Tetap Bahagia Jadi Kunci Imunitas Covid-19?
Meski melaju pelan, bertambahnya pasien yang sembuh dari Covid-19 di Indonesia memberikan angin segar. Tersiar juga, kunci kesembuhan pasien terletak pada menguatnya emosional yang bahagia sehingga memperkuat imun tubuh.
Bertambahnya pasien yang sembuh dari Covid-19 di Indonesia memberikan angin segar meski perkembangannya jumlahnya melaju pelan. Tersiar juga, kunci kesembuhan pasien terletak pada menguatnya emosional yang bahagia sehingga memperkuat imun tubuh. Apakah hidup bahagia jadi kunci mengatasi pandemi ini?
Berdasarkan data dari BNPB dan Gugus Tugas Covid-19, total pasien yang sembuh hingga 3 April 2020 berjumlah 134 orang. Sementara itu, terdapat total 1.986 kasus positif Covid-19 hingga hari-33 ini.
Di samping informasi bertambahnya pasien yang meninggal akibat Covid-19, jumlah pasien yang sembuh pun juga mendaki secara perlahan. Hingga 30 Maret 2020, terdapat 16 pasien sembuh di Jawa Timur. Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa mengatakan, dari 16 pasien yang sembuh, tiga di antaranya dirawat di Rumah Sakit Umum Dr Soetomo, Surabaya.
Selain itu, kabar menggembirakan juga datang dari Rumah Sakit Umum Daerah Merauke. Dua pasien yang sebelumnya positif Covid-19 kini sudah dinyatakan sembuh berdasarkan hasil pemeriksaan sampel oleh tim laboratorium Balai Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Papua. Keduanya merupakan pasien yang pertama kali dinyatakan positif Covid-19 di Papua pada 22 Maret 2020.
Dalam wawancara via telepon dengan Kompas, Pelaksana Tugas Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Merauke Neville Muskita menyatakan bahwa keduanya mendapatkan perawatan selama dua minggu. Ia menambahkan bahwa kekebalan tubuh meningkat setelah dokter memberikan pendampingan dan obat, termasuk klorokuin dan vitamin. Sembuhnya dua pasien ini menjadi motivasi bagi seluruh dokter dan perawat yang bertugas di RSUD Merauke.
Kemudian, pengalaman keempat pasien warga negara Indonesia yang sembuh dari Covid-19 di Semarang secara implisit memberikan pesan bahwa menjaga kondisi tetap gembira dan berpikiran positif dapat mempercepat pemulihan mereka. Meski tidak secara langsung, suasana hati yang bahagia itu dapat menguatkan imunitas tubuh pasien sehingga bisa melawan virus.
Pernyataan itu disampaikan Direktur RSUD KRMT Wongsonegoro Semarang Susi Herawati. Sebelumnya, keempat pasien tersebut mendapat perawatan intensif di RSUD KRMT Wongsonegoro, Semarang.
Begitu juga dengan tiga pasien di Kota Malang yang sembuh dan diperbolehkan pulang pada 28 Maret 2020 lalu. Ketiganya mendapat perawatan di Rumah Sakit Umum Daerah Saiful Anwar (RSSA) Kota Malang dan Rumah Sakit Tentara Soepraoen. Kepala Bagian Humas Pemerintah Kota Malang Nur Widianto memberikan keterangan bahwa ketiganya mengalami peningkatan daya imum hingga sembuh.
Imunitas
Perihal imunitas, Menteri Kesehatan RI Terawan Agus Putranto pernah mengulang-ulang hal ini sebelum dua kasus pertama di Indonesia diumumkan Presiden Joko Widodo. Kala itu, menurut dia, jika imunitas tubuh baik, maka tidak akan rentan terhadap segala jenis virus. Pernyataan itu salah satunya ia berikan pada peringatan Hari Gizi Nasional di Gedung Kemenkes pada 28 Januari 2020.
Bagi masyarakat umum, peran imunitas tubuh memang memegang peranan penting agar terhindar dari Covid-19. Merujuk pada laman alodokter.com, sistem imun tubuh yang terjaga baik dapat menangkal penularan virus. Bahkan, juga menangkal berbagai penyakit lainnya.
Di sana dijelaskan bahwa tubuh manusia memiliki sistem imun untuk melawan virus dan bakteri penyebab penyakit. Faktor penuaan, kurang gizi, penyakit, bahkan obat-obatan tertentu menjadi hal yang dapat melemahkan sistem imun atau daya tahan tubuh seseorang. Maka, ada berbagai cara untuk menjaga daya tahan tubuh agar tetap kuat.
Kekebalan tubuh meningkat setelah dokter memberikan pendampingan dan obat, termasuk klorokuin dan vitamin.
Ada beberapa cara untuk menjaga imunitas tubuh, seperti menerapkan pola hidup sehat (berolahraga, menjaga asupan makanan bergizi, dan istirahat cukup). Begitu pula dengan pola hidup bersih yang terus digencarkan di tengah situasi wabah kini. Lantas, bagaimana dengan aspek emosional?
Dalam konsep psikosomatis (bahasa Latin, pikiran: psyche dan tubuh: soma), pikiran dan tubuh sesungguhnya kesatuan yang terpisahkan dan saling memengaruhi. Singkatnya, jika pikiran terbebani, merasa tertekan, cemas, dan sebagainya, tubuh akan mengalami penurunan daya tahan sehingga menimbulkan penyakit tertentu.
Gangguan psikosomatis ini sudah dikenal di dunia kedokteran dan kerap diatasi dengan terapi atau pengobatan yang berfokus pada kesehatan mental pasien. Dengan paham itulah, menjaga emosi tetap bahagia dapat menjadi salah satu kunci untuk menjaga imunitas tubuh.
Meski demikian, hidup bahagia saja tidaklah cukup. Menjalankan pola hidup sehat dan bersih, serta mengikuti imbauan menjaga jarak, justru menjadi hal pertama yang diterapkan.
Stigma negatif
Berlawanan dengan kondisi yang membantu pasien dalam pemulihannya, stigma negatif justru menjadi penghalang. Dalam publikasi UNICEF berjudul ”Social Stigma associated with COVID-19”, dijelaskan beberapa stigma negatif yang timbul dari pandemi ini dan imbas buruk yang dihasilkannya. UNICEF memandang bahwa stigma negatif dapat diberikan kepada korban karena seluk beluk Covid-19 belum banyak diketahui di awal kemunculannya.
Dalam publikasi tersebut disebutkan tiga hal buruk apabila stigma negatif atas korban Covid-19 beredar di masyarakat. Mulai dari membuat seseorang menyembunyikan status kesehatannya, membuat orang enggan memeriksakan dirinya, hingga membuat orang kabur saat akan diperiksa, diobati, dan dikarantina sehingga memperbesar risiko penularan di masyarakat.
Sembuhnya dua pasien ini menjadi motivasi bagi seluruh dokter dan perawat yang bertugas di RSUD Merauke.
Maka, tidak mengherankan apabila ada beberapa pemberitaan terkait imbas stigma negatif ini. Pada Kamis malam, 26 Maret 2020, seorang pasien dalam pengawasan (PDP) Covid-19 dilaporkan melarikan diri dari ruang isolasi RSUD Cendrawasih Dobo, Kabupaten Kepulauan Aru, Maluku. Menurut Kepala Bagian Humas dan Protokuler Setda Pemerintah Kepulauan Aru Erens Pieter Kalorbobir, pasien tersebut kabur melalui jendela ruang isolasi.
Bahkan, keengganan untuk diperiksa juga ditunjukkan oleh pejabat negara dan sempat menjadi pembicaraan di media sosial. Dalam video amatir berdurasi lebih kurang dua menit, terlihat sejumlah anggota DPRD Kabupaten Blora, Jawa Tengah, yang bersitegang dengan petugas medis karena menolak diperiksa saat itu juga.
Dalam kesempatan lain, Wakil Ketua DPRD Kabupaten Blora Siswanto menjelaskan bahwa para anggota DPRD tersebut ingin diperiksa di RSUD Cepu karena waktu itu kelelahan setelah berkunjung dari Lombok.
Baca juga: Danse Macabre, Seni Menghadapi Epidemi
Di sisi lain, Covid-19 dapat terjadi melalui benda-benda sekitar yang ditularkan oleh orang yang positif terpapar dalam waktu yang singkat. Virus juga dapat bertahan di permukaan-permukaan benda dalam hitungan jam sehingga pemeriksaan seharusnya dilakukan sesegera mungkin. Tentu saja, tindakan penolakan untuk diperiksa justru menjadi faktor penularan Covid-19 secara lebih luas.
Oleh sebab itu, stigma negatif perlu dihindari agar pasien yang menderita Covid-19 tidak mengalami tekanan yang akhirnya melemahkan imunitas tubuh. Dorongan semangat dan perhatian menjadi penting bagi para korban agar pulih dan menumbuhkan harapan bagi pasien lainnya. Selain itu, dukungan juga masih perlu diberikan bagi para tenaga medis, satuan tugas, para relawan, jurnalis, dan orang di sekitar dalam situasi pandemi ini. (LITBANG KOMPAS)
Baca juga: Mengapa Harus Membayar Berita Daring?