Petualangan Xavier Rosset (43) keliling dunia dengan pesawat terbang berjenis trike. Hingga kini, dia sudah terbang ke 17 negara dan perjalanannya belum akan berhenti. Banyak rintangan dihadapi. Namun, setiap rintangan dihadapi dengan sukacita.
Oleh
PRAYOGI DWI SULISTYO
·4 menit baca
Jiwa petualang mantan atlet olahraga ekstrem snowboarding asal Swiss, Xavier Rosset (43), tak pernah padam. Seusai pensiun karena merasa tidak muda lagi, ia melanjutkan petualangannya dengan berkeliling dunia menggunakan pesawat terbang berjenis trike.
Perjalanan Rosset dimulai sejak Juli 2017 dan ia beri nama ekspedisi Fly The World. Ia bertekad menghabiskan 400 harinya untuk terbang mengelilingi bumi di lima benua. ”Melalui perjalanan ini, saya hanya ingin mengajak orang untuk keluar rumah dan melihat dunia yang sesungguhnya,” kata Rosset saat ditemui di Jakarta, Rabu (26/6/2019).
Ekspedisi tersebut dibiayai oleh dirinya sendiri dari hasil bekerja sebagai pemandu wisata snowboarding di Pegunungan Alpen, Swiss. Rosset tinggal di Verbier, sebuah desa di dekat Pegunungan Alpen.
Ia melengkapi perjalanannya dengan perlengkapan elektronik untuk mendokumentasikan petualangannya. Rosset juga membekali dirinya dengan alat sistem keamanan ELT (emergency locator transmitter) sehingga posisi dirinya dapat terus terpantau.
Hingga kini, ia telah melintasi 17 negara, di antaranya, Afrika Selatan, Mesir, Arab Saudi, Pakistan, India, Myanmar, Thailand, Malaysia, dan Indonesia. Setelah dari Indonesia, ia berencana akan ke Timor Leste dan Australia. Selanjutnya, dia harus kembali dulu ke Swiss untuk mengumpulkan uang demi melanjutkan perjalanan berikutnya.
Ia sengaja menggunakan pesawat terbang berjenis microlight trike buatan Air Creation dari Perancis karena ingin merasakan kesegaran udara dan melihat secara jelas keindahan bumi dari ketinggian.
Ketua Asia Aero Flying Club Arif Nursilo menjelaskan, pesawat terbang yang ditumpangi Rosset seperti gantole, tetapi menggunakan mesin. Sayap, bingkai, dan baling menjadi satu kesatuan. Microlight trike menggunakan mesin empat tak dengan kecepatan 110 kilometer per jam.
Mesin tersebut berfungsi sebagai pendorong, tetapi untuk manuver sama seperti gantole. Pesawat terbang tersebut memiliki kapasitas tangki 70 liter. Dalam satu jam, ia bisa menghabiskan bahan bakar 15 hingga 20 liter.
Pesawat terbang microlight trike mampu terbang dengan ketinggian 10.000 kaki dari permukaan tanah. Namun, Rosset hanya menerbangkan pesawat terbangnya di ketinggian rata-rata 2.500 kaki dari permukaan tanah karena ingin melihat bumi dengan jelas.
Kembali ke Indonesia
Salah satu negara yang dikagumi Rosset adalah Indonesia. ”Indonesia mempunyai alam yang indah dengan langit yang segar dan gunung berapi yang banyak,” ujarnya.
Ia juga memuji keanekaragaman budaya Indonesia. Keberagaman budaya merupakan kekayaan yang tak ternilai.
Keindahan alam dan budaya itulah yang membuat dirinya memutuskan untuk kembali ke Indonesia meskipun tahun lalu ia pernah datang ke Indonesia untuk berwisata di Bali, Daerah Istimewa Yogyakarta, dan Jawa Tengah. Pada tahun 2018, Rosset memutuskan istirahat dari ekspedisinya dan memilih untuk jalan-jalan.
Dalam perjalanan ekspedisinya tahun ini, Rosset telah berkunjung ke Pekan Baru (Riau), Lampung, dan DKI Jakarta. Selanjutnya, ia berencana terbang ke Semarang (Jawa Tengah), Banyuwangi (Jawa Timur), Lombok (Nusa Tenggara Barat), serta Larantuka, Pulau Komodo, dan Pulau Alor (Nusa Tenggara Timur).
Dalam perjalanan tersebut, Rosset tidak hanya berkunjung dan membuat dokumentasi, tetapi ia mempelajari kekayaan alam, budaya, serta kehidupan manusia di tempat yang didatanginya. Rosset juga tinggal sendirian di sebuah pulau yang tidak berpenghuni.
Salah satu pulau tak berpenghuni yang dikunjunginya adalah Pulau Lalang di Malaysia. Ia tinggal di pulau tersebut selama 72 jam dan hidup dari makanan yang dijumpainya di pulau tersebut seperti buah-buahan dan ikan.
Dalam video yang diunggah di Youtube, Rosset terlihat sedih ketika menemukan banyak sampah yang datang ke pulau tersebut. Sampah tersebut berasal dari wilayah perkotaan di seberang Pulau Lalang.
Tantangan
Perjalanan Rosset tidak selalu mulus, seperti ketika tiba di Lampung. Pesawat terbang yang ditumpanginya mengalami kerusakan. Salah satu mesin piston pesawat terbangnya tidak berfungsi sehingga ia harus mengangkutnya dari Lampung menuju Jakarta dengan menggunakan truk.
Akan tetapi, segala rintangan yang dihadapi Rosset selalu dibawanya dengan sukacita karena ia merasa selalu dibantu oleh setiap orang yang ditemuinya. Jiwa petualangannya yang tinggi membuat dirinya mampu terus bertahan dalam keadaan apa pun.
Sebelumnya, antara tahun 2008 hingga 2009 atau selama 300 hari, Rosset melakukan petualangan ekstrem dengan tinggal seorang diri di Pulau Tofua yang berada di negara Kepulauan Tonga. Negara tersebut terletak di sebelah timur Fiji, Benua Oseania.
”Saya melakukan hal tersebut bukan untuk menjauhi kehidupan sosial dengan menyendiri, melainkan saya ingin hidup bersama alam. Saya merasakan keindahan alam dan mensyukuri apa yang diberikan alam,” ujar pria yang pernah mencapai puncak kariernya sebagai 5 atlet snowboarding terbaik di dunia pada tahun 2005 tersebut.
Di pulau tersebut, Rosset hanya berbekal pisau, golok, dan kamera. Ia memakan rumput, dedaunan, buah-buahan, dan ikan. Salah satu pengalaman yang terus dikenang Rosset adalah ia dapat melihat keagungan gunung berapi yang berada di seberang pulau tersebut setiap hari.
Setelah melewati misi 300 hari tinggal di Pulau Tofua, kini ia bertekad untuk menuntaskan ekspedisi Fly The World pada Juli 2021. Selama menjalankan misinya, Rosset membagikan foto dan video di akun Instagram-nya, Xavier_rosset, saluran Youtube Xavier Rosset, dan situs www.flytheworld.ch.
Ia membagikan dokumentasi perjalanannya dengan tujuan untuk membuka mata manusia agar mau melihat keindahan alam. ”Keluarlah dari rumah, jangan hanya melihat televisi yang membuatmu merasa tidak aman, sedih, dan tidak bahagia. Lihatlah keindahan alam,” ujar Rosset sambil tersenyum.