Cermat Memilih Masker Kain
Penggunaan masker kini diwajibkan bagi siapa saja yang berkegiatan di luar ruang. Kewajiban ini seiring dengan ditemukannya banyak kasus Covid-19 tanpa gejala.
Kini semua orang yang berkegiatan di luar ruang diwajibkan mengenakan masker kain. Hingga saat ini, belum ada standar khusus untuk masker kain. Namun, jenis bahan dan banyaknya lapisan kain memengaruhi kemampuan proteksi masker. Masyarakat diharapkan cermat dalam memilih masker kain.
Pada 5 April 2020, juru bicara pemerintah untuk penanganan Covid-19, Achmad Yurianto, mengatakan bahwa semua warga yang berkegiatan di luar wajib memakai masker. Hal ini sejalan dengan rekomendasi Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) serta Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) Amerika Serikat yang dikeluarkan pada pekan yang sama.
Sebelumnya, baik pemerintah maupun WHO dan CDC sempat mengimbau masyarakat yang sehat untuk tidak memakai masker ketika berkegiatan di luar. Masyarakat cukup menjaga jarak dan rajin mencuci tangan untuk mencegah penyebaran Covid-19.
Namun, imbauan berubah seiring dengan ditemukannya banyak kasus Covid-19 tanpa gejala. Penggunaan masker dapat mencegah orang yang terinfeksi tetapi tanpa gejala menyebarkan virus ketika berbicara, batuk, atau bersin.
Virus korona berukuran sangat kecil dengan diameter 0,1 mikrometer. Dengan ukuran sekecil itu, sebenarnya virus ini sulit terperangkap pada kain. Artinya virus ini bisa lolos melewati serat-serat kain.
Namun, virus tersebut mudah menular ketika tertahan pada tetesan air atau lendir yang keluar ketika kita berbicara, batuk, atau bersin. Masker kain dapat menahan tetesan atau droplet tersebut sehingga kita tidak langsung terkena virus. Masker kain dapat mengurangi jumlah mikroorganisme yang keluar ketika seseorang batuk.
Penggunaan masker kain juga sejalan dengan langkanya masker medis. Untuk itu, masker nonmedis berbahan kain dikenakan oleh masyarakat yang berkegiatan di luar tetapi tidak sakit atau tidak rentan terpapar Covid-19. Sementara masker bedah dan N95 diprioritaskan untuk tenaga medis dan orang sakit.
Reaksi masyarakat
Tanpa imbauan pemerintah, jauh sebelumnya masyarakat telah mencari masker kain untuk melindungi diri. Hal ini ditunjukkan oleh jejak pencarian digital masyarakat di laman pencarian Google. Berdasarkan Google Trends, pencarian dengan kata kunci masker kain meningkat sejak 2 Maret 2020.
Padahal, berdasarkan data yang sama dalam lima tahun terakhir, pencarian masyarakat Indonesia tentang masker kain tidak banyak sehingga tidak masuk dalam perhitungan Google Trends. Dalam laman Google Trends, hanya tertulis skala 0-4 untuk pencarian kata kunci masker kain dalam lima tahun terakhir.
Namun, pada 2 Maret 2020, pencarian masker kain mulai meningkat dengan skor 13. Seiring dengan cepatnya penularan Covid-19 di Indonesia, pencarian kata masker kain semakin meningkat.
Hingga puncak pencarian terjadi pada 6 Maret 2020 dengan skor 100. Waktu itu bertepatan sehari setelah imbauan pemerintah kepada masyarakat untuk mengenakan masker kain demi melindungi diri dan orang di sekitarnya.
Google Trends merupakan alat yang mampu memberikan besaran dari momen yang berbeda serta reaksi masyarakat pengguna Google akan momen tersebut. Semakin tinggi angka skala detak popularitas, maka semakin banyak pencarian terhadap topik tertentu dibandingkan semua topik pencarian dalam waktu dan di lokasi tertentu. Skala popularitas pencarian direpresentasikan dengan skor 0 sampai 100.
Data dari Google Trends juga menunjukkan bahwa mulai banyak masyarakat yang berinisiatif membuat masker kain sendiri. Pencarian terkait topik masker kain didominasi oleh pertanyaan tentang cara membuat masker kain. Pencarian topik ini juga berkaitan dengan keingintahuan masyarakat tentang bahan dan pola masker kain.
Ragam masker kain
Selain cara membuat masker, masyarakat juga melakukan pencarian terkait penjualan dan harga masker kain. Saat ini penjualan masker kain sudah merebak di layanan belanja daring maupun penjualan langsung di toko atau pinggir jalan. Produsen masker kain tersebar mulai dari usaha rumah tangga, distro atau butik, hingga perusahaan tekstil.
Karin Melinda, pemilik usaha masker kain homemade KantongBaju.id, mengungkapkan, ia menerima banyak pesanan sejak munculnya kasus Covid-19 di Indonesia. Dalam sebulan, ia mampu menjual hampir 5.000 produknya dengan harga Rp 5.000 per masker.
Masker berbahan kain katun seratus persen ini dibuat dua lapis. Kini produk ini telah dipesan dari sejumlah daerah, seperti Jabodetabek, Bali, Palembang, Yogyakarta, Pemalang, Makassar, Pontianak, dan Malang.
Perusahaan tekstil PT Sri Rejeki Isman Tbk juga memproduksi masker kain untuk membantu pemenuhan kebutuhan masker bagi masyarakat. Masker Sritex ini terbuat dari dua lapis kain. Produk ini kini bisa dipesan melalui aplikasi Halodoc dengan pembelian maksimal dua pak berisi sepuluh masker per pak. Harga per pak masker kain ini dibanderol Rp 55.000.
Berdasarkan penelusuran di aplikasi belanja daring, ditemukan berbagai macam jenis masker kain. Bahan masker kain yang dijual di aplikasi belanja daring beragam, mulai dari katun, oxford, wolfis, kaos katun, spandek, hingga scuba. Ada pula masker kain yang dilapisi kain interlining dan busa.
Masker-masker kain ini memiliki kaitan ke telinga berbahan karet lentur maupun tali kain biasa. Motifnya pun beragam, mulai dari motif polos, bergambar, batik, hingga bordir. Selain itu, bentuk masker kain juga bervariasi dari hanya sekadar kain persegi hingga menyerupai masker medis khusus bedah dengan lipatan dan kawat di bagian hidung.
Para penjual menjanjikan masker kain yang anti-kuman, debu, hingga virus. Masker kain ini juga dapat dicuci kembali dan digunakan berulang kali. Selain itu, masker kain tidak hanya terdiri atas satu lapisan kain, tetapi dapat terbuat dari dua hingga tiga lapisan. Beberapa masker kain juga tersedia ruang untuk menyisipkan tisu sebagai bahan penyaring (filter).
Hal tersebut diterapkan oleh penjual mengingat saat ini masyarakat semakin cermat memilih masker. Sejak Covid-19, masyarakat tak sekadar asal membeli masker kain, tetapi juga mulai memperhatikan efektivitas perlindungan masker dari mikroorganisme.
Efektivitas
Salah satu elemen yang menentukan kemampuan proteksi masker adalah jenis bahan. Kain katun yang banyak digunakan untuk masker kain di pasar daring sudah cukup mampu untuk menyaring mikroorganisme.
Kain campuran katun dengan poliester memiliki tingkat penyaringan mikroorganisme sebesar 70,24 persen. Sementara kain kaos katun seratus persen hanya memiliki tingkat kemampuan menyaring mikroorganisme sebesar 50,85 persen.
Sejak Covid-19, masyarakat tak sekadar asal membeli masker kain, tetapi juga memperhatikan kualitas masker.
Parameter lain yang dapat dipertimbangkan untuk memilih masker kain adalah kemudahan untuk bernapas ketika mengenakan masker. Dalam hal ini, pengguna masker kain kaos katun seratus persen lebih mudah untuk bernapas ketika mengenakan masker ini dibandingkan masker berbahan kain katun campuran.
Efektivitas jenis bahan masker ini berdasarkan uji jenis bahan terhadap tingkat penyaringan bakteri Bacteriophage MS2 dengan karakteristik diameter 23 nanometer. Masker yang diujikan adalah masker kain dengan dua lapisan kain.
Masker bedah memang yang paling baik digunakan karena tingkat penyaringan mikroorganisme dan kemudahan bernapasnya cukup. Namun, untuk masker kain buatan sendiri, masker kain berbahan sarung bantal dan kaos katun seratus persen paling baik digunakan berdasarkan dua parameter tersebut.
Hal lain yang patut dipertimbangkan ketika membuat atau membeli masker kain adalah jumlah lapisan kain. Studi yang dilakukan Yang Wang dari Universitas Missouri, Amerika Serikat, menyebutkan, semakin banyak lapisan yang digunakan, semakin tinggi tingkat penyaringan mikroorganismenya.
Sebagai contoh, sarung bantal (jenis 600 thread count) hanya mampu menyaring 22 persen partikel ketika kain dilapis dua. Namun, ketika kain disusun hingga empat lapisan, kemampuan penyaringannya meningkat menjadi hampir 60 persen.
Kemampuan proteksi masker menjadi pertimbangan penting dalam membeli atau membuat masker kain. Meskipun tidak dapat menguji kemampuan proteksi dengan ilmiah, masyarakat dapat melakukan pengujian sederhana.
Baca juga : Sediakan APD, Lindungi Tenaga Medis
Masker dibentangkan pada cahaya terang. Apabila cahaya masih bisa melewati serat kain, masker kurang baik dikenakan. Sebaliknya, apabila cahaya sudah tidak tampak menembus kain, masker kain layak dikenakan.
Mengenakan masker kain memang dianjurkan bagi masyarakat yang berkegiatan di luar. Namun, hal ini bukan pencegahan penularan virus korona yang paling efektif. Tinggal di rumah, melakukan pembatasan fisik, memperhatikan kebersihan tangan dan kesehatan tubuh menjadi cara yang lebih baik untuk menekan penularan Covid-19. (LITBANG KOMPAS)
Baca juga : Mengapa Harus Membayar Berita Daring?