Krisis Global, Mengapa Kunjungan Turis Asing Meningkat?
Angka kunjungan wisatawan asing ke Indonesia yang terus meningkat dalam satu dekade terakhir, merupakan ironi di tengah kondisi krisis yang dialami masyarakat global. Peluang apakah yang bisa diraih Indonesia dari tren tersebut?
Walaupun berdampak luas, krisis global memiliki efek berbeda di berbagai negara. Produk Domestik Bruto (PDB) riil negara-negara kawasan Asia, merujuk pada publikasi International Monetary Fund (IMF) tahun 2018, masih tumbuh di atas 5 persen. Angka pertumbuhan negara-negara di kawasan Asia itu berada di atas angka pertumbuhan PDB riil dunia sebesar 3,6 persen.
Di kawasan lain yakni Eropa, Amerika, PDB riil hanya tumbuh 2-3 persen. Sementara, negara-negara kawasan Timur Tengah mengalami pertumbuhan lebih rendah lagi yakni hanya 0,1 persen tahun lalu.
Perbedaan dampak krisis terhadap perekonomian kawasan tersebut sedikit banyak juga tecermin pada pergerakan industri pariwisata. Sepanjang satu dekade periode krisis global, kunjungan wisatawan mancanegara ke Indonesia konsisten didominasi oleh pelancong dari negara-negara kawasan Asia. Dalam satu dekade terakhir, sebanyak rata-rata 67 persen wisatawan asing yang berkunjung ke Indonesia berasal dari negara-negara Asia.
Kunjungan wisatawan asing dari kawasan Asia juga konsisten meningkat sejak dunia memasuki periode krisis global hingga tahun lalu. Tahun 2009, kunjungan wisatawan mancanegara ke Indonesia tercatat sebanyak 6,32 juta orang. Tahun lalu, angka tersebut bertambah dua setengah kali lipat menjadi 15,81 juta wisatawan asing.
Tren yang hampir sama juga terlihat pada kunjungan wisatawan mancanegara dari negara-negara Asia. Tahun 2008 tercatat ada 4,3 juta pelancong dari negara-negara Asia yang berkunjung ke Indonesia. Angka kunjungan pelancong asing dari kawasan Asia kemudian meningkat 2,6 kali lipat menjadi 11,3 juta wisatawan pada tahun lalu.
Secara keseluruhan, meningkatnya angka kunjungan wisatawan asing khususnya dari kawasan Asia juga diikuti dengan pola yang relatif sama pada lama tinggal wisatawan. Gambaran tersebut tecermin dari data dua tahunan dari Badan Pusat Statistik.
Tahun 2008, 2010 dan tahun 2012, lama tinggal wisatawan tercatat mengalami penurunan dari rata-rata 8,58 hari menjadi 7,7 hari. Namun, sejak tahun 2014 hingga 2018 tercatat lama tinggal wisatawan kembali meningkat. Angka rata-rata lama tinggal wisatawan asing tahun 2018 mencapai 8,64 hari, melampaui rata-rata lama tinggal wisatawan asing di awal periode krisis global.
Faktor Pendorong
Peningkatan kunjungan wisatawan asing tentu bisa dipengaruhi oleh berbagai aspek, salah satunya infrastruktur. Adapun infrastruktur dalam konteks ini tidak hanya berkaitan dengan semakin banyaknya pembangunan dan perbaikan jalan. Infrastruktur pariwisata di berbagai destinasi wisata juga terus mengalami “upgrade fasilitas”.
Dalam beberapa tahun belakangan, pemerintah gencar membangun berbagai infrastruktur yang mendukung keterhubungan akses ekonomi, termasuk pariwisata. Mengacu pada publikasi Komite Percepatan Penyediaan Infrastruktur Prioritas semester I tahun 2019, pemerintah telah menyelesaikan pembangunan dan pengembangan tujuh bandara, satu ruas jalan tol dan satu pelabuhan pada tahun 2016.
Tahun 2017, menyusul lagi dua ruas jalan tol selesai dibangun dan selesai juga pengembangan satu bandara. Tahun lalu, pemerintah kembali menyelesaikan pembangunan 10 ruas jalan tol, selain juga proyek dua armada dan jalur kereta api.
Fasilitas akomodasi juga terus meningkat dalam satu dekade terakhir. Tahun 2009, tercatat baru ada 1.237 hotel berbintang, kemudian naik 2,7 kali lipat menjadi 3.314 unit hotel berbintang pada tahun lalu. Jumlah hotel non bintang juga bertambah hampir dua kali lipat, dari 12.695 unit tahun 2009 menjadi 24.916 hotel non bintang di tahun 2018.
Jumlah biro dan agen perjalanan wisata, kendati merujuk data yang terbatas, juga menunjukkan peningkatan. Data terakhir yang tersedia di Badan Pusat Statistik menunjukkan, biro perjalanan wisata bertambah dari 655 usaha pada tahun 2009 menjadi 1.120 usaha pada tahun 2013. Sementara itu, jumlah agen perjalanan wisata juga bertambah dari 1.159 usaha pada tahun 2009 menjadi 1.918 usaha di tahun 2013.
Pengeluaran Meningkat
Tumbuhnya berbagai infrastruktur pendukung pariwisata diikuti dengan pertumbuhan pengeluaran wisatawan asing yang mengesankan. Data perbandingan antara pengeluaran wisatawan domestik dan turis asing dari Badan Pusat Statistik sepanjang tahun 2012-2018, menunjukkan gambaran tersebut.
Kecenderungan yang muncul, pengeluaran wisata pada kelompok turis asing justru menunjukkan catatan yang jauh lebih mengesankan ketimbang wisatawan dalam negeri. Sepanjang 17 tahun terakhir, pengeluaran turis asing rata-rata tumbuh 15 persen per tahun, sedangkan pengeluaran di kelompok wisatawan dalam negeri kurang dari 10 persen pada periode sama.
Jika melihat perbandingan puncaknya, data yang ada menunjukkan bahwa pertumbuhan tertinggi pengeluaran wisatawan domestik hanya sekitar 25 persen yang terjadi sepanjang tahun 2006-2007. Sementara itu, puncak tertinggi pertumbuhan pengeluaran kelompok turis asing jauh melampaui wisatawan domestik, yakni mencapai hampir 60 persen.
Hal yang menarik dicermati, pertumbuhan tertinggi pengeluaran wisatawan asing ke Indonesia, lagi-lagi justru terjadi di tengah situasi dunia yang tengah dilanda krisis keuangan global. Pertumbuhan tertinggi pengeluaran turis asing terjadi antara tahun 2007 hingga 2008 dalam kurun waktu 17 tahun terakhir.
Pengeluaran wisatawan asing yang meningkat secara kuantitas, diikuti juga dengan perubahan struktur pengeluaran mereka. Konsumsi wisatawan asing tidak hanya habis untuk akomodasi, makanan dan minuman.
Lebih kurang 10 tahun lalu, proporsi pengeluaran turis asing untuk transportasi lokal dan paket wisata lokal tidak lebih dari 5 persen dari seluruh pengeluaran mereka. Tahun lalu, proporsi pengeluaran wisatawan asing dalam menggunakan transportasi dan paket tur lokal mencapai setidaknya 10 persen dari seluruh pengeluaran mereka.
Di atas kertas, fakta yang ada menunjukkan bahwa perbaikan infrastruktur pariwisata secara kuantitas dan kualitas memperkuat minat wisatawan asing berkunjung ke Indonesia. Turis asing tak segan merogoh saku lebih dalam dan tinggal lebih lama untuk berwisata di Indonesia. Pangsa pasar terbesar turis asing pun tak jauh dari Indonesia, yakni wisatawan dari negara-negara di kawasan Asia.
Inilah modal yang bisa dijadikan peluang bagi Indonesia untuk menambang dollar dari sektor pariwisata. Dalam konteks ini juga, Indonesia masih memiliki pekerjaan rumah yang tidak kalah penting. Pekerjaan rumah itu adalah, mempromosikan destinasi wisata di luar Bali yang sudah dikenal dunia dan dikunjungi oleh hampir 40 persen wisatawan asing setiap tahunnya. (Litbang Kompas)
Baca juga: Setengah Abad Pariwisata, Indonesia Tak Beranjak dari Bali