Wabah Covid-19 di Wuhan mulai mereda. Hal ini menjadi optimisme bagi negara-negara dunia yang masih berjuang melawan pandemi.
Oleh
Eren Marsyukrilla
·4 menit baca
Setelah hampir tiga bulan diberlakukan untuk menangani Covid-19, status lockdown Kota Wuhan pada akhirnya akan dicabut. Rencana itu ditetapkan setelah kasus di wilayah episentrum awal penyebaran wabah itu mulai mereda. Hal ini turut menjadi optimisme negara-negara lain yang masih berjuang melawan pandemi.
Diketahui Pemerintah China memutuskan mengambil tindakan tegas untuk lockdown setelah wabah Covid-19 terus menyebar dengan masif. Sejak 23 Januari 2020 pemerintah memberlakukan lockdown secara bertahap mulai dari ibu kota Wuhan hingga keseluruhan wilayah di Provinsi Hubei.
Data dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) hingga 2 April 2020 menunjukkan, jumlah kasus terkonfirmasi positif korona di China mencapai 82.000 dengan lebih dari 3.000 kematian. Sebesar 60 persen dari jumlah kasus Covid-19 itu terjadi di Kota Wuhan.
Dari jumlah tersebut, sekitar 90 persen pasien yang positif terinfeksi berhasil sembuh dan diperbolehkan pulang dari rumah sakit. Selama dua minggu di pengujung Maret, kasus positif baru di sejumlah wilayah di Hubei tidak lagi ditemukan.
Tanggal 25 Maret 2020, Pemerintah China secara berangsur-angsur telah mencabut status lockdown di Provinsi Hubei. Khusus untuk Kota Wuhan, status karantina wilayah direncanakan berakhir pada 8 April 2020. Tidak kurang dari 60 juta orang di Hubei terdampak tak dapat berpergian selama masa karantina berlangsung.
Sejumlah persiapan untuk pencabutan masa karantina di Wuhan mulai terlihat sejak akhir Maret. Beberapa akses di lokasi perbatasan mulai dibuka dan sejumlah layanan kereta bawah tanah kembali beroperasi.
Dalam rilis resminya, Pemerintah Provinsi Hubei mengizinkan warga Wuhan keluar dari wilayah kotanya, bahkan izin juga diberikan bagi mereka yang akan pergi meninggalkan wilayah Provinsi Hubei.
Roda perekonomian pun mulai kembali bergeliat. Meskipun belum semua pedagang membuka toko-tokonya, masyarakat di Wuhan tampak begitu antusias menyambut kebijakan pencabutan lockdown. Dengan tetap mengaplikasikan protokol kesehatan dari pemerintah, mereka yakin kembali beraktivitas seperti sebelum masa pandemi.
Waspada
Meskipun masa karantina berangsur kendur, warga di Wuhan diminta tetap waspada dalam beraktivitas. Ini dilakukan untuk tetap menjaga risiko kerentanan penularan mengingat wabah masih merajalela di banyak belahan negara dunia.
Otoritas kota setempat tetap melakukan prosedur kesehatan untuk mengurangi penyebaran virus, seperti dengan penyemprotan disinfektan. Para petugas, pekerja dan sukarelawan masih terus berjaga di tempat-tempat umum dengan menggunakan perlengkapan pelindung.
Sosialisasi untuk penggunaan masker dan imbauan untuk tak berkerumun juga masih begitu digalakkan, bahkan pemindaian untuk pengecekan kesehatan juga tetap dilakukan di sejumlah titik ruang publik.
Di tengah gegap gempita pencabutan karantina massal itu, antisipasi penularan yang sedemikian rijit tetap perlu dilakukan menyusul kabar mengenai adanya kasus pasien yang kembali positif Covid-19.
Kekhawatiran akan gelombang kedua penyebaran korona ini sedikit berbeda karena sulit dideteksi dengan tidak adanya gejala yang ditunjukkan pasien. Banyak peneliti di dunia yang kini sedang melakukan riset perihal penularan korona yang dapat terjadi dari pasien setelah dinyatakan sembuh. Penelitian dilakukan juga bertujuan dapat mengungkap pengembangan antibodi pada tubuh pasien yang sempat terinfeksi sehingga dapat kebal terhadap Covid-19.
Terkait hal itu, tim dokter dari rumah sakit Tongji yang menjadi salah satu lokasi perawatan pasien positif Covid-19 di Wuhan mengungkapkan tidak menemukan bukti bahwa pasien yang sudah pulih dapat menjadi penular atau infeksius. (Kompas.com 26/3/2020)
Sementara terkait dengan pasien pulih yang kembali terinfeksi diperkirakan akibat adanya kesalahan dan bias keandalan dalam pengujian asam nukleat saat mendeteksi jejak virus pada pasien yang pulih. Sebelumnya, dikabarkan tiga anggota keluarga di Wuhan kembali terinfeksi korona setelah dinyatakan sembuh.
Kesalahan pendeteksian mungkin saja terjadi mengingat dari jumlah kasus yang ditemukan di rumah sakit tersebut, hanya 3 persen pasien pulih yang tesnya kembali menunjukkan hasil positif. Dari pengawasan yang dilakukan terhadap pasien yang dinyatakan sembuh dalam rentang satu bulan, sekitar 80-90 persen tidak lagi memiliki jejak virus korona di dalam tubuhnya.
Negara lain
Langkah pemerintah China untuk mencabut status lockdown ini menjadi perhatian dunia. Bagaimana tidak, hal ini dilakukan di tengah pandemi Covid-19 yang sedang begitu merajalela di banyak negara.
Di negara-negara Eropa, seperti Italia dan Spanyol, penyebaran Covid-19 begitu masif dengan ribuan angka kematian. Persoalan semakin diperparah dengan kapasitas pelayanan kesehatan yang tak sebanding dengan ledakan kasus setiap harinya.
Termasuk pula di Indonesia dengan peningkatan kasus terkonfirmasi positif rata-rata di atas 100 orang per hari. Data terbaru dari Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 per tanggal 3 April 2020, jumlah pasien yang dinyatakan positif lebih dari 1.600-an kasus dengan jumlah kematian mencapai 181 orang. Kondisi ini menempatkan Indonesia sebagai negara dengan kematian akibat Covid-19 tertinggi di Asia Tenggara dan juga menjadi perhatian WHO.
Negara China, khususnya di salah satu kota terpadatnya, yaitu Wuhan, menjadi titik awal penyebaran wabah. Namun, dengan segala kebijakan strategisnya, penanganan Covid-19 di Negeri Tirai Bambu itu dapat berlangsung efektif meredam penyebaran virus.
Tak menunggu waktu lama, sejak awal wabah korona melanda, Pemerintah China sangat fokus mengisolali 11 juta warganya di Kota Wuhan. Antisipasi penanganan pun juga dilakukan dengan menyiapkan tenaga medis, fasilitas kesehatan berupa rumah sakit darurat hingga pabrik untuk memproduksi kelengkapan alat kesehatan yang begitu diperlukan untuk menangani Covid-19.
Melihat hal tersebut, keberhasilan negara dalam mengatasi wabah memang begitu tergantung pada kesigapan tindakan yang diambil oleh pemerintahnya.
Sedikit banyak negara pandemi yang saat ini masih berjuang melawan korona dapat terus memupuk optimisme dan belajar dari apa yang telah dilakukan China. (LITBANG KOMPAS)