Persaingan Ketat Tiga Poros Dukungan di Jambi
Tiga pasangan calon di Pemilihan Gubernur Jambi menjadi poros kekuatan yang relatif berimbang. Pengaruh sosok ketiganya akan diuji dalam kontestasi lima tahun di Jambi ini.
Pilkada Provinsi Jambi 2020 akan berlangsung sengit dengan kehadiran tiga pasangan calon dari poros dukungan politik yang relatif sama kuat. Peta politik yang dinamis sejak masa perekrutan pasangan calon bakal memperkuat rivalitas antarkontestan.
Pengundian nomor urut pasangan calon Pilkada Jambi 2020 pada Kamis (24/9/2020) mengukuhkan tiga kandidat yang akan bertarung dalam pemilihan. Tiap pasangan calon diusung oleh kutub koalisi yang bisa dikatakan sama kuat.
Pasangan calon gubernur Cek Endra yang menggaet Ratu Munawaroh menempati nomor urut pertama hasil pengundian oleh KPU. Pasangan ini mendapat dukungan dari duet partai papan atas di Jambi, yaitu PDI-P dan Golkar, dengan persentase kursi di parlemen 29 persen.
Nomor urut kedua ditempati oleh sang gubernur petahana Fachrori Umar yang berpasangan dengan seorang purnawirawan polisi, Syafril Nursal. Pasangan calon tersebut disokong 34,5 persen kursi legislatif dari empat partai politik, yaitu Gerindra, PPP, Hanura, dan Demokrat.
Tak jauh berbeda dengan dua pasangan calon lainnya, kursi dukungan di parlemen untuk calon nomor urut tiga, Al Haris dan Abdullah Sani, mencapai 30,9 persen. Tiga partai, yaitu PKB, PAN, dan PKS, sepakat berkoalisi untuk mengusung pasangan calon tersebut.
Di pilgub kali ini, sang petahana Gubernur Fachrori Umar akan berhadapan dengan dua calon lainnya yang juga merupakan kepala daerah aktif di daerah tingkat dua Provinsi Jambi. Sosok Cek Endra adalah Bupati Soralangun, sementara Al Haris sedang menjabat Bupati Kabupaten Merangin.
Baik Cek Endra maupun Al Haris saat ini sedang aktif menjabat sebagai kepala daerah untuk periode jabatan kedua kalinya. Jabatan Cek Endra sebagai Bupati Soralangun terhitung selesai pada tahun 2022, sedangkan masa kepemimpinan Bupati Al Haris baru akan berakhir tahun 2023.
Dinamika pencalonan
Keterbukaan pada sosok calon dan konsolidasi antarpartai membuat polarisasi poros dukungan saat pencalonan begitu lentur. Bahkan, beberapa calon harus mengundurkan diri dari partai yang telah melejitkan debut politiknya dan mencari perahu dukungan partai baru untuk mendapat tiket sebagai kandidat pemilihan gubernur (pilgub).
Keputusan PDI-P dan Golkar untuk melabuhkan dukungannya kepada Cek Endra dan Ratu Munawarah sontak mengubah peta politik. Mengetahui gagal mendapat rekomendasi dari Golkar, Al Haris bersikap tegas dengan mengundurkan diri dari partai beringin tersebut. Bupati Merangin itu pindah haluan ke PAN dan juga mendapat dukungan dari PKB dan PKS untuk mencalonkan diri sebagai gubernur.
Tak jauh berbeda dengan Al Haris, jalan terjal pencalonan juga dialami calon wakil gubernur Abdullah Sani. Dukungan yang dikantongi oleh Abdullah ini diperolehnya setelah melakukan manuver politik.
Sebelumnya Abdullah adalah kader PDI-P yang juga pernah menjabat sebagai wakil wali kota Jambi periode 2013-2018. Di penghujung waktu penjaringan ia memutuskan untuk mundur dari partai banteng tersebut dan merapat ke PKS.
Jika dirunut, pangkal tarik ulur sebetulnya sudah sangat terasa sejak kegalauan Golkar dalam menentukan rekomendasi pencalonan. Sebelumnya di internal Golkar muncul sejumlah nama kader yang kuat untuk dicalonkan dalam Pilkada Jambi, termasuk pula sosok Al Haris.
Keterbukaan pada sosok calon dan konsolidasi antarpartai membuat polarisasi poros dukungan saat pencalonan begitu lentur.
Selain Cek Endra dan Al Haris, deretan kader lain Golkar seperti Gubernur Jambi periode 2010-2015 Hasan Basri Agus, Wali Kota Jambi Syarif Pasha, hingga Bupati Tebo Sukandar juga dinilai layak diusung maju dalam pilgub.
Keputusan akhir Golkar untuk mengeluarkan rekomendasi kepada Cek Endra yang juga merupakan Ketua DPD I Golkar Provinsi Jambi itu juga tak terlepas dari langkah konsolidasi yang dibangun dengan PDI-P. Kehadiran sosok Ratu Munawarah yang mewakili kader PDI-P menjadi formasi yang dianggap paling kuat dalam penggabungan kekuatan politik Golkar dan PDI-P.
Diketahui, Ratu pada akhirnya memutuskan bergabung ke kubu PDI-P setelah gagal dalam penjaringan melalui PAN. Padahal, sebelumnya Ratu merupakan salah satu kader PAN yang cukup diperhitungkan. Di Pemilihan Legislatif 2009, Ratu bahkan terpilih menjadi anggota DPR RI dari Fraksi PAN, tetapi setahun kemudian mengundurkan diri karena alasan urusan keluarga.
Dinasti politik
Sosok Ratu Munawarah barangkali sudah sangat populer bagi masyarakat Jambi. Ratu merupakan ibu tiri dari gubernur terpilih Jambi tahun 2015 Zumi Zola. Ia juga merupakan istri dari Gubernur Zulkifli Nurdin yang pernah memimpin Jambi selama dua periode, 1999-2004 dan 2005-2010.
Sosok gubernur yang terkenal dengan sapaan Bang Zul ini juga dikenal sebagai tokoh besar PAN di Jambi. Di awal masa reformasi, Bang Zul menjadi Ketua Umum PAN Jambi dan juga sukses menjadi anggota DPR/MPR tahun 1999 sebelum terpilih menjadi Gubernur Jambi.
Dinasti politik dari keluarga Zulkifli sebenarnya telah terbangun apik setelah sang putra Zumi Zola pada 2011 berhasil terpilih menjadi Bupati Tanjung Jabung Timur. Tak hanya warisan trah keluarga, modal popularitasnya sebagai aktor film dan sinetron membuat debut politik Zumi sangat cemerlang.
Tak sempat genap menyelesaikan periode kepemimpinannya sebagai bupati, Zumi maju dalam arena pertarungan pemilihan gubernur Jambi 2015. Di pilkada tersebut, Zumi Zola yang menggaet petahana wakil gubernur Fachrori Umar berhasil unggul mendulang suara pemilih hingga 60,2 persen.
Namun, di tengah masa menjabat sebagai gubernur, Zumi terjerat kasus korupsi. Sosok yang juga menjabat Ketua DPW PAN Jambi itu terbukti bersalah atas tindakan suap dana RAPBD Provinsi Jambi pada tahun 2018. Seketika itu, dinasti politik yang kokoh terbangun pun runtuh. Begitu pun bagi kejayaan PAN yang juga turut menyurut yang juga memengaruhi sikap PAN dalam penjaringan paslon Pilkada Jambi 2020.
Kutu loncat
Berbeda dengan dinamika di kedua kubu pasangan calon yang saling memengaruhi satu sama lain, riak pencalonan di tubuh koalisi petahana jauh lebih tenang. Fachrori Umar maupun wakilnya, Syafrial Nusral, yang merupakan sosok profesional pada akhirnya juga harus bergabung menjadi kader partai pendukung untuk memantapkan langkah politiknya.
Fachrori merupakan profesional di bidang hukum yang berkarier sebagai seorang hakim. Ia pernah menjadi Hakim Tinggi Pengadilan Agama Jambi (2003-2008) dan Wakil Ketua Pengadlian Tinggi Agama Manado (2008-2010), sebelum beralih menjadi politisi dengan mendampingi Hasan Basri Agus dalam Pilgub Jambi 2010.
Sukses memenangi pilkada, Fachrori mengemban jabatan sebagai wakil gubernur selama satu periode. Namanya kian mencuat ketika di periode selanjutnya Fachrori dipinang oleh Zumi Zola untuk kembali menjadi calon wakil gubernur pada Pilkada Jambi 2015.
Duet Zumi dan Fachrori unggul memenangi pemilihan gubernur. Di tengah masa jabatan, Fachrori dilantik sebagai Gubernur menggantikan Zumi Zola yang tersandung kasus korupsi.
Pola pergeseran parpol demi dukungan politik yang begitu marak mencerminkan cairnya ideologisasi dalam elite kepartaian di Jambi.
Orang nomor satu di Jambi ini kembali maju dalam Pilkada 2020 untuk ketiga kalinya. Namun, kini ia maju dalam pencalonan bukan sebagai wakil gubernur. Fachrori juga telah resmi bergabung menjadi kader Partai Gerindra.
Tak jauh berbeda dengan Fachrori, rekam jejak Syafril yang diminta mendampinginya sebagai calon wakil gubernur juga berangkat dari kalangan nonpolitisi. Syafril adalah purnawirawan jenderal Polri yang berpangkat inspektur jenderal (irjen).
Jenderal polisi kelahiran daerah Kerinci ini menjabat Kapolda Sulawesi Tengah tahun 2019. Di masa penjaringan lalu, Syafril mantap bergabung menjadi kader Partai Demokrat.
Pola pergeseran parpol demi dukungan politik yang begitu marak mencerminkan cairnya ideologisasi dalam elite kepartaian di Jambi. Persaingan sengit memperebutkan kursi kepala daerah Jambi mendorong para calon menjadi ”kutu loncat” yang hinggap di parpol mana pun yang dianggapnya prospektif memberikan kemenangan. Ditambah dukungan politik hampir sama kuat akan menjadikan Pilkada Jambi semakin menarik diikuti. (LITBANG KOMPAS)