Pandemi diyakini bakal mengubah cara kerja. Setelah sekian lama bekerja dari rumah, pembukaan kembali tempat dan pola kerja menjadi salah satu isu yang hangat meski belum ada kejelasan soal kapan pandemi akan berakhir.
Oleh
andreas maryoto
·4 menit baca
Selamat tinggal kantor lama. Ucapan ini bukan muncul dari orang yang akan pindah kerja. Ucapan ini diberikan oleh sejumlah kalangan yang meyakinkan para CEO bahwa cara kerja lama tidak bisa dipertahankan karena pandemi. Pembukaan kembali tempat kerja menjadi isu di kalangan mereka meski belum ada kepastian soal akhir pandemi. Sejauh mana perubahan kantor bakal terjadi?
Sebuah tulisan berjudul The Power-Up Sequence: Addressing the Organizational Costs of Covid-19 Lockdown dari Bain & Company menyarankan langkah pertama yang bisa dilakukan para CEO. Mereka sebaiknya bertemu dengan jajaran eksekutifnya terlebih dulu untuk memandang bisnis mereka ke depan. Bahkan, jika perlu, opsi membangun bisnis baru dimunculkan karena di tengah krisis pasti banyak peluang.
Selanjutnya mereka baru berpikir cara membawa kembali karyawan ke kantor setelah sekian lama bekerja dari rumah. Keinginan untuk membuka kembali pasti dibarengi dengan ketakutan soal kemungkinan serangan babak berikutnya dari virus korona. Di samping itu, pasti banyak perubahan yang harus dilakukan karena situasi telah berubah.
Mereka akan membuat sejumlah agenda dan melakukan beberapa perubahan. Pada saat yang tepat mereka akan membuka kembali aktivitas di tempat kerja dan melakukan alokasi ulang sumber daya manusia karena muncul sejumlah pekerjaan baru. Kemampuan ini akan menentukan mereka melewati berbagai masalah yang muncul di dunia baru. Masalah normal baru itu, di antaranya karyawan masih berpikir dengan cara kerja lama, sementara CEO dan jajarannya menginginkan cara kerja yang baru.
Kebiasaan lama masih melekat di kalangan karyawan dan kebiasaan saat bekerja dari rumah yang ingin dipertahankan juga pasti ada. Jajaran eksekutif perusahaan perlu menyusun beberapa standar perilaku baru yang diperlukan dan perilaku lama yang harus segera dihentikan.
Semua tim harus terlibat dalam menyusun perubahan ini agar implementasi lebih mulus. Upaya untuk menjalankan perilaku baru pasti akan memunculkan masalah. Pendapat karyawan perlu didengar meski kadang muncul bukan isu sebenarnya. Oleh karena itu, berbagai alasan, semisal menolak rencana perilaku baru, harus diperjelas dan dipertanyakan.
Pendapat lain menyebutkan, perubahan memang akan terjadi di kantor ketika mereka membuka kembali tempat kerja itu. Untuk tugas di dalam tim, mereka akan kembali bertemu di kantor, sementara untuk tugas individual mereka akan tetap di rumah. Sebuah tulisan di Business Insider juga menyebut kemungkinan perubahan yang terjadi, yaitu meja kerja kembali ke meja individual alias tidak lagi berupa ruang terbuka yang bisa diduduki oleh siapa pun yang datang lebih awal.
Kemungkinan lain kantor akan menerapkan beberapa kebijakan untuk mengawasi karyawan dengan tujuan untuk mengurangi penularan. Pergerakan karyawan kemungkinan akan dipantau. Setiap pergerakan akan dicatat.
Kemungkinan lain, kantor akan menerapkan beberapa kebijakan untuk mengawasi karyawan dengan tujuan untuk mengurangi penularan.
Perusahaan juga akan menambah berbagai fasilitas seperti kamera dan ruang transit karyawan untuk membersihkan diri jika baru saja dari luar kantor dan hendak masuk ke ruangan. Perubahan ini akan memunculkan sejumlah biaya higienitas di dalam perusahaan.
Di tengah banyak pemikiran tentang pembukaan kembali kantor dengan segala protokolnya, ada juga yang memperlihatkan kemungkinan perubahan yang lebih revolusioner. Sebuah tulisan di The Economist, beberapa waktu lalu, yang berjudul ”Death of The Office (Kematian Kantor)” lebih tegas menyatakan, kantor lama sudah tidak sesuai lagi untuk bekerja di era normal baru.
Budaya kantor yang salah satunya mulai muncul di era East India Company, firma dagang Inggris zaman kolonial berkuasa, tak bisa dipertahankan lagi. Suasana kantor dengan berbagai ragam birokrasi bakal hilang. Orang-orang yang biasa bangun pagi dan berkejaran untuk masuk ke transportasi komuter tak lagi ditemukan.
Kerajaan yang bernama kantor yang dipenuhi orang sejak pagi hingga petang bakal tamat. Penulis artikel itu menyebutkan, sebenarnya kematian kantor sudah terlihat ketika bisnis sewa ruangan muncul, teknologi digital masif digunakan, dan keinginan yang tinggi untuk bekerja secara fleksibel. Pada saat itu suasana kantor seperti ketika kebudayaan kantor berjaya sebenarnya mulai redup.
Meski penulis itu menggebu-gebu berargumentasi soal kematian kantor, pada akhirnya ia sendiri mengatakan, terlalu dini untuk melihat bentuk baru tempat kerja atau kematian kantor.
Selama ini kantor juga merupakan tempat untuk menjalin relasi dengan sesama. Keberadaan teknologi untuk saling terhubung dengan rekan kerja selama bekerja di rumah tetap tidak selamanya nyaman. Bahkan, di akhir tulisan terdapat cerita orang yang mencintai meja kerjanya lebih dari pemandangan gunung yang indah.