Membaca Statistik MotoGP di Tengah Covid-19
Perhelatan MotoGP 2020 masih di bawah bayang-bayang wabah Covid-19. Dorna sebagai penyelenggara MotoGP, pebalap, tim balap, dan penggemar masih berharap MotoGP 2020 bisa digelar meskipun hanya beberapa seri.
Perhelatan MotoGP 2020 masih di bawah bayang-bayang wabah Covid-19. Dorna sebagai penyelenggara MotoGP, pebalap, tim balap, dan penggemar masih berharap MotoGP 2020 bisa digelar meskipun hanya beberapa seri di daratan Eropa.
Sejak kejuaraan balap sepeda motor kelas dunia ini digelar pada 1949, penundaan kejuaraan biasanya disebabkan oleh kondisi sirkuit akibat cuaca buruk. Jika dilangsungkan akan membahayakan keselamatan pebalap. Kini, penundaan disebabkan oleh wabah virus korona.
Mengacu pada statistik MotoGP, selama perjalanan 70 tahun kejuaraan, MotoGP telah melahirkan puluhan legenda balap, puluhan merek sepeda motor menyabet juara konstruktor di berbagai kelas, dan sejumlah sirkuit legendaris. Ternyata tidak hanya sepeda motor buatan Jepang yang pernah menjuarai kelas ”para raja” ini, sepeda motor produksi Eropa juga pernah melegenda dan merajai kelas ini.
MotoGP sering disebut kelas ”para raja” karena para petarung di kelas MotoGP pada umumnya adalah para jawara dan kampiun di kelas sebelumnya, seperti Moto2, Moto3, GP250 dan GP125. Bahkan ”para raja” tersebut pernah menjadi juara dunia berkali-kali di setiap kelas yang pernah diikutinya.
Periodisasi era MotoGP
Data statistik yang dipublikasikan MotoGP pada laman motogp.com menggambarkan kejuaraan ini bisa dibagi menjadi enam kluster kejuaraan berdasarkan periode dan kapasitas mesin yang dilombakan. Perbedaan kluster ini juga melihat pada perubahan jenis mesin, yakni dari mesin 2 langkah ke 4 langkah.
Kluster pertama era 1949-1961 yang melombakan empat kelas: 125 cc, 250 cc, 350 cc, dan 500 cc dengan mesin 2 langkah atau sering disebut 2 tak. Pada era ini sejumlah pabrikan Eropa mendominasi balapan. Sebut saja sepeda motor MV Agusta dari negara Italia mendominasi balapan 1952–1961. Di antara tahun tersebut, sepeda motor asal Eropa lainnya juga silih berganti menjuarai seri, yakni Gilera, Benelli, Moto Guzzi, Mondial, Velocette, AJS, Norton, dan NSU.
Pebalap yang silih berganti juara pada era ini Bill Lomas, Bob Foster, Bruno Ruffo, Carlo Ubbiali, Cecyl Stanford, Dario Ambrosini, Garry Hocking, Geoff Duke, John Surtees, Werner Haas, dan beberapa pebalap lainnya.
Di antara nama-nama pebalap tersebut, dua pebalap asal Inggris, yakni Geoff Duke dengan sepeda motor Norton dan Gilera dan John Surtees dengan sepeda motor MV Agusta adalah dua nama besar yang mendominasi hampir di tiap kelas yang dilombakan. Satu lagi, pebalap Italia, yakni Carlo Ubbiali juga menjadi legenda balap dengan motor MV Agusta.
Kluster kedua, era 1962-1983 kejuaraan ini masih melombakan kelas serupa, tetapi ditambah satu kelas lagi, yakni kelas 50 cc. Meski kapasitas hanya 50 cc tetapi diharapkan kelas ini bisa menjadi kelas pembibitan pebalap.
Pada era ini, pabrikan Jepang mulai mengusik pabrikan Eropa dengan masuknya Honda, Yamaha, Suzuki, dan Kawasaki. Pada era ini muncul sang legenda balap yang jumlah podium juara dunianya belum terkalahkan, yakni Giacomo Agostini dari Italia yang menjadi juara dunia secara berturut-turut dari tahun 1966 hingga 1975 di dua kelas sekaligus, yakni 350 cc dan 500 cc.
Giacomo Agostini memenangi 122 seri grandprix dan 15 gelar juara dunia pada semua kelas. Beberapa tahun terakhir, sang legenda ”opa” Giacomo Agostini mampir ke paddock atau garasi Valentino Rossi saat lomba MotoGP berlangsung.
Pada masa ini, nama besar lain yang muncul sebagai legenda adalah Angel Nieto (Spanyol), Mike Hailwood (Inggris), Phil Read (Inggris), Jim Redman (Rhodesia, Afrika), Kenny Roberts (Amerika Serikat), Walter Villa (Italia), Ricardo Tormo (Spanyol), Hans-Georg Anscheidt (Jerman), Pierpaolo Bianchi (Italia), Anton Mang (Jerman), Kork Ballington (Afrika Selatan), dan beberapa pebalap lainnya.
Pabrikan Jepang dan Eropa silih berganti memenangi kejuaraan dunia GP500 di era ini. Namun, dominasi sepeda motor MV Agusta yang mengantoni 13 kali juara dunia pada era ini membuktikan pabrikan Eropa tidak bisa dipandang remeh.
Sementara pabrikan Jepang tercatat beberapa kali juara dunia, pabrikan Suzuki pada era ini juara dunia sebanyak 4 kali, Yamaha sebanyak 4 kali, dan Honda hanya sekali. Di kelas 250 cc pabrikan Harley-Davidson dari Amerika sempat 3 kali juara dunia pada 1974-1976 dan sekali di kelas 350 cc lewat pebalap sama, yakni Walter Villa dari Italia.
Kluster ketiga, era 1984-1989 kelas 350 cc dan 50 cc dihapus, tetapi ada kelas pengganti, yakni kelas 80 cc. Jadi pada era ini kelas yang dilombakan 80 cc, 125 cc, 250 cc, dan 500 cc. Pada era ini, nama-nama legenda MotoGP yang muncul sebagian besar kini adalah pemilik tim balap era sekarang.
Para legenda pada era tersebut di antaranya Jorge Martinez (sekarang pemilik tim Aspar), Fausto Gresini (pemilik tim Gresini), Sito Pons (pemilik tim Pons). Ada pula dan sang legenda Eddie Lawson, Freddie Spencer, dan Wayne Gardner.
Di kelas premier pabrikan Honda dan Yamaha bersaing ketat pada era ini, sementara di kelas 125 cc dan 250 cc yang bersaing ketat adalah pabrikan Garelli yang namanya mirip Gilera serta pabrikan Derbi, yang ketiganya dari Italia. Sementara yang mengusik persaingan ada pabrikan motor JJ Cobas dari Spanyol serta sepeda motor Krauser dan Zundapp keduanya dari Jerman.
Kluster keempat, balap sepeda motor tahun 1990-2001 yang mulai stabil menggelar tiga kelas 125 cc, 250 cc, dan 500 cc. Pada era ini bisa dikatakan balap sepeda motor memasuki era modern, baik dari sisi penyelenggaraan maupun distribusi siarannya yang makin meluas ke seluruh penjuru dunia.
Penggemar MotoGP di Indonesia juga mulai lebih dekat dengan balapan ini setelah RCTI, ANTV, TV7, dan Trans7 menyiarkan secara langsung GP500 atau MotoGP. Nama besar Valentino Rossi dari Italia mengawali debutnya pada era ini.
Legenda balap yang muncul di era ini, antara lain Loris Capirossi, Wayne Rainey, Kevin Schwantz, dan Mick Doohan. Sementara Valentino Rossi hingga kini masih aktif ikut balapan hingga 2020. Ada pula Max Biaggi yang meskipun belum pernah juara dunia GP500 atau MotoGP, tetapi di kelas 125 cc dan 250 cc menorehkan prestasi cemerlang.
Era mesin 4 tak
Kluster kelima adalah era transisi, sebab era 2002-2011 merupakan era gabungan mesin 2 langkah (125 cc dan 250 cc) yang masih dilombakan dan dimulainya era mesin 4 langkah (MotoGP bermesin 1.000 cc). Sebagai catatan, memasuki 2010 kelas Moto2 dengan mesin 4 langkah 600 cc mulai menggantikan kelas 250 cc.
Pada 2002 MotoGP memasuki era mesin 4 langkah, yakni dalam satu kelas melombakan mesin 4 langkah 1.000 cc dan mesin dua langkah 500 cc sekaligus dalam balapan. Ini menarik karena akan menjadi ujian mesin 2 langkah 500 cc ataukah mesin 4 langkah 1.000 cc yang akan unggul. Ternyata hasilnya mesin 4 langkah 1.000 cc lebih mendominasi kejuaraan.
Kebijakan beralih ke mesin 4 langkah adalah untuk mendukung pengurangan polusi udara atau emisi karbon dioksida karena mesin 2 langkah asapnya lebih banyak dibandingkan dengan mesin 4 langkah.
MotoGP pada masa 2002-2011 juga mengalami perubahan regulasi. Pada 2002-2006, MotoGP menggunakan mesin kapasitas 1.000 cc. Pada 2007-2011, regulasi MotoGP berubah, yakni menggunakan mesin 800 cc.
Tercatat, Aprilia menjadi pabrikan yang kerap menjadi juara konstruktor untuk kelas 125 cc dan 250 cc ketat bersaing menantang Honda. Sementara, pada kelas tersebut Derbi dan Gilera sesekali mencuri kemenangan juara dunia pada rentang era ini.
Tahun 2007 menjadi momentum untuk pertama kalinya Ducati, pabrikan asal Italia, di tangan Casey Stoner menjadi juara dunia MotoGP. Hingga kini, Ducati masih penasaran ingin mengulang prestasi serupa yang dicapai Casey Stoner, tetapi belum berhasil. Meski demikian, Casey Stoner kembali meraih juara dunia bersama Repsol Honda pada 2011.
Nama-nama legenda yang merajai pada era ini di antaranya Casey Stoner, Dani Pedrosa, dan Jorge Lorenzo. Ketiganya sudah menyatakan pensiun sebagai pebalap MotoGP, tetapi sesekali menjadi pebalap tester. Legenda yang sudah meninggal pada era ini adalah Marco Simoncelli yang meninggal dalam kejuaraan MotoGP Sepang tahun 2011 dan Nicky Hayden yang meninggal pada 2017 ditabrak mobil saat mengendarai sepeda di dekat Rimini, Italia.
Kluster keenam era 2012-2020, MotoGP secara resmi menggunakan mesin 4 langkah pada semua kelas yang digelar dengan mengusung mesin kembali ke kapasitas 1.000 cc. Kelas 125 cc diganti Moto3 (mesin 4 langkah 250 cc), sedangkan kelas 250 cc diganti Moto2 (mesin 4 langkah 600 cc).
Sebagai catatan, kelas Moto2 bermesin 600 cc dilombakan sejak 2010-2018 dengan mesin bermerek Honda pada semua pebalap, tetapi rangka bisa dari produsen lain. Memasuki 2019, regulasi Moto2 berubah, yakni dengan mengusung mesin sepeda motor merek Triumph berkapasitas 765 cc. Namun, sasis dan kerangka sepeda motor bisa menggunakan merek lain.
Pada era ini, Marc Marquez tercatat sebagai pebalap rookie atau pebalap yang baru naik ke kelas MotoGP dan langsung juara dunia. Prestasi ini bertahan hingga 2019, kecuali pada 2015 yang diraih Jorge Lorenzo.
Marc Marquez secara keseluruhan meraih 6 kali juara MotoGP sejak 2013, 1 kali juara Moto2, dan 1 kali juara GP125cc. Prestasi Marc Marquez belum mampu menyamai prestasi Valentino Rossi dengan 7 kali juara dunia MotoGP, 1 kali juara 250 cc, dan 1 kali juara 125 cc.
Nasib MotoGP 2020
Perhelatan MotoGP 2020 mengalami penundaan hingga waktu yang belum ditentukan akibat wabah Covid-19. Seri perdana yang semula akan digelar si Jerez Spanyol pada 3 Mei 2020 ditunda.
Perkembangan terkini pada Kamis (7/4/2020), Dorna sebagai penyelenggara MotoGP kembali mengumumkan penundaan MotoGP seri Catalunya di Spanyol dan Mugello di Italia menyusul lima seri sebelumnya yang ditunda. Seri sebelumnya yang ditunda adalah seri di Amerika, Argentina, Thailand, Spanyol, dan Perancis.
Dorna akan mengumumkan kalender revisi secepatnya dengan melihat perkembangan wabah korona. Diperkirakan, seri-seri di belahan Benua Eropa yang rutin digelar pada pertengahan tahun antara Mei dan September 2020 akan ditunda.
Qatar sebagai pembuka seri hanya menggelar balapan Moto2 dan Moto3 pada 8 Maret 2020. Hal ini karena semua pebalap Moto2 dan Moto3 beserta kru dan sepeda motor balap sudah berada di Qatar seminggu sebelumnya untuk menjalani tes pramusim 2020.
Sambil menunggu kepastian kapan MotoGP di bawah bayang-bayang Covid-19 akan digelar, Minggu (29/3/2020), MotoGP menggelar virtual race atau MotoGP eSport menggunakan virtual Sirkuit Mugello.
Pesertanya delapan pebalap MotoGP: Marc Marquez, Alex Marquez, Maverick Vinales, Fabio Quartararo, Alex Rins, Francesco Bagnaia, Joan Mir, Iker Lecuona dan Miguel Oliveira. Balapan dimenangi Alex Marquez, adik kandung sekaligus rekan satu tim juara dunia MotoGP Marc Marquez.
Dengan kondisi yang belum menentu akibat Covid-19, penyelenggaraan MotoGP tentu lebih memilih mementingkan aspek keselamatan penonton yang akan berkerumun di tribune. Kru dan tim balap yang berkewarganegaraan beragam tentu akan was-was jika gelaran MotoGP masih di bawah bayang-bayang pandemi Covid-19.
Semua berharap wabah ini akan secepatnya berakhir sehingga tidak menimbulkan kerugian secara materi bagi penyelenggara, pebalap, tim, televisi pemegang hak siar, sponsor, dan calon penonton di sirkuit. (LITBANG KOMPAS)