logo Kompas.id
Opini”Oxymoron” Normal Baru
Iklan

”Oxymoron” Normal Baru

”Normal baru” muncul bagai mantra atau sejenis propaganda di Indonesia. Sebagian publik—yang bosan dengan pembatasan sosial selama pandemi Covid-19—pun menyambut. Padahal, praktik normal baru mensyaratkan banyak hal.

Oleh
Ahmad Arif
· 4 menit baca
https://cdn-assetd.kompas.id/fVp7xsUwhy2RMbbwYj8jzQwYb9o=/1024x1024/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2020%2F04%2F20200327_172924_1586427423.jpg
DRAWING/ILHAM KHOIRI

Ahmad Arif, Wartawan Kompas

Sekalipun jumlah kasus terus bertambah dan korban Covid-19 masih berjatuhan, euforia menuju normal baru (the new normal) di Indonesia begitu membuncah. Bahkan, data Ismail Fahmi dari Drone Emprit menunjukkan, Indonesia paling bersemangat menyuarakan istilah ini di jagat Twitter.

Dalam periode 16-27 Mei 2020, kata ”normal baru” disebutkan 86.569 kali di Indonesia, disusul Amerika Serikat 11.073 kali, Inggris 8.039 kali, dan India 3.836 kali. Mereka yang paling riuh menyuarakan normal baru ini adalah akun yang berasosiasi dengan Polri serta para pendukung pemerintah dengan tagar utama ”NewNormal” dan ”TataKehidupanBaru.” Sebagian cuitan ini dicuitkan mesin atau bot.

Editor:
ilhamkhoiri
Bagikan
Logo Kompas
Logo iosLogo android
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 8062 6699
Layanan Pelanggan
Kompas Kring
+6221 2567 6000