Satu Semangat Membangun Papua
Harapan besar terwujudnya visi SDM unggul di Indonesia, khususnya di Papua, semakin terbuka lebar ketika mencermati berbagai prestasi putra-putri Papua di tingkat dunia.
Harapan besar terwujudnya visi SDM unggul di Indonesia, khususnya di Papua, semakin terbuka lebar ketika mencermati berbagai prestasi putra-putri Papua di tingkat dunia.
Generasi muda Papua dari berbagai tingkatan pendidikan telah beberapa kali berhasil membawa dan mengharumkan nama Indonesia di kancah internasional. Dalam ajang Asian Science and Mathematics Olympiad for Primary School tahun 2011, siswa dari Papua mampu mempersembahkan 4 emas, 5 perak, dan 3 perunggu. Mereka berasal dari Wamena, Tolikara, Sorong, Waropen, Mimika,dan Lani Jaya.
Dari tingkat sekolah menengah atas, terdapat dua siswa dari SMA Advent Doyo Baru, Kabupaten Jayapura, yang dinyatakan lolos flight test NASA. Kedua siswa tersebut tergabung dalam tim penelitian bersama NASA yang mendalami ilmu-ilmu fisika terapan.
Sementara prestasi gemilang juga diraih para mahasiswa dari Papua yang menempuh pendidikan tinggi di sejumlah universitas bergengsi di dunia. Beberapa contoh, di antaranya Billy Mambrasar dari Serui, Kepulauan Yapen, yang tengah menempuh gelar master of science di Said Business School, University of Oxford, setelah mendapat beasiswa di Australia dan pertukaran pelajar di Harvard University, Amerika Serikat.
Baca juga: Sentuhan Inovasi Teknologi Pendidikan Papua
Ada juga Rio Albert dari Wamena. Rio mengambil program doktoral di Southampton, Inggris, bidang sosiologi dan kebijakan sosial. Contoh lain adalah George Saa, mahasiswa program S-2 teknik material di Birmingham, Inggris. Saa pernah memenangi kompetisi dunia First Step di Nobel Prize dalam fisika tahun 2004.
Berbagai contoh generasi muda Papua yang telah mengharumkan nama Indonesia tersebut menunjukkan bahwa potensi Papua tak hanya melulu dari kekayaan dan keindahan alamnya, tetapi juga sumber daya manusia yang unggul, dalam arti kompetitif dan kompeten di bidangnya.
Oleh karena itu, pembangunan manusia lewat pendidikan di Papua perlu lebih diprioritaskan sambil terus membenahi pembangunan infrastruktur di Papua.
Infrastruktur
Sepanjang sepuluh tahun terakhir, pemerintah pusat menjadikan pembangunan wilayah Papua sebagai salah satu kunci akselerasi pemerataan di kawasan timur Indonesia. Prioritas pembangunan bertumpu pada konektivitas antarwilayah.
Keseriusan Pemerintah Indonesia membangun Papua dalam 10 tahun terakhir tampak nyata dalam pembangunan infrastruktur yang masif. Percepatan pembangunan di Papua dilakukan dengan membangun infrastruktur dan konektivitas, seperti jalan Trans-Papua, memperbaiki akses udara dan pelabuhan, serta mewujudkan Program Papua Terang.
Program pertama, yakni membuka wilayah-wilayah terisolasi dengan pembangunan jalan, dapat dikatakan selesai sesuai harapan. Konektivitas jalan di Provinsi Papua telah mencapai 96 persen atau setara dengan panjang jalan 3.103 kilometer dari total 3.259 kilometer. Sementara Provinsi Papua Barat sudah terhubung 100 persen atau sepanjang 1.071 kilometer.
Perbaikan dan pengadaan infrastruktur pelabuhan telah mencapai 15 pelabuhan. Tujuan rehabilitasi dan pembangunan tersebut adalah mendukung distribusi barang dan kegiatan ekonomi lainnya. Semua pelabuhan tersebut tersebar di pesisir utara hingga selatan Pulau Papua.
Sektor transportasi udara juga dilakukan banyak pembangunan bandara baru dan peningkatan kualitas bandara lama. Hingga tahun 2018, pengembangan bandara lama dilakukan di Bandara DEO Sorong, Bandara Dekai Yahukimo, Bandara Wamena, dan Bandara Utarom Kaimana. Sementara pembangunan bandara baru dilakukan di wilayah Werur, Kabupaten Tambrauw, Papua Barat dan Koroway Batu, Kabupaten Boven Digoel, Papua.
Program infrastruktur lain yang dicanangkan di Papua adalah Program Papua Terang. Program ini telah mencapai rasio elektrifikasi 72,04. Rasio ini naik secara signifikan dibandingkan tahun 2013 dengan nilai rasio 30,48. Akan tetapi, keberhasilan tersebut tak menutup fakta bahwa masih terdapat wilayah-wilayah yang masih perlu penerangan, terutama di daerah yang terisolasi.
Pembangunan manusia
Bersamaan dengan pembangunan infrastruktur yang masif, pembangunan kualitas manusia di Papua ataupun Papua Barat juga menjadi prioritas.
Pemerintah pusat merancang program mewujudkan generasi emas Papua untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia di Papua. Program tersebut terdiri atas lima parameter, yaitu menurunkan angka kematian bayi, menurunkan angka kematian ibu melahirkan, meningkatkan angka harapan hidup, meningkatkan rata-rata lama sekolah, dan menaikkan angka harapan lama sekolah.
Berdasarkan data periode 2014 hingga 2017 dari Laporan 4 Tahun Pemerintahan Joko Widodo–Jusuf Kalla yang berasal dari Badan Pusat Statistik, Kementerian Kesehatan, dan Bappeda Papua, semua parameter program generasi emas Papua mengalami perbaikan signifikan.
Baca juga: Merawat Emas Papua
Hasil pemberdayaan masyarakat tersebut dapat juga dilihat dari Indeks Pembangunan Manusia (IPM) dan angka kemiskinan di wilayah Papua (Provinsi Papua dan Papua Barat). IPM wilayah Papua pada 2015 berada di angka 57,25, kemudian meningkat menjadi 59,09 pada 2017.
Berbanding terbalik dengan IPM yang semakin naik, persentase penduduk miskin di kedua provinsi tersebut masih perlu diperbaiki. Sebanyak 28,4 persen penduduk Papua dan Papua Barat termasuk golongan miskin pada tahun 2015. Persentase ini sedikit berkurang menjadi 27,76 persen pada 2017.
Otonomi khusus
Pembangunan infrastruktur dan pemberdayaan sumber daya manusia di wilayah Papua semakin terasa menjadi prioritas dengan kucuran daya yang maksimal bagi Provinsi Papua dan Papua Barat. Kedua provinsi tersebut diberi status otonomi khusus (otsus) sehingga berhak mendapatkan dana otsus.
Pemberian dana otsus tersebut mendapat landasan hukum dalam Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2001 yang menargetkan perbaikan di sektor pendidikan dan kesehatan. Status khusus yang diberikan bersifat istimewa karena tidak semua provinsi memiliki hak sama. Hanya lima provinsi yang diberikan otonomi khusus, yaitu Aceh, DKI Jakarta, DI Yogyakarta, Papua, dan Papua Barat.
Nilai dana otsus yang diberikan pemerintah pusat terus meningkat setiap tahun. Total nilai dana otsus yang dianggarkan oleh pemerintah pusat pada 2014 sebesar Rp 16,1 triliun, kemudian naik hingga Rp 20,98 triliun pada alokasi APBN 2019. Untuk Papua, dana otsus yang diterima Rp 5,85 triliun, sementara Papua Barat mendapatkan dana Rp 2,51 triliun.
Selain dana otsus, wilayah Papua juga mendapatkan dana tambahan infrastruktur. Alokasi dana tambahan infrastruktur tahun 2019 untuk Papua senilai Rp 2,82 triliun, sedangkan Papua Barat Rp 1,44 triliun. Pemberian dana otsus dan dana tambahan infrastruktur menjadi bukti keseriusan perhatian pemerintah pusat terhadap pembangunan dan keberlangsungan hidup masyarakat di Papua dan Papua Barat.
Selain dua dana tersebut, Provinsi Papua dan Papua Barat juga masih mendapatkan dana desa sama seperti provinsi lain di Indonesia, yang nilainya terus naik setiap tahun. Dana desa memiliki tujuan demi meningkatkan kesejahteraan masyarakat di desa. Nilai pembagian dana desa bervariasi, disesuaikan dengan empat kategori desa yang dibuat, mulai dari kelompok desa dengan nilai pembagian dana Rp 600 juta-Rp 800 juta hingga lebih dari Rp 1,2 miliar.
Berbagai dana yang mengucur ke Papua disalurkan dengan paradigma pemerataan dan nilainya naik dari tahun ke tahun. Oleh karena itu, pantas juga untuk dievaluasi sejauh mana efektivitas kucuran berbagai dana yang telah diberikan ke Papua terasa langsung bagi masyarakat Papua di tingkat bawah.
Pendidikan
Pembangunan infrastruktur yang masif hingga kucuran dana optimal dari pemerintah pusat akan semakin mendongkrak terwujudnya SDM unggul ketika tepat menyasar kebutuhan riil masyarakat Papua. Dalam hal ini, peningkatan kualitas dan kesempatan pendidikan menjadi salah satu program yang langsung menyasar peningkatan SDM unggul di Papua.
Berdasarkan data Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi, hingga 2018, jumlah penduduk Papua dan Papua Barat yang menempuh pendidikan tinggi sebanyak 133.415 orang, belum termasuk mahasiswa yang belajar di luar daerah dan luar negeri. Sementara lulusan pendidikan tinggi lebih dari 12.000 jiwa pada 2018.
Dari sisi fasilitas, pendidikan tinggi di Papua semakin didukung oleh jumlah lembaga pendidikan dan tenaga pengajar yang semakin besar. Jumlah lembaga pendidikan di seluruh Papua mengalami peningkatan 40 persen. Sementara tenaga pendidik di institusi pendidikan tinggi turut meningkat. Dibandingkan dengan tahun 2017, jumlah dosen tahun 2018 bertambah lebih dari 800 orang.
IPM wilayah Papua pada tahun 2015 berada di angka 57,25, meningkat menjadi 59,09 pada 2017.
Peningkatan kualitas pendidikan Papua berjalan dengan baik terlihat dari banyaknya masyarakat yang menempuh pendidikan tinggi dan fasilitas pendidikan yang terus naik. Tak hanya itu, beasiswa dari pemerintah pusat juga terus diberikan dan jumlah penerimanya meningkat setiap tahun.
Kondisi tersebut berdampak positif terhadap IPM di Provinsi Papua dan Papua Barat. Hingga 2018, IPM kedua provinsi tersebut meningkat 4,65 poin atau mencapai angka 61,90.
Modal besar
Sesuai dengan visi pemerintahan periode 2019-2024 yang menekankan pembangunan SDM unggul, pembangunan di Papua perlu difokuskan pada pembangunan manusia. Pembangunan manusia dimulai dari menghargai manusia sebagai manusia.
Demikian pula pembangunan SDM unggul di Papua perlu dimulai dengan menghargai warga Papua. Penghargaan tersebut tampak dari usaha mengakui dan mendengarkan harapan mereka. Dengan demikian, program pembangunan dan kebijakan demi terwujudnya SDM unggul di Papua dapat terwujud dan tepat sasaran.
Berbagai prestasi generasi muda Papua pada awal tulisan ini merupakan hasil langsung dari sisi pendidikan. Artinya, potensi-potensi unggul di Papua dapat teraktualisasi menjadi prestasi yang membanggakan dengan sentuhan pendidikan.
Apalagi, Papua memiliki daya dukung sumber daya alam melimpah, perkembangan fasilitas pendidikan, pembangunan infrastruktur masif, bahkan kucuran dana yang nilainya semakin besar dari tahun ke tahun. Hal itu dapat dimulai dengan menjaga kehormatan Papua sebagai bagian tak terpisahkan dari bangsa Indonesia. (LITBANG KOMPAS)