Simpati untuk Garda Terdepan
Simpati mengalir deras kepada tenaga kesehatan yang berjuang di garda terdepan dalam penanganan Covid-19. Bukan hanya itu, warga pun banyak yang terpanggil menjadi sukarelawan.
Pandemi Covid-19 tak hanya memunculkan kekhawatiran, tetapi juga banyak pahlawan. Di garda terdepan, tanggung jawab terbesar harus diemban barisan tenaga kesehatan. Simpati pun banyak mengalir untuk membantu mereka.
Derasnya simpati kepada tenaga kesehatan yang sedang berjuang menangani Covid-19 tergambar dalam aktivitas sosial media sejak beberapa waktu lalu. Kolase foto awak medis dengan guratan lebam di wajahnya karena terlampau lama menggunakan masker dan pelindung diri menjadi sangat viral dengan penuh pujian dan doa dari para warganet.
Unggahan yang juga viral dan mengaduk emosi berupa sejumlah foto yang memperlihatkan betapa beratnya tugas yang dilakukan para dokter dan perawat dalam menangani Covid-19. Mereka harus menahan haus dan lapar, letih tertidur di kursi dan lorong rumah sakit, ataupun beribadah dengan masih mengenakan lengkap seragam pelindung.
Ada lagi sebuah video yang bercerita tentang perjuangan para tenaga kesehatan di Wuhan yang ramai diperbincangkan pengguna sosial media. Video berdurasi tak sampai dua menit itu dibuat oleh Dahlan Iskan.
Dengan emosional, ia menceritakan keberhasilan para dokter mengalahkan Covid-19 disambut dengan penghormatan tinggi dari warga Wuhan. Tergambar dalam video, warga berjejer di pinggir jalan sambil melampiaskan rasa terima kasih melepas bus-bus yang mengangkut tenaga kesehatan pulang karena telah menyelesaikan tugas.
Di akhir narasinya, mantan Menteri BUMN itu juga menyampaikan rasa bangga dan terima kasih kepada dokter dan paramedis Indonesia yang terus bekerja maksimal di tengah keterbatasan peralatan.
Itulah realitas yang terjadi saat ini dalam penanganan Covid-19 di Indonesia. Kelangkaan peralatan alat pelindung diri (APD) yang menjadi standar penanganan penyakit menular membuat para tenaga kesehatan begitu rentan terpapar virus ini.
Kekurangan APD
Sebagai garda terdepan yang berhadapan langsung dengan pasien positif Covid-19, kelengkapan APD bagi para dokter, perawat, tim laboratorium, hingga petugas mobil ambulans tak dapat ditawar lagi. Berjalan sebulan sejak badai korona menerpa, kekurangan APD memang menjadi persoalan tersendiri yang menghambat penanganan pandemi korona.
Sebulan sejak korona mewabah, setidaknya 25 dokter Indonesia yang merawat pasien positif korona meninggal akibat minimnya kelengkapan APD. Ratusan tenaga kesehatan lain pun telah dinyatakan positif tertular.
Meskipun demikian, masih ditemukan paramedis di sejumlah daerah yang terpaksa menggunakan APD tak sesuai standar seperti dengan jas hujan, plastik, masker, dan sarung tangan seadanya yang tak sesuai standar.
Sebanyak 25 dokter Indonesia yang merawat pasien positif korona meninggal akibat minimnya kelengkapan APD.
Ibarat sebuah tameng, APD menjadi kelengkapan yang wajib dikenakan petugas medis. Penggunaan APD yang terstandar sangat mengurangi, bahkan menghindarkan tenaga kesehatan dari risiko penularan virus. Secara psikologis, penggunaan APD akan membuat tenaga kesehatan jauh lebih percaya diri dalam bekerja.
Penggunaan APD dalam penanganan pandemi yang dibawa virus telah ditetapkan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Sesuai standar yang telah disusun, APD haruslah menutupi seluruh tubuh mulai dari kepala hingga kaki.
Secara umum, APD haruslah terbuat dari bahan berkualitas sesuai ketentuan yang terdiri dari penutup kepala, pelindung wajah, masker, sarung tangan baju pelindung, apron, hingga sepatu pelindung.
Disiplin penggunaan kelengkapan APD bagi tenaga kesehatan tidak boleh ditawar. Terlebih jumlah penyebaran virus ini semakin masif.
Setiap hari, penambahan kasus positif di Indonesia mencapai lebih dari 100 orang. Data dari Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 per 6 April 2020, tidak kurang dari 2.491 orang di 32 provinsi terkonfirmasi positif korona.
Di Jakarta, sebagai daerah dengan kasus positif korona tertinggi, lebih dari 1.200 orang positif Covid-19, membuat dokter dan perawat harus bekerja keras dari biasanya. Dalam sehari, sebagian besar dari mereka harus bekerja 12-15 jam dengan waktu bekerja 24 jam nonstop.
Pemerintah Provinsi DKI Jakarta telah menurunkan tidak kurang dari 3.350 dokter dan 7.700 perawat untuk menangani kasus Covid-19. Dalam sehari saja, di wilayah Ibu Kota membutuhkan setidaknya 1.000 kit APD untuk digunakan oleh tim medis.
Simpati
Beratnya tugas dan risiko pekerja medis mengundang banyak simpati dari banyak kalangan masyarakat untuk membantu pejuang kemanusiaan tersebut dapat bertugas dengan APD yang lengkap sesuai standar. Aliran bantuan datang dari kalangan warga, perusahaan swasta, lembaga, hingga tokoh masyarakat.
Penggalangan dana kanal daring gerakan sosial ramai dilakukan. Banyak lembaga atau yayasan maupun perseorangan tergerak untuk membuat donasi daring yang hasilnya untuk pembelian APD.
Seperti gerakan sosial bertajuk Konser Musik #dirumahaja yang dipelopori oleh Najwa Shihab. Konser musik yang digelar secara virtual tersebut melibatkan puluhan musisi papan atas dalam negeri. Secara bergantian mereka menampilkan live show dan mengajak penonton untuk mendonasikan uang.
Empat hari dibuka, 23-28 Maret 2020 konser online ini berhasil mengumpul uang dari donatur lebih dari Rp 9 miliar. Hasil tersebut akan digunakan untuk membeli kebutuhan perlengkapan APD sebagai wujud kepedulian terhadap petugas medis sebagai orang yang paling rentan terpapar Covid-19. Selebihnya, sumbangan juga disalurkan kepada warga terdampak ekonominya akibat wabah korona.
Simpati terhadap pejuang medis tak selalu berbentuk penggalangan dana. Untuk memenuhi kebutuhan, secara nyata sejumlah pelaku usaha garmen dan perusahaan swasta lainnya ikut memproduksi APD.
Bahkan di Jawa Timur dan Jambi, misalnya, kelangkaan di pasar membuat pemerintah daerah setempat menggandeng sejumlah UMKM untuk memproduksi APD. Gerakan yang sama juga banyak dilakukan oleh kelompok masyarakat ataupun perseorangan secara mandiri di sejumlah daerah.
Lonjakan kebutuhan APD yang mendesak juga membuat pemerintah menyiapkan sejumlah langkah taktis. Melalui Direktur Industri Tekstil, Kulit, dan Alas Kaki Kementerian Perindustrian menyatakan tidak kurang dari 28 perusahaan yang memproduksi APD akan meningkatkan kapasitas produksi untuk memenuhi permintaan selama wabah virus korona.
Produsen tersebut siap memenuhi permintaan 17,5 juta set APD lengkap serta sekitar 500.000 paket baju medis (surgical gown) setiap bulan. Untuk mendukung hal tersebut, koordinasi dan persiapan juga dilakukan pada perusahaan swasta ataupun BUMN yang dapat memasok bahan baku.
Terkait hal itu, kementerian kesehatan juga mengambil langkah cepat dengan mempercepat pemberian izin edar APD dan masker kepada produsen kelompok usaha maupun produsen perseorangan yang memenuhi persyaratan.
Beberapa waktu lalu, pada Jumat (27/3/2020) Pemerintah Indonesia juga menerima 40 ton bantuan alat kesehatan dari pengusaha China, mulai dari tes kit, masker, termasuk pula set APD. Bantuan tersebut langsung didistribusikan ke daerah-daerah yang membutuhkan.
Sukarelawan
Selain bantuan berupa perlengkapan medis, donasi, hingga kerelaan memproduksi APD, bermunculan pula barisan orang yang terpanggil untuk menjadi sukarelawan kemanusiaan untuk membantu penanganan Covid-19.
Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 menyatakan, saat ini daerah-daerah begitu memerlukan bantuan tenaga medis maupun nonmedis.
Panggilan untuk para sukarelawan dalam menangani Covid-19 tersebut disampaikan langsung oleh Koordinator Relawan Gugus Tugas Covid-19 Andre Rahadian saat konferensi pers di Gedung BNPB pada Kamis (26/3/2020).
Dalam maklumat tersebut disebutkan, Gugus Tugas Penanganan Covid-19 secara khusus telah membuat microsite untuk pendaftaran sukarelawan.
Saat ini Indonesia membutuhkan ribuan perawat maupun dokter yang terdiri dari dokter spesialis paru, spesialis anestesi, dan dokter umum. Kebutuhan tenaga lainnya yang juga begitu mendesak dalam penanganan wabah ini adalah pranata laboratorium, tenaga administrasi rumah sakit, ahli farmasi, hingga sopir ambulans.
Sekitar seminggu ajakan tersebut disampaikan, pantauan dari laman khusus deskrelawanpb.bnpb.go.id/covid-19 per 6 April 2020 menunjukkan, jumlah sukarelawan yang mendaftar 17.322 orang. Jumlah itu terdiri dari 3.274 sukarelawan medis dan tenaga kesehatan serta 14.048 sukarelawan nonmedis.
Ribuan sukarelawan tersebut tersebar di daerah-daerah. Jakarta dan Jawa Barat menjadi wilayah dengan jumlah sukarelawan terbanyak, 4.000 lebih, disusul provinsi-provinsi di Pulau jawa.
Gugus tugas juga telah mengajak seluruh elemen masyarakat yang ada, mulai dari kampus, lembaga swadaya, hingga masyarakat sendiri untuk dapat berperan aktif dalam penanganan Covid-19. Seluruh pihak perlu bergerak bersama untuk mengatasi pandemi ini. (LITBANG KOMPAS)