Kabar Baik di Tengah Pandemi Covid-19
Publik harus meyakini Covid-19 tidak melulu berkelindan dengan kisah tentang kesedihan, kekalutan, atau kegamangan, tetapi juga soal harapan.
Mari melihat dengan kacamata yang berbeda. Meyakini bahwa Covid-19 tidak melulu berkelindan dengan kisah tentang kesedihan, kekalutan, atau kegamangan. Di baliknya, tebesit harapan besar tentang kesembuhan, persatuan, dan kisah yang sama sekali tidak pernah terbayangkan sebelumnya.
Satu bulan sudah Indonesia berjuang menangani penyebaran Covid-19. Selama itu pula, jagat pemberitaan turut dihiasi dengan sejumlah fakta yang tak lepas dari penyakit akibat virus korona baru ini, mulai dari penyebaran virus ke penjuru negeri hingga gugurnya tenaga medis yang berjuang di garda terdepan.
Kini, untuk sesaat, atau beberapa saat, mari kita mengalihkan pandangan dari lembaran memilukan itu. Bukan untuk menutup mata terhadap kondisi dunia yang masih berjibaku melawan pandemi. Namun, tak ada salahnya sejenak memberi jeda, mengambil jarak dengan situasi yang ada, guna memahami bahwa ada harapan besar di balik kondisi saat ini.
Dalam kondisi saat ini, mengeluh dan saling menyalahkan bukanlah pilihan.
Bagi yang kini tengah berjuang untuk kesembuhan, baik bagi diri sendiri maupun anggota keluarga, lupakan semua berita negatif tentang Covid-19. Fokus pada kesembuhan dengan mengonsumsi informasi positif adalah pilihan terbaik sebagai stimulus diri.
Harapan terhadap kesembuhan amat terbuka lebar. Hingga 3 April lalu, 153 dari 206 negara yang terjangkit Covid-19 telah mengonfirmasi kesembuhan sebagian pasien. Artinya, catatan kesembuhan telah dirilis oleh tiga dari empat negara di dunia yang terjangkit Covid-19.
China, negara yang pertama kali mengonfirmasi kasus positif Covid-19, bahkan memiliki tingkat kesembuhan yang sangat tinggi. Menurut catatan Johns Hopkins University and Medicine, dari total 82.464 pasien positif, sebanyak 93,1 persen di antaranya telah dinyatakan sembuh.
Angka kesembuhan yang tinggi juga tercatat di Provinsi Hubei, wilayah pertama yang mengonfirmasi kasus positif Covid-19 di China. Dari total 67.802 kasus positif Covid-19, sebanyak 93,8 persen di antaranya dinyatakan sembuh.
Angka kesembuhan yang cukup tinggi juga dicatatkan Korea Selatan. Hingga 3 April lalu, 6.021 pasien di antaranya berhasil mencatatkan kesembuhan. Angka ini mencapai 59,8 persen dari total kasus positif Covid-19 yang ditemukan.
Harapan akan kesembuhan juga terlihat di daratan Eropa. Di Jerman, sebanyak 22.440 pasien Covid-19 telah dinyatakan sembuh. Tingkat kesembuhan di negara itu mencapai 26,5 persen. Sementara di Spanyol, sebanyak 23,9 persen atau 26.743 pasien Covid-19 juga dinyatakan sembuh.
Baca juga: Secercah Indah di Tengah Wabah
Meski beberapa negara di Eropa mencatatkan tingkat kesembuhan di bawah 30 persen, kondisi ini belum dapat disimpulkan sebagai rendahnya angka kesembuhan. Pasalnya, negara-negara di Eropa baru menemukan pasien positif Covid-19 beberapa pekan setelah China.
Jerman mencatatkan kasus positif pertama pada tanggal 28 Januari dan diikuti Spanyol pada 1 Februari atau berjarak sekitar satu bulan dari laporan kasus pertama di China. Artinya, harapan terhadap kesembuhan masih amat terbuka.
Bahkan, harapan kesembuhan juga masih dimiliki penduduk berusia lanjut. Belanda, misalnya, yang pada 31 Maret lalu mengonfirmasi kasus kesembuhan pasien berusia 101 tahun setelah dirawat sekitar 10 hari.
Indonesia
Selain di Benua Eropa, harapan akan kesembuhan juga terlihat di Indonesia. Menurut catatan Kementerian Kesehatan, sejak 25 Maret hingga 3 April lalu, terdapat penambahan jumlah pasien sembuh setiap harinya. Jika dirata-ratakan, terdapat 10 pasien yang sembuh per hari pada rentang waktu yang sama.
Kabar baik tentang kesembuhan salah satunya datang dari Kota Malang. Setelah satu pasien sembuh pada 23 Maret, lima hari berikutnya dua pasien lainnya kembali dinyatakan sembuh. Kesembuhan diperoleh setelah ketiganya menjalani perawatan selama hampir dua pekan.
Kabar baik juga datang dari timur Indonesia. Pada 31 Maret lalu, sebanyak dua orang pasien dinyatakan sembuh setelah sembilan hari terjangkit Covid-19. Pada hari yang sama, sebanyak empat pasien yang dirawat di RSUD KRMT Wongsonegoro di Semarang, Jawa Tengah, juga dinyatakan sembuh.
Menurut Direktur RSUD KRMT Wongsonegoro Susi Herawati, keceriaan, ketenangan, dan perhatian yang diberikan turut mempercepat kesembuhan bagi pasien.
Sugesti memang sangat dibutuhkan untuk kesembuhan pasien Covid-19. Lestari, penyintas Covid-19 di Semarang, menyatakan, salah satu hal yang dilakukan untuk memperoleh kesembuhan adalah memberi sugesti pada diri sendiri untuk sembuh setiap pagi selama dirawat.
Solidaritas sosial
Selain kesembuhan, kabar baik lainnya di tengah pandemi Covid-19 adalah meningkatnya solidaritas sosial. Masyarakat dari berbagai latar belakang tidak hanya merasakan simpati, tetapi juga telah menunjukkan sikap empati.
Di luar negeri, gerakan bersama mencegah Covid-19 bahkan terlihat pada negara-negara yang sebelumnya mengalami konflik. Palestina dan Israel, misalnya, yang kini sama-sama berjuang mencegah penyebaran Covid-19. Sebuah kondisi yang mungkin tak terbayangkan sebelumnya.
Di Indonesia, gerakan juga dilakukan hingga penjuru negeri. Tokoh masyarakat, pejabat publik, youtuber, hingga kelompok masyarakat kecil saling bahu-membahu membantu penanggulangan Covid-19. Gerakan yang dilakukan pun beragam, mulai dari gerakan preventif untuk menyuarakan pencegahan penularan Covid-19 hingga gerakan kuratif untuk membantu masyarakat yang terkena dampak ekonomi akibat pembatasan ruang gerak.
Gerakan preventif dapat dilihat dari banyaknya imbauan di media sosial agar masyarakat di setiap daerah tetap berada di rumah atau menjaga jarak dalam setiap interaksi sosial. Tagar #dirumahaja ramai-ramai digunakan warganet Indonesia sebagai simbol pengingat.
Sementara tindakan kuratif salah satunya dapat dilihat dari banyaknya orang yang turut menyumbang di kitabisa.com, Dompet Dhuafa, hingga melalui lembaga lainnya. Dana hingga puluhan miliar rupiah pun terkumpul hanya dalam kurun kurang dari satu bulan.
Berbagi makanan gratis juga dilakukan oleh sejumlah rumah makan. Pemilik usaha warteg, penjual ketupat sayur, dan rumah makan Padang turut memberikan makanan secara gratis bagi pengemudi ojek daring yang tetap bekerja di tengah pandemi.
Selain itu, beberapa ikatan alumni di universitas juga turut menggalang dana untuk membantu pedagang kantin yang harus tutup akibat liburnya aktivitas perkuliahan. Ini menunjukkan wujud persatuan masyarakat Indonesia dan tingginya semangat saling membantu untuk mengatasi dampak dari Covid-19.
Dalam kondisi saat ini, mengeluh dan saling menyalahkan bukanlah pilihan. Melakukan apa pun yang kita bisa adalah langkah bijak untuk memulihkan situasi. Siapa pun kita, langkah sekecil apa pun sangat dibutuhkan untuk memutus rantai penularan ataupun saling bantu meringankan beban kehidupan masyarakat sekitar.
Bagi yang memiliki jejaring, menggalang dana untuk orang-orang terdampak Covid-19 adalah salah satu langkah yang dapat dilakukan. Bagi yang suka menulis, membagi informasi yang membawa inspirasi, solusi, dan semangat positif bagi setiap pembaca adalah jalan lain yang juga dapat dilakukan.
Bagi yang harus bekerja dari rumah, bertahan sejenak hingga situasi membaik adalah tindakan yang tak kalah bijak. Bagi yang harus tetap bekerja di lapangan, menjaga jarak dalam setiap interaksi sosial adalah tindakan yang juga harus dilakukan.
Apa pun itu, setiap tindakan positif dibutuhkan untuk menghadapi pandemi ini. Semoga kabar baik terus hadir setiap hari hingga wabah ini berhasil diatasi. (LITBANG KOMPAS)
Baca juga: Mengapa Harus Membayar Berita Daring?