Untuk melawan Covid-19, kesehatan fisik dan psikis perlu ditingkatkan. Masyarakat dianjurkan tetap menjaga kesehatan di saat kecemasan dan kepanikan sedang melanda.
Oleh
Topan Yuniarto
·5 menit baca
Para ahli kesehatan menganjurkan masyarakat untuk meningkatkan daya tahan tubuh di masa pandemi Covid-19. Tidak hanya fisik yang perlu ditingkatkan imunitasnya, para psikolog pun menganjurkan agar kondisi psikis masyarakat harus tetap terjaga sehat di saat kecemasan dan kepanikan sedang melanda.
Selama pandemi Covid-19 berlangsung di Indonesia, tidak henti-hentinya pemerintah, kepala daerah, hingga pengurus RT/RW menyerukan kepada warga agar tetap di rumah. Namun, apa daya, hingga hari ini masih tampak warga yang beraktivitas di luar rumah dan tetap mengemudikan kendaraan di jalan raya.
Pembatasan jarak fisik melalui gerakan physical distancing dan social distancing sejak 16 Maret 2020 lalu sudah tampak dengan perubahan pola belajar di rumah bagi siswa dan bekerja dari rumah (work from home) bagi karyawan, baik negeri maupun swasta.
Selama proses tersebut, hal terpenting yang harus dilakukan masyarakat adalah menjaga kesehatan, baik secara fisik maupun mental. Kementerian Kesehatan menerbitkan Pedoman Penanganan Cepat Medis dan Kesehatan Masyarakat Covid-19 di Indonesia untuk memberikan panduan apa yang harus dilakukan masyarakat di saat Covid-19 menjadi ancaman.
Untuk menjaga kesehatan secara fisik dan meningkatkan daya tahan tubuh selama wabah masih meluas, Kemenkes memberikan pedoman untuk masyarakat yang dapat meningkatan imunitas tubuh atau fisik, di antaranya konsumsi gizi seimbang, aktivitas fisik atau senam ringan, istirahat cukup, mengonsumsi suplemen vitamin, tidak merokok, serta mengendalikan penyakit penyerta, seperti diabetes melitus, hipertensi, dan kanker.
Kemenkes menyatakan, beraktivitas di rumah dengan disertai istirahat yang cukup akan melipatgandakan daya tahan tubuh karena relatif sedikit bersinggungan dengan orang lain di jalan raya, angkutan umum, ataupun tempat bekerja.
Pada pedoman yang dirilis Kemenkes tersebut, perilaku masyarakat juga diatur dengan pembatasan interaksi fisik berupa tidak berdekatan atau berkumpul di keramaian atau tempat-tempat umum. Jika terpaksa berada di tempat umum, gunakanlah masker.
Selain itu, masyarakat diminta tidak menyelenggarakan kegiatan atau pertemuan yang melibatkan banyak peserta; menghindari melakukan perjalanan baik ke luar kota maupun luar negeri; menghindari bepergian ke tempat-tempat wisata; mengurangi berkunjung ke rumah kerabat, teman, saudara; serta mengurangi menerima kunjungan tamu.
Diharapkan pula agar mengurangi frekuensi belanja dan pergi berbelanja, terlebih ke supermarket dan mal. Namun, jika terpaksa, berbelanja bisa dilakukan saat benar-benar butuh serta usahakan bukan pada jam ramai. Kalaupun harus naik angkutan umum, Kemenkes memberikan pedoman agar menjaga jarak dengan orang lain minimal 1-2 meter pada saat mengantre ataupun duduk di bus atau kereta.
Pada 15 Maret 2020, Presiden Joko Widodo menekankan pentingnya belajar, bekerja, dan beribadah dilakukan di rumah untuk menekan meluasnya persebaran Covid-19. Upaya menerapkan bekerja dari rumah tampaknya cukup mendapat respons positif dari perusahaan-perusahaan. Hal itu ditandai para pemilik perusahaan mendorong karyawannya untuk bekerja dari rumah saja. Para siswa juga belajar dari rumah dengan cara mengerjakan tugas-tugas sekolah yang dikirimkan guru secara daring atau melalui grup percakapan pada aplikasi Whatsapp.
Kesehatan mental
Pembatasan sosial dapat membuat bosan dan frustrasi. Masyarakat bisa merasakan dampak pada perasaan seperti murung, kurang bersemangat, cemas, atau kurang tidur dan rindu keluar rumah untuk bertemu orang lain.
Kemenkes memberikan beberapa langkah mudah yang dapat membantu untuk dapat tetap aktif secara fisik dan mental, seperti tetap melakukan aktivitas fisik dan melihat beberapa ide olahraga di rumah, misalnya melakukan yoga atau senam untuk sendiri.
Dengan tetap di rumah, sebenarnya banyak hal yang bisa dilakukan dan dinikmati, seperti membaca, memasak, melakukan hobi di dalam rumah, mendengarkan hiburan melalui radio, berselancar di internet, atau menonton film di TV. Adakalanya menonton televisi dan mengakses berita yang terkait Covid-19 melalui internet dan media sosial akan semakin membuat cemas. Jika sudah mulai cemas, segera alihkan dengan aktivitas lain atau bisa istirahat.
Hal ringan yang bisa dan mudah dilakukan adalah membuka jendela rumah untuk menghirup udara segar, terutama di pagi hari, dan mendapatkan sinar matahari cukup. Bisa juga pergi ke taman sekitar lingkungan rumah. Berkomunikasi dengan keluarga melalui telepon atau platform media sosial juga penting untuk saling memberikan semangat menghadapi pandemi Covid-19.
Membanjirnya informasi dan konten soal Covid-19 tidak serta-merta berdampak positif kepada masyarakat. Era sosial media acap kali memunculkan kecemasan, bahkan pro dan kontra di kalangan masyarakat. Jika terjadi kecemasan dan kepanikan akibat Covid-19, hal tersebut telah memberikan indikasi terusiknya kesehatan mental.
Jika kesehatan mental terganggu, upaya meningkatkan imunitas fisik akan sia-sia. Oleh karena itu, jika kesehatan mental seseorang mulai terganggu akibat Covid-19, para psikolog menganjurkan untuk berhenti total membaca atau mencari informasi atau meneruskan informasi terkait Covid-19. Sebab, jika mental terganggu, tidak ada gunanya mengetahui sudah berapa banyak orang yang terkena Covid-19, berapa yang meninggal, dan berapa yang sembuh. Justru informasi soal Covid-19 malah menambah kecemasan.
Para psikolog dan ahli kesehatan jiwa juga menganjurkan berhenti total membaca atau mencari informasi atau meneruskan informasi terkait Covid-19 minimal selama setidaknya dua minggu. Selama hal tersebut berlangsung, masyarakat bisa mengalokasikan banyak waktunya untuk membaca buku, menonton film atau video lucu, karaoke, senam atau olahraga, meditasi, berdoa, atau apa saja yang positif dan bisa membuat pikiran serta perasaan tenang dan bahagia.
Disarankan pula agar masyarakat menghentikan menebar dan menyebar informasi terkait virus korona baru penyebab Covid-19 di media sosial dan grup percakapan, seperti Whatsapp atau Telegram, yang justru semakin menguatkan berbagai emosi negatif, seperti takut, khawatir, cemas, dan merasa tidak berdaya.
Saat ini waktunya untuk melawan virus korona dengan berpikir positif dan merasakan emosi positif, mengirimkan sinyal positif untuk diri sendiri dan lingkungan, serta menyebar informasi yang sifatnya meneduhkan dan menenangkan untuk kebaikan diri sendiri dan bersama.
Dengan melakukan banyak hal yang disarankan Kemenkes dan para psikolog atau ahli kesehatan jiwa secara maksimal, ancaman Covid-19 diharapkan akan berangsur mereda dan pada akhirnya akan lenyap seiring dengan makin kuatnya imunitas secara lahir dan batin. (LITBANG KOMPAS)