Olympique Lyon menumbangkan Juventus 1-0 pada pertandingan pertama babak 16 besar Liga Champions Eropa, Kamis (27/2/2020), di Stadion Groupama, Perancis. Modal berharga bagi Lyon melakoni laga kedua di Turin.
Oleh
MUHAMMAD IKHSAN MAHAR
·4 menit baca
LYON, KAMIS — Pelatih Olympique Lyon Rudi Garcia terbukti telah menemukan antitesis dari pola permainan Juventus dibawah asuhan Maurizio Sarri. Sebuah gol dari gelandang Lucas Tousart di laga pertama babak 16 besar Liga Champions Eropa, Kamis (27/2/2020) di Stadion Groupama, Perancis, memberikan kemenangan pertama Lyon atas ”Si Nyonya Besar”.
Dalam pertandingan itu, Garcia tidak memaksa anak asuhannya untuk menguasai bola lebih banyak dari Juve. Ia paham kualitas individu pemainnya masih kalah dibandingkan trisula lini tengah Juventus yang diisi Miralem Pjanic, Adrien Rabiot, dan Rodrigo Bentancur.
Oleh karena itu, Garcia menempatkan empat gelandang di sisi tengah lapangan. Tousart, Bruno Guimaraes, Karl Toko Ekambi, dan Houssem Aouar bertugas meredam aliran bola Juve serta berusaha melakukan serangan cepat ke jantung pertahanan Juve.
Dengan gaya permainan itu, skema sarriball yang diterapkan Juve dengan banyak menguasai bola terjebak dengan operan-operan yang gagal menembus lini pertahanan Lyon. Cristiano Ronaldo dan Paulo Dybala tidak bisa berbuat banyak akibat mendapat tekanan ekstra dari pemain Lyon ketika menguasai bola.
Di sisi lain, kecepatan kedua sayap Leo Dubois dan Maxwel Cornet menjadi senjata pembunuh Lyon yang memaksa dua bek sayap Juve, Alex Sandro dan Danilo, lebih fokus bertahan dibandingkan membantu serangan.
Lyon mendapat peluang emas pertama lewat sepakan pojok pada menit ke-22. Sepakan Aouar disambut kepala Ekambi. Namun, bola masih membentur mistar gawang dan menjauh dari kotak penalti Juve.
Sembilan menit berselang, sebuah penetrasi dari Aouar di sisi kanan pertahanan Juve yang mengecoh Bentancur berbuah umpan matang bagi Tousart. Tanpa kesulitan, Tousart menyentuh bola untuk mengubah arah ”si kulit bundar” dan merobek jala gawang Juve yang dikawal Wojciech Szczesny.
Gol itu tidak lepas pula dari kecerdikan pemain Lyon memanfaatkan kelengahan lini belakang Juve karena bek tengah Matthijs de Ligt sedang menerima perawatan di sisi lapangan akibat luka di kepala.
Setelah unggul, Lyon bermain lebih taktis dan tanpa kompromi. Tak jarang, pemain Lyon menjegal pemain Juve. Total 16 pelanggaran dihasilkan anak asuhan Garcia, sedangkan Juve hanya 8 kali melanggar pemain ”Les Gones”.
Strategi Garcia membuat jalan pertandingan sesuai dengan keinginannya. Juve berhasil menguasai bola hingga 61 persen, tetapi hanya satu kali melakukan ancaman ke arah gawang Anthony Lopes. Secara total, Pjanic dan kolega melakukan 643 operan, sedangkan Lyon hanya menghasilkan 384 operan sepanjang laga.
Kemenangan itu menjadi raihan positif pertama Lyon ketika bersua juara Liga Italia itu. Dari lima pertemuan yang telah dilakoni, Lyon meraih satu kemenangan, satu kali seri, dan tiga kali tumbang.
Seusai laga, Garcia menilai, di babak pertama anak asuhannya menampilkan permainan cantik yang mampu menerapkan dengan sempurna strategi yang ia rencanakan. ”Tidak hanya bertahan dengan sangat baik, kami juga menjalankan rencana permainan secara apik di lapangan,” ujar Garcia, yang juga meraih kemenangan pertama sebagai pelatih saat melawan Juve, seperti dikutip laman resmi UEFA. Dari enam kali bersua dengan Juve, Garcia membawa anak asuhannya satu kali menang, satu imbang, dan empat kali kalah.
Di babak kedua, kata Garcia, sentuhan terbaik anak asuhannya hilang. Alhasil, Lyon fokus untuk mempertahankan keunggulan, terutama setelah Juventus menambah pemain depan dengan memasukkan Gozalo Higuain dan Federico Bernadeschi.
”Kami selalu berpikir bahwa kami mampu menumbangkan Juventus. Malam ini kami telah membuktikannya dengan banyak hasrat untuk bermain sempurna,” ujar Aouar, pemain terbaik dalam pertandingan itu.
Kemenangan di laga perdana belum membuat Aouar puas. Menurut dia, Lyon perlu menunjukkan penampilan yang serupa seperti di babak pertama pada laga kedua di Turin, tiga pekan mendatang.
Kekalahan pertama
Kegagalan mencetak gol dan kekalahan di Lyon menjadi penampilan terburuk Juve di Liga Champions musim ini. Dalam fase grup, anak asuhan Sarri hanya satu kali kehilangan poin penuh ketika ditahan imbang tuan rumah Atletico Madrid, 2-2, Oktober lalu.
Danilo mengakui Juve bermain buruk sehingga membiarkan Lyon menguasai laga di babak pertama. ”Di laga kedua, kami harus bermain dari menit pertama seperti yang telah kami tunjukkan di paruh kedua pertandingan ini. Kami harus beri penampilan terbaik di hadapan pendukung,” kata mantan pemain Real Madrid itu.
Sarri menilai, anak asuhannya terlalu lambat mengalirkan bola di babak pertama. Selain itu, katanya, Juve kurang memiliki determinasi dan agresivitas dalam menyerang serta bertahan pada 45 menit pertama laga.
”Kami tidak beruntung kebobolan ketika De Ligt mengalami perawatan karena cedera. Pada babak kedua penampilan membaik, tetapi itu tidak cukup untuk pertandingan fase gugur Liga Champions,” ujar pelatih kelahiran Naples, Italia, itu. (AFP)