New York menjadi kota paling terdampak pandemi Covid-19 di Amerika Serikat. Penyelenggara turnamen tenis Grand Slam AS Terbuka pun mempertimbangkan opsi penyelenggaraan turnamen tanpa penonton.
Oleh
YULIA SAPTHIANI
·3 menit baca
NEW YORK, JUMAT — Agar dapat diselenggarakan tepat waktu, Asosiasi Tenis Amerika Serikat (USTA) membuka kemungkinan menggelar turnamen tenis Grand Slam Amerika Serikat Terbuka tanpa penonton. Pilihan ini mengemuka karena wabah Covid-19 tak juga mereda di negara tersebut.
Sejak pekan terakhir Maret, AS bahkan telah menjadi negara dengan jumlah infeksi dan kematian tertinggi di dunia. Hingga saat ini, 1,32 juta warga AS (32,96 persen dari jumlah kasus secara global) telah terinfeksi virus, 78.600 di antaranya meninggal.
Fakta lain yang juga meresahkan adalah New York, kota penyelenggara AS Terbuka, memiliki jumlah kasus tertinggi di AS. Sebanyak 340.000 penduduk New York terinfeksi Covid-19, dengan 26.600 orang di antaranya meninggal.
”Dua bulan lalu, tak terbayang jika kami harus memiliki skenario menggelar AS Terbuka tanpa penonton,” kata Direktur Eksekutif USTA Lew Sherr pada Sportsbusiness Journal, Jumat (8/5/2020), dikutip dari www.tennis.com.
Tahun ini, Grand Slam di Pusat Tenis Nasional Billie Jean King, Flushing Meadows, New York, akan digelar pada 31 Agustus-13 September. Seiring wabah ini, semula USTA membuka kemungkinan mengubah jadwal. Apalagi, tempat pertandingan telah diubah menjadi pusat pelayanan kesehatan selama pandemi virus.
Meski masih tersisa empat bulan jelang turnamen, panitia perlu membuat keputusan secepat mungkin karena harus ada persiapan yang segera dilakukan. Direncanakan, keputusan akan ditetapkan USTA pada awal Juni.
Menggelar AS Terbuka dengan penonton menjadi keinginan USTA dan sponsor di tengah vakumnya ajang olahraga di dunia sejak Maret. Apalagi, Grand Slam telah menjadi ajang bisnis yang menguntungkan. Selain dari tiket penonton, pendapatan dan keuntungan bagi USTA juga datang dari hak siar dan sponsor.
Namun, krisis kesehatan yang membatasi mobilitas orang ini membuat ajang olahraga internasional sulit diselenggarakan. Selain larangan keluar-masuk, banyak negara menerapkan karantina 14 hari bagi pendatang.
Sponsor menerima
Sherr mengatakan, pihak sponsor bisa menerima jika AS Terbuka akhirnya harus diselenggarakan tanpa penonton. ”Jelas akan banyak perubahan, seperti dalam penyelenggaraan dan penyiaran,” ujarnya.
Di tenis, kejuaraan tanpa penonton diselenggarakan pada level nasional, yaitu Tennis Point Exhibiton Series di Hoehr-Grenzhausen, Jerman. Seri pertama berlangsung empat hari sejak 1 Mei dan akan berlangsung tiga seri.
Turnamen ekshibisi yang diikuti petenis Jerman peringkat ratusan dunia ini menerapkan protokol ketat untuk meminimalisasi penyebaran virus. Dalam setiap pertandingan, hanya ada petenis dan wasit di lapangan. Tak ada hakim garis dan anak-anak pemungut bola.
Posisi kursi petenis diletakkan berseberangan, alih-alih di sisi kiri dan kanan wasit. Untuk menjaga kebersihan, kursi petenis dan wasit dilap dengan disinfektan seusai pertandingan. Selain itu, setiap orang yang terlibat dalam turnamen diharuskan menjalani karantina 14 hari sebelum turnamen.
Protokol seperti itu pula yang harus diikuti USTA. Apalagi, Federasi Tenis Internasional (ITF) telah mengeluarkan ketentuan yang harus dilakukan untuk turnamen tanpa penonton.
”Seiring waktu berjalan, saya sebenarnya sangat berharap AS Terbuka bisa disaksikan penonton yang datang ke stadion. Namun, kami tetap memiliki ratusan juta penonton di dunia,” kata Sherr.