Cerita Jusuf Kalla, Sahabat Jakob Oetama Selama 40 Tahun
Mantan Wakil Presiden Indonesia selama dua periode, Jusuf Kalla punya cerita dan kenangan menarik tentang sahabatnya, pendiri dan Pemimpin Umum Harian ”Kompas” Jakob Oetama.
Oleh
Khaerudin
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Mantan Wakil Presiden Indonesia selama dua periode, Jusuf Kalla, punya cerita dan kenangan menarik tentang sahabatnya, pendiri dan Pemimpin Umum Harian Kompas Jakob Oetama. Jusuf Kalla dan Jakob Oetama berinteraksi dan bersahabat sejak 40 tahun silam.
Persahabatan dengan Jakob Oetama bahkan dibina saat Jusuf Kalla masih lebih banyak beraktivitas di Makassar, Sulawesi Selatan, kota asalnya. Bagi Jusuf Kalla, meninggalnya Jakob Oetama tak hanya menyisakan duka bagi bangsa Indonesia, tapi dirinya secara pribadi.
"Bukan saja Kompas yang berduka, melainkan bangsa ini juga. Beliau tokoh yang punya banyak sisi, sisi jurnalis senior, budayawan, pemersatu bangsa Indonesia,” ujar Jusuf Kalla dalam kesempatan wawancara mengenang almarhum Jakob Oetama di Kompas TV, Rabu (9/9/2020).
Menurut Jusuf Kalla, banyak orang membicarakan sosok Jakob Oetama sebagai seorang wartawan andal dan pemimpin media besar di Indonesia. Namun banyak orang kerap lupa bahwa sosok Jakob Oetama bersama PK Ojong adalah orang yang berhasil membangun kelompok usaha yang bertahan hingga lebih dari setengah abad.
Sebagai sesama pengusaha, menurut Jusuf Kalla, dia melihat ada semangat entrepreuner yang dimiliki oleh Jakob Oetama. ”Satu yang barangkali kerap tidak dibicarakan di sini, dia seorang entrepreneur. Tak mungkin dia bisa membuat Kompas Gramedia sebesar ini tanpa semangat entrepreneur,” ujar Jusuf Kalla.
Mantan Ketua Umum Partai Golkar ini mengenang, persahabatannya dengan Jakob Oetama berlangsung sejak 40 tahun silam. Jusuf Kalla mengakui bahwa Jakob Oetama dan harian Kompas adalah pihak yang pertama kali memanggungkan namanya di level nasional.
”Saya dengan Pak Jakob sudah berinteraksi lebih dari 40 tahun. Tiap kali Kompas mengadakan diskusi ekonomi dulu, saya diundang dari Makassar untuk hadir untuk berbicara perspektif Indonesia Timur. Saya bahkan pernah diminta menjadi host Kompas TV. Itu diminta langsung beliau untuk memberi perspektif,” ujar Jusuf Kalla.
Saat menjadi panelis rutin diskusi ekonomi harian Kompas itulah, menurut Jusuf Kalla, banyak kenangan yang diingat. ”Enak, karena saya selalu diongkosi dari Makassar dan diberikan honor pula, termasuk sudah bersih dari pajak,” kata Jusuf Kalla terkekeh.
Bahkan saat menjadi tokoh nasional dan menjadi Wakil Presiden Indonesia, hubungan Jusuf Kalla dengan Jakob Oetama bertambah akrab. Ada kalanya saat Jusuf Kalla berbicara di luar negeri mewakili Indonesia, dia meminta masukan dari Jakob Oetama. ”Kalau di luar negeri saya bicara keadaan nasional, saya minta saran beliau juga. Bagaimana suasana nasional dapat jadi contoh untuk dunia internasional,” katanya.
Kalau di luar negeri saya bicara keadaan nasional, saya minta saran beliau juga. Bagaimana suasana nasional dapat jadi contoh untuk dunia internasional.
Jusuf Kalla pun mengenang bagaimana sosok Jakob Oetama menjadi teladan bagi seluruh anak bangsa. Jakob Oetama di mata Jusuf Kalla adalah orang yang selalu ingin menjaga keindonesiaan tetap utuh.
Lantas bagaimana saat Kompas mengkritik pemerintahan ketika Jusuf Kalla menjadi bagian di dalamnya. Jusuf Kalla selalu mengingat gaya Kompas dalam mengkritik pemerintah.
Dia mengistilahkan gaya Kompas dalam mengritik pemerintahan dengan istilah mengkritik tanpa menampar. ”Gaya Kompas kan sudah tahu, mengkritik tanpa menampar. Jadi orang nanti, beberapa waktu kemudian baru merasa dikritik, selalu kita mengatakan, oh ya. Jadi, mengkritik tanpa menampar itu tidak mudah. Orang tidak kehilangan rasa malu. Kompas kalau mengkritik secara positif dan memberi solusi,” kenang Jusuf Kalla.
Saking hafalnya dengan sosok Jakob Oetama bersama Kompas, Jusuf Kalla bahkan mengistilahkan, kepemimpinan sahabatnya di media terbesar di Indonesia itu seperti ulama yang kerap memberikan fatwa.
”Orang seperti Pak Jakob itu, kalau dalam Islam memberikan fatwa. Dia bukan lagi kasih perintah tapi fatwa,” ujarnya terkekeh.