Pandemi Covid-19 Menyatukan Kekuatan yang Terpisah
Solidaritas masyarakat di tengah pandemi Covid-19 jadi pengingat bahwa negara bisa bersatu terlepas dari sekat agama dan suku. Polarisasi politik tidak lebih penting dari agenda menolong sesama yang tengah kesulitan.
Oleh
Sekar Gandhawangi
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Pandemi Covid-19 menyatukan masyarakat lintas suku dan agama untuk bersolidaritas saling membantu satu sama lain Solidaritas ini merekatkan kembali kerukunan warga yang sempat terpecah karena sentimen politik dan identitas.
Warga Bekasi Selatan Lala Gozali (66) pada Selasa (19/5/2020) mengatakan, ia dan sejumlah ibu di empat RW Kelurahan Pekayon Jaya menggalang bantuan secara swadaya. Mereka tergabung dalam Yayasan Peduli Lingkungan. Mereka membuat sekitar 1.500 masker dari kain perca untuk dijual. Hasil penjualan kemudian disumbangkan kepada warga yang membutuhkan.
”Kami mengumpulkan sekitar Rp 5 juta dari penjualan 700-an masker. Uangnya kami salurkan ke warga terdekat yang penghasilannya berkurang atau terhenti karena pandemi. Siapa pun yang membutuhkan akan dibantu tanpa melihat latar belakang agama dan sukunya. Ini gerakan sosial yang sifatnya universal,” kata Lala.
Masker juga dibagikan ke sejumlah pihak, seperti panti asuhan, dapur umum, puskesmas, dan pengojek daring. Selain membuat masker, Lala dan anggota yayasan juga mengajak warga sekitar bercocok tanam di rumah. Tujuannya agar ketahanan pangan masyarakat terjamin selama pandemi. Bercocok tanam juga jadi media pengalihan stres akibat pandemi.
”Berkebun membuat kami yang berbeda-beda latar belakang jadi lebih dekat dan solid. Senang rasanya punya banyak teman,” kata Lala.
Ketua Paguyuban Tokoh Agama (Patoga) Tatang Rahmat Firdaus mengatakan, pandemi membuat masyarakat lintas agama semakin solid untuk saling membantu. Kemarin, Senin (18/5/2020), Patoga membagikan 40 paket sembako untuk para ustaz yang terdampak pandemi. Bantuan ini merupakan hasil kerja sama dengan komunitas masyarakat Buddha dan Polres Metro Jakarta Barat.
Sekitar dua minggu sebelumnya, bantuan serupa juga diberikan untuk 80 warga Jakarta Barat. Bantuan ini hasil kerja sama Patoga dengan Nahdlatul Ulama.
”Untuk membantu sesama, kita harus mulai dari hati yang bersih, pikiran yang jernih, lalu disampaikan dengan lisan dan tulisan yang rapi. Kita tidak perlu kegaduhan dan provokasi. Itu membuat kita tidak fokus menangani pandemi,” kata Tatang.
Ia berencana menggalang bantuan lagi selepas Lebaran dengan menggandeng komunitas agama lain. Tokoh-tokoh agama akan dirangkul untuk mengajak masyarakat membantu satu sama lain.
Untuk membantu sesama, kita harus mulai dari hati yang bersih, pikiran yang jernih, lalu disampaikan dengan lisan dan tulisan yang rapi. Kita tidak perlu kegaduhan dan provokasi. Itu membuat kita tidak fokus menangani pandemi
Adapun Gusdurian Peduli menggalang bantuan dari beragam platform, salah satunya Kitabisa.com. Gusdurian Peduli juga dipercaya mendistribusikan bantuan oleh sejumlah pihak, baik institusi pendidikan, perusahaan, ataupun perhimpunan masyarakat lintas suku.
Ada 67 posko Gusdurian yang tersebar di 67 kota di Indonesia. Hingga kini, ada sekitar 100.000 penerima manfaat yang sudah dijangkau.
Pengingat persatuan
Koordinator Nasional Jaringan Gusdurian Alissa Wahid mengatakan, solidaritas masyarakat jadi pengingat bahwa negara bisa bersatu terlepas dari sekat agama dan suku. Polarisasi tidak lebih penting dari agenda menolong sesama yang kesulitan.
”Saya teringat perkataan Gus Dur bahwa yang lebih penting dari politik adalah kemanusiaan. Ini (solidaritas masyarakat) mengingatkan bahwa masih ada nilai yang mendukung kita sebagai bangsa. Ini juga menunjukkan bahwa tantangan bersama bisa dihadapi bersama pula,” kata Alissa.
Solidaritas menangani pandemi dipandang sebagai momentum merekatkan kembali polarisasi warga. Momentum ini perlu dipelihara agar menjadi kondisi normal baru dalam konteks persatuan. Untuk itu, peran para pemimpin dibutuhkan.
Alissa menyarankan agar pemerintah melibatkan masyarakat sipil dalam mengambil keputusan. Gerakan masyarakat, khususnya selama pandemi, pun perlu didukung. Sebab, gerakan masyarakat mengisi celah distribusi bantuan yang belum tersentuh. ”Jadikan, masyarakat mitra pemerintah,” kata Alissa.