Sejarah Indonesia mengajarkan agar Presiden Jokowi menunjuk menteri yang sudah selesai dengan dirinya dan tidak menyimpan ambisi pribadi mengumpulkan dana untuk kepentingan politik lain.
Oleh
REDAKSI
·2 menit baca
Drama perombakan Kabinet Indonesia berakhir setelah Presiden Joko Widodo mengumumkan perombakan kabinet, Selasa, 22 Desember 2020, siang.
Langkah cepat Presiden Jokowi mengumumkan kabinet kita hargai. Bangsa ini tengah menghadapi tantangan berat. Tantangan yang dihadapi bangsa Indonesia—pandemi Covid-19 yang terus meningkat, program vaksinasi yang membutuhkan energi besar, krisis ekonomi, dan tensi sosial yang cenderung meningkat—menuntut soliditas kabinet.
Selamat bekerja kepada menteri baru yang tentunya diwarnai dengan harapan baru. Keputusan Presiden Jokowi terbilang tidak biasa, seperti diangkatnya Budi Gunadi Sadikin, seorang insinyur fisika nuklir dan bankir, untuk memimpin Kementerian Kesehatan. Budi selama ini sudah bergulat dengan urusan pengadaan vaksin dan memimpin komite percepatan pemulihan ekonomi nasional serta Wakil Menteri BUMN.
Begitu juga keputusan mengangkat Sandiaga Uno, calon wakil presiden bersama Prabowo Subianto, sebagai Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif. Artinya, dalam Kabinet Indonesia Maju terdapat pesaing Jokowi dalam Pemilu Presiden 2019, Prabowo dan Sandiaga, berada di dalam kabinet.
Menteri baru lainnya adalah Tri Rismaharini sebagai Menteri Sosial, Sakti Wahyu Trenggono sebagai Menteri Kelautan dan Perikanan, Yaqut Cholil Qoumas sebagai Menteri Agama, dan M Lutfi sebagai Menteri Perdagangan.
Kabinet Indonesia Maju yang dilantik Presiden Jokowi pada 23 Oktober 2019 dihantam Covid-19. Sikap awal kabinet yang cenderung meremehkan membuat penanganan pandemi Covid-19 terkesan kehilangan arah. Kebijakan rem dan gas—mengutamakan kesehatan dan memulihkan ekonomi—yang diterapkan terkadang diambil mendadak sehingga tidak siap pada pelaksanaan.
Mengingat besarnya tantangan yang dihadapi, kita berharap menteri yang telah dipilih Presiden Jokowi menjadi all president men yang loyalitasnya tunggal kepada presiden sebagai kepala pemerintahan. Sejarah Indonesia mengajarkan agar Presiden Jokowi menunjuk menteri yang sudah selesai dengan dirinya dan tidak menyimpan ambisi pribadi mengumpulkan dana untuk kepentingan politik lain.
Kita berharap menteri yang telah dipilih Presiden Jokowi menjadi all president men yang loyalitasnya tunggal kepada presiden sebagai kepala pemerintahan.
Tantangan bangsa ini berat. Bangsa ini membutuhkan sosok menteri yang bisa meningkatkan kepercayaan publik kepada pemerintah, mampu menggerakkan birokrasi untuk melayani masyarakat. Para menteri itu juga harus mempunyai kecakapan komunikasi publik yang mumpuni. Harus diakui komunikasi publik pemerintah dalam kabinet sering saling silang sehingga membingungkan.
Momentum perombakan kabinet harus dipakai untuk meminta komitmen kembali para menteri untuk tidak melakukan tindakan tercela, seperti korupsi atau menerima komisi dari anggaran negara. Kekuasaan yang dimiliki seorang yang memimpin kementerian hendaknya didedikasikan untuk kepentingan rakyat. Takhta untuk rakyat, bukan untuk dirinya sendiri atau golongannya. Selamat bekerja!