Pensiunan Tetaplah Berkontribusi terhadap Pembangunan Bangsa
Oleh
Pascal S Bin Saju
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Persatuan Wredatama Republik Indonesia diharapkan tetap berkontribusi terhadap pembangunan bangsa. Menjadi panutan dan membagikan pengalamannya kepada masyarakat dalam mendorong pembangunan adalah bentuk nyata kontribusi itu.
Persatuan Wredatama Republik Indonesia (PWRI) merupakan perhimpunan pensiunan yang terdiri dari pejabat negara, aparatur sipil negara, karyawan badan usaha milik negara, badan usaha milik daerah, dan mantan kepala dan perangkat desa.
Sekretaris Jenderal Departemen Keuangan Periode 2004-2009 JB Kristiadi, Minggu (20/1/2019), mengatakan, pensiunan dapat berkontribusi dengan mendayagunakan pengalaman dan pengetahuannya selama masih mengabdi untuk mendukung pembangunan bangsa dan negara.
Contohnya, pensiunan pegawai pajak melalui wadah PWRI dapat menyosialisasikan tentang wajib pajak ke desa-desa. Hal itu berguna untuk mengedukasi sekaligus meningkatkan pendapatan negara melalui pajak. Selain itu dapat mengedukasi perangkat desa dalam penyerapan serta penggunaan dana desa agar lebih optimal.
”Pensiunan dapat menjadi panutan dengan memberikan pencerahan kepada masyarakat berdasarkan pengalaman dan pengetahuannya. Hal itu diwujudkan secara nyata dengan berbagi kepada masyarakat,” ucap Kristiadi yang mewakili Menteri Keuangan Sri Mulyani, Minggu (20/1/2019), dalam perayaan Natal 2018 dan Tahun Baru 2019 bersama Pengurus Besar PWRI di Direktorat Jenderal Pajak, Jakarta.
Ketua Umum PWRI Haryono Suyono mengemukakan, PWRI pusat-daerah akan lebih banyak terlibat dalam gerakan pemberdayaan masyarakat, khususnya kepada kaum disabilitas. Sebelumnya, PWRI telah memfasilitasi penyandang disabilitas di Malang untuk mengembangkan keterampilan sebagai penjahit.
Pengurus PWRI membantu menyediakan mesin jahit dengan sumber dana yang berasal dari deposito para pensiunan. Deposito itu dijadikan jaminan kredit mesin jahit.
”Mesin jahit bukan sebagai hadiah, melainkan kredit dengan jaminan yang berasal dari deposito pensiunan. Deposito dipinjam sebagai jaminan sampai kredit lunas. Kami juga mengumpulkan dana untuk disumbangkan kepada penyandang disabilitas,” kata Haryono.
Saat ini, PWRI berupaya agar penyandang disabilitas dapat diberdayakan dalam badan usaha milik desa. Bersama dengan Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi, pemberdayaan penyandang disabilitas dilakukan dalam mengolah sampah plastik. Kaum disabilitas dipekerjakan untuk menggunakan mesin pencacah sampah.
”Gerakan ini untuk mendukung pemberdayaan penyandang disabilitas. Kami berharap Kementerian Sosial juga mendukung sehingga upaya pemberdayaan masyarakat dapat dalam proses pengolahan sampah plastik dapat berhasil,” ucapnya.
Selain itu, PWRI juga memberikan bantuan kepada yayasan yang bergerak dalam bidang pendidikan untuk anak-anak telantar.
Pesan Natal
Pensiunan telah purnatugas secara institusional, tetapi tugas pengabdian kepada masyarakat tidak pernah habis.
Perwakilan Konferensi Waligereja Indonesia, Romo Agus Ulahayanan Pr, dalam pesan Natal-nya, mengatakan, situasi dunia penuh dengan persoalan dan krisis. Situasi itu juga dialami bangsa Indonesia.
Pensiunan dengan segudang pengalaman, pengetahuan, dan penghayatan harus menjadi panutan untuk keluarga, lingkungan, komunitas, tanpa ada sekat perbedaan suku dan agama.
”Contoh konkret krisis yang dekat dengan individu ialah pemakaian gawai dan elektronik yang tidak terkontrol. Mulai dari anak kecil sampai orangtua sama. Krisis ini menyebabkan cinta berubah menjadi cekcok, intoleransi, dan lainnya. Pensiunan perlu menjadi penuntun, pembimbing bagi generasi muda agar tidak asyik dan larut dengan gawai, media sosial, dan lainnya,” kata Agus.
Selain itu, ada perilaku, tindakan, dan kata-kata yang melahirkan pesimisme, ketakutan, kecurigaan di tahun politik dan itu menyebabkan lahirnya sekat-sekat di masyarakat. Masyarakat terbelah ke dalam kelompok dan golongan tertentu.
”Jangan apatis dan masa bodoh. Persaudaraan harus dipupuk kembali agar kebersamaan, perbedaan pilihan, keyakinan, keinginan tidak menjadi pembatas. Kita semua (warga Indonesia) dapat berkumpul bersama untuk merayakan sukacita dan kebahagiaan yang diwarnai suasana kekeluargaan dan pengharapan,” katanya. (FRANSISKUS WISNU WARDHANA DHANY)