daya tahan dan kecepatan. Para atlet hanya kuat dan cepat di awal laga, dan kehilangan kekuatan dan kecepatan setelah paruh pertandingan.
Hal itu yang terlihat ketika timnas polo air putra Indonesia melakukan pertandingan persahabatan dengan tim Universitas Tsukuba, Jepang di Kolam Renang Senayan, Jakarta, Selasa (19/3/2019). Kendati hanya tim universitas, tim Tsukuba menaklukan timnas Indonesia, 28-14.
Pada dua babak pertama, timnas bisa mengimbangi permainan Universitas Tsukuba dan tidak pernah tertinggal lebih dari dua poin. Memasuki dua babak terakhir, Indonesia sudah tak mampu mengimbangi permainan tim asal Jepang itu sehingga perbedaan skor akhir sangat mencolok.
Pelatih tim Universitas Tsukuba Profesor Hideki Takagi mengatakan, pemain Indonesia kuat dan cepat di awal laga dan membuat timnya kerepotan. Namun, di pertengahan laga, stamina dan kecepatan pemain Indonesia menurun. Timnya pun bermain lebih leluasa dan banyak mencetak angka.
Menurut Takagi, Indonesia harus membenahi hal itu. Dalam polo air, kekuatan dan kecepatan adalah elemen dasar yang sangat menentukan hasil laga. Dia juga menilai pemain Indonesia butuh lebih banyak uji coba pertandingan internasional untuk menambah pengalaman, terutama kombinasi permainan. ”Pemain Indonesia punya potensi untuk berkembang asal bisa membenahi semua kelemahan tersebut,” ujarnya.
Tim Universitas Tsukuba diundang untuk dua pertandingan persahabatan dengan timnas, yakni Selasa dan Kamis (21/3/2019). Tim Universitas Tsukuba ini tengah bersiap menghadapi liga universitas di Jepang. Mereka menempati posisi kedua kejuaraan antar universitas di Jepang tahun lalu. Saat ini, satu pemainnya menjadi anggota timnas polo air Jepang.
Mencoba pemain muda
Pelatih timnas polo air Milos Sakovic berdalih, pada dua babak awal ia menurunkan semua pemain terbaik timnas sehingga skor tidak jauh berbeda. Pada dua babak akhir, ia menurunkan pemain yunior. Sakovic menilai, pertandingan itu sangat penting untuk Indonesia karena timnas minim latih tanding. Tidak ada tim seimbang untuk berlatih bersama di dalam negeri. Padahal, latih tanding dengan tim lebih baik sangat penting untuk mempraktikan hasil latihan, menimba ilmu baru, dan menambah jam terbang atlet.
Dari tim Jepang, mereka belajar cara bermain serangan balik cepat, reaksi yang bagus, dan tekanan tinggi. ”Pada waktu tertentu, gaya bermain seperti itu sangat dibutuhkan. Tetapi, saya tidak akan menjadikan tim Indonesia seperti Jepang. Yang lebih utama, saya ingin Indonesia punya banyak kombinasi permainan,” katanya.
Terkait persiapan SEA Games 2019, Sakovic berharap timnas bisa lebih banyak beruji coba dengan tim asing atau timnas lain. Bahkan, ia ingin Indonesia bisa berlatih di Serbia sekurangnya tiga bulan.
Adapun Indonesia bertekad untuk membuat sejarah di SEA Games, yakni meraih emas. Di pesta olahraga Asia Tenggara itu, Singapura mendominasi polo air, yakni meraih 26 emas sejak polo air ditandingkan pada SEA Games 1965.
”Kami berusaha untuk membuat kejuatan. Tiga tahun terakhir, perkembangan anak-anak sangat baik. Secara hasil, mereka bisa menahan imbang Singapura untuk pertama kalinya pada SEA Games 2017 Malaysia. Secara permainan, anak-anak pun berkembang sangat baik,” tuturnya.