Pandemi mengubah perilaku keseharian warga. Protokol kesehatan mau tak mau dilakukan. Sebagian warga terpuruk karena pekerjaan hilang atau penghasilan menurun. Mencari celah bisnis baru via daring pun marak dilakukan.
Oleh
Albertus Krisna, Litbang Kompas
·4 menit baca
Kebijakan pembatasan sosial sebagai upaya untuk memutus rantai penyebaran Covid-19, berdampak pada perekonomian warga. Namun, kehidupan normal baru pasca pembatasan sosial bisa menjadi harapan baru warga untuk memulihkan kembali keterpurukan kondisi ekonomi.
Pembatasan Sosial Skala Besar (PSBB) telah mengubah pola aktivitas masyarakat Indonesia. Melalui kebijakan ini sejumlah fasilitas umum ditutup, mulai dari sekolah, kantor, pabrik, hingga tempat ibadah. Semua ini diberlakukan demi memperlambat penyebaran penyakit COVID-19.
Akibatnya berbagai jenis aktivitas terhenti, tidak terkecuali aktivitas di area industri dan perkantoran. Hal ini kemudian turut mempengaruhi status para pekerja. Tidak sedikit warga harus menelan pil pahit sebab mengalami pemutusan hubungan kerja (PHK). Namun ada pula yang masih bekerja, tetap mendapat penghasilan meski menurun.
Fenomena ini terekam di hasil jajak pendapat daring Kompas akhir April 2020 lalu. Hampir separuh responden mengalami penurunan penghasilan. Sebanyak 70 persen diantaranya sedikit beruntung. Meski tetap bekerja tapi penghasilannya berkurang. Tapi 30 persen sisanya sama sekali digaji karena diPHK atau dirumahkan
Sementara itu, akhir-akhir ini tidak mudah memperoleh pekerjaan baru. Selama pandemi, ketersediaan lowongan kerja semakin berkurang. Terlihat dari analisis BPS, jumlah iklan lowongan kerja pada April 2020 menurun drastis. Mengutip laman Kontan, pada April hanya tersisa 3.439 iklan atau turun sekitar 70 persen dibandingkan bulan sebelumnya 11.090 iklan.
Kondisi ini semakin tidak mudah seiring meningkatnya pengeluaran keluarga selama masa pandemi. Hal ini pun diakui mayoritas responden jajak pendapat Kompas (41,0 persen).
Hasil survei McKinsey & Company pada 25-26 April 2020 lalu memperkuat hal tersebut. Pengeluaran rumah tangga meningkat, khususnya pada bahan makanan (50 persen), camilan (31 persen), hiburan di rumah (47 persen), dan perlengkapan rumah tangga (37 persen).
Normal Baru
Menambah penghasilan dengan bisnis sampingan baru diupayakan seperempat lebih responden selama sebulan terakhir ini. Hal tersebut dilakukan untuk mengatasi penghasilan yang berkurang dan pengeluaran yang bertambah.
Peluang ini lahir dari gaya hidup Normal Baru ‘tinggal di rumah’ dan pola hidup bersih sehat, yang lahir di masa pandemi ini. Perilaku baru ‘tinggal di rumah’ memaksa orang memindahkan semua aktivitas bekerja, bersekolah, berekreasi, dan beribadat di rumah.
Lembaga riset Inventure Knowledge melalui artikel ”Consumer Behavior in the New Normal the 30 Predictions” menyebutkan, ada sejumlah perilaku baru dari pola ‘tinggal di rumah’. Diantaranya, belanja daring, jasa antar makanan, memasak sendiri di rumah, kebutuhan makanan beku, perawatan diri, serta fasilitas hiburan di rumah.
Merujuk Survei McKinsey & Company, sebanyak 18 persen respendon mengatakan pembelian bahan makanan meningkat selama masa pandemi. Juga dengan 5 persen responden yang lebih banyak melakukan aktivitas pembelian makanan jadi dari restoran melalui jasa antar makanan.
Perubahan perilaku masa pembatasan sosial ini dimanfaatkan oleh 36 persen responden survei Kompas yang mencoba menambah penghasilan dengan bisnis kuliner. Produk yang ditawarkan cukup bervariasi, dari makanan jadi siap santap berupa camilan (snack), hingga makanan ‘berat’ .
Bahan makanan seperti sembako, sayur, dan buah Makanan beku juga menjadi salah satu bisnis baru yang diincar oleh 11 persen responden. Hal ini didasari oleh pola baru masyarakat yang selama wabah lebih memilih untuk mengkonsumsi makanan segar yang setelah dimasak langsung disantap. Selain alasan higienis, lebih menghemat pengeluaran, juga untuk mengisi waktu selama tinggal di rumah.
Protokol Kesehatan
Demi kembali memulihkan kondisi ekonomi nasional, pemerintah pusat telah membuat skenario normal baru. Salah satunya tertuang dalam Keputusan Menteri Kesehatan mengenai Panduan Pencegahan dan Pengendalian COVID-19 di Tempat Kerja Perkantoran dan Industri.
Melalui keputusan itu serangkaian protokol kesehatan diatur baik bagi penyedia tempat kerja maupun pekerja itu sendiri. Gerakan masyarakat hidup sehat seperti kebiasaan menggunakan masker, selalu mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir diatur selama pekerja di rumah, perjalanan menuju tempat kerja hingga di tempat kerja.
Keharusan menggunakan masker kain saat keluar dari rumah ini juga ditangkap sebagai peluang bagi sebagian masyarakat untuk menambah penghasilan di era pandemi ini. Hampir 20 persen mulai berbisnis masker kain dan produk-produk perlindungan diri lainnya seperti hazmat dan pelindung muka (faceshield).
Pola hidup bersih sehat juga menciptakan alternatif peluang usaha lainnya oleh 6 persen responden. Diantaranya berjualan sabun, antiseptik , hingga cairan desinfektan. Barang-barang ini juga akan selalu dibutuhkan konsumen selama penerapan protokol kesehatan menuju normal baru.
Meski demikian, rata-rata bisnis sampingan itu belum dapat dijadikan sumber penghasilan keluarga. Ditambah lagi mayoritas responden masih mengandalkan pekerjaan utama untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari keluarganya. Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) masih dikhawatirkan hampir separuh responden.
Hingga saat ini belum dapat dipastikan kapan pandemi ini akan berakhir. Kehadiran skenario normal baru bisa menjadi oasis di tengah padang gurun yang gersang. Pola adaptasi yang melahirkan gaya hidup baru tersebut bisa menjadi harapan baru bagi banyak pihak untuk kembali menggerakkan roda ekonomi yang sempat terhenti.