Padang Pariaman, Penentu Wajah Baru di Gerbang Sumatera Barat
Pilkada Padang Pariaman pada tahun ini menentukan karakteristik daerah ini di masa yang akan datang, baik dari sisi politik maupun ekonomi.
Sebagai pintu gerbang dan daerah penyangga ibu kota Provinsi Sumatera Barat, wilayah Padang Pariaman memiliki peran penting dalam membentuk wajah kota. Pemilihan kepala daerah pada tahun ini akan sangat menentukan karakteristik daerah itu di masa yang akan datang, baik dari sisi politik maupun ekonomi.
Kabupaten Padang Pariaman merupakan satu dari tiga daerah yang masuk ke dalam rencana pengembangan kawasan perkotaan metropolitan di Sumatera Barat. Kawasan ini dikenal dengan sebutan ”Palapa” atau singkatan dari Kota Padang, Lubuk Alung, dan Kota Pariaman. Lubuk Alung merupakan salah satu kecamatan yang menjadi pusat perekonomian di Kabupaten Padang Pariaman.
Wacana pengembangan kawasan metropolitan baru ini masuk ke dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2015-2019. Kawasan ini ditargetkan menjadi pusat kegiatan nasional untuk mendorong perkembangan sektor produksi prioritas, khususnya pada bidang industri, perikanan laut, pariwisata, perdagangan, dan jasa.
Dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Sumatera Barat tahun 2012-2032, daerah Padang Pariaman, khususnya Lubuk Alung, juga masuk ke dalam daerah pengembangan kawasan metropolitan bersama lima wilayah lainnya. Artinya, pengembangan wilayah perkotaan tidak hanya bertumpu di Kota Padang, tetapi diperluas hingga ke daerah penyangga.
Padang Pariaman adalah kabupaten yang berbatasan langsung dengan Kota Padang, ibu kota Provinsi Sumatera Barat. Sejak 2005, daerah ini menggantikan Kota Padang sebagai pintu gerbang bagi Provinsi Sumatera Barat dengan beroperasinya Bandara Internasional Minangkabau.
Saat ini, Padang Pariaman juga menjadi sasaran beberapa proyek strategis lainnya. Salah satunya adalah pembangunan Stadion Utama Sumatera Barat dengan kapasitas sekitar 45.000 penonton. Meski belum usai, stadion ini telah digunakan dalam pembukaan MTQ Nasional ke-28 pada 14 November lalu.
Jika pembangunan selesai sesuai dengan konsep yang diusung, stadion ini berpotensi menggantikan Stadion Haji Agus Salim di Kota Padang dalam menggelar berbagai pertandingan sepak bola skala nasional.
Dalam akses transportasi, proses pembangunan tol yang menghubungkan Padang-Pekanbaru juga tengah dilakukan di wilayah Padang Pariaman. Pembangunan tol seksi I yang menghubungkan antara Padang dan wilayah Sicincin di Padang Pariaman sepanjang 36,6 kilometer ditargetkan rampung pada akhir 2022.
Baca juga : ”Ota Lapau” dan Transisi Kuasa di Ranah Minang
Aspek politik
Selain sektor ekonomi, Padang Pariaman juga kerap dilirik dalam percaturan politik di Sumatera Barat. Dari dua kepala daerah yang pernah memimpin, keduanya dilirik untuk ikut serta dalam kancah pemilihan gubernur dan wakil gubernur seusai menyelesaikan jabatannya di Padang Pariaman.
Pertama adalah Muslim Kasim, Bupati Padang Pariaman periode 2000-2010. Seusai memimpin Padang Pariaman selama dua periode pemerintahan, Muslim Kasim mendampingi Irwan Prayitno bertarung dalam pemilihan gubernur dan wakil gubernur Sumatera Barat. Raihan suara pasangan ini berhasil mengungguli empat pasangan calon lainnya.
Pada 2015, Muslim Kasim kembali berlaga dalam pemilihan kepala daerah. Saat itu, ia membuka poros baru dan mencoba menandingi dominasi Irwan Prayitno. Namun, Muslim Kasim yang berpasangan dengan Fauzi Bahar, Wali Kota Padang periode 2004-2014, harus mengakui keunggulan Irwan Prayitno.
Pada pilkada tahun ini, Bupati Padang Pariaman kembali dilirik dalam bursa pencalonan kepala daerah dan wakil kepala daerah tingkat provinsi. Ali Mukhni, Bupati yang telah menjabat dua periode sejak 2010, kini berlaga dalam pemilihan gubernur dan wakil gubernur Sumatera Barat. Ali Mukhni mendampingi Mulyadi, anggota DPR RI sejak 2009, yang mencalonkan diri sebagai gubernur.
Hadirnya dua tokoh bupati dalam pemilihan gubernur dan wakil gubernur membuktikan bahwa posisi Padang Pariaman cukup penting dalam peta politik di Sumatera Barat.
Kondisi ini cukup wajar mengingat dari aspek demografi politik, Padang Pariaman adalah daerah dengan jumlah penduduk kelima terbesar dari 19 kabupaten/kota di Sumatera Barat sehingga dapat memberikan efek elektoral yang cukup besar dalam pemilihan kepala daerah.
Baca juga : Penguasaan Partai dan Anomali Preferensi Pemilih di Pilkada Agam
Kontestasi
Persinggungan antara potensi ekonomi dan politik menunjukkan posisi Padang Pariaman yang cukup strategis di Ranah Minang. Pemilihan kepala daerah tentu menjadi jalan pembuka untuk menentukan wajah baru daerah ini di masa yang akan datang.
Pada Pilkada 2020, terdapat tiga pasangan calon yang akan bertarung di Padang Pariaman. Ketiganya adalah sosok berpengalaman dalam kancah politik dan pemerintahan lokal. Jika menilik dari latar belakang setiap calon, persaingan tampaknya akan berlangsung secara terbuka guna merebut suara dari 304.654 pemilih.
Pasangan pertama adalah petahana Suhatri Bur yang berpasangan dengan Rahmang. Suhatri merupakan Wakil Bupati Padang Pariaman periode 2016-2021. Sebelumnya, ia pernah memangku beberapa jabatan penting di Padang Pariaman, seperti manajer program ketahanan pangan, anggota Komisi Pemilihan Umum Daerah, dan ketua badan amil zakat nasional di wilayah itu.
Suhatri berpasangan dengan Rahmang, birokrat yang sebelumnya menjabat sebagai Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Padang Pariaman. Sebelum memangku jabatan sebagai kepala dinas, ia pernah mengisi jabatan sebagai Sekretaris Kecamatan IV Koto Aur Malintang hingga naik jabatan sebagai camat.
Pasangan ini diusung oleh PAN, Nasdem, dan PDI-P yang menguasai 30 persen kursi di DPRD. Sokongan dari PAN menjadi modal utama dalam koalisi ini. Pasalnya, PAN adalah partai penguasa bersama Gerindra dengan raihan kursi terbanyak di DPRD Padang Pariaman pada 2019. Artinya, PAN memiliki basis pemilih yang cukup masif di wilayah ini.
Selain modal suara dari basis pemilih partai, Suhatri juga memiliki modal yang cukup kuat karena telah berpengalaman dalam menggaet basis massa. Apalagi, dalam tiga kali penyelenggaraan pilkada sebelumnya, petahana belum pernah terkalahkan di Padang Pariaman.
Baca juga : Kotak Kosong Perdana di Sumatera Barat
Persaingan berimbang
Namun, modal sebagai petahana tentu belum cukup untuk menjamin kemenangan dalam kontestasi. Pasalnya, terdapat dua poros koalisi lainnya sebagai penantang yang juga memiliki kekuatan dalam penguasaan basis pemilih.
Poros penantang pertama adalah pasangan Tri Suryadi-Taslim. Pasangan ini merupakan tokoh lokal yang juga berpengalaman dalam bidang politik dan pemerintahan.
Tri Suryadi adalah tokoh dari Gerindra yang sejak 2013 aktif dalam kepengurusan partai di Padang Pariaman. Dari 2013 hingga 2015, ia menjabat sebagai ketua pimpinan anak cabang di tingkat kecamatan. Nama Suryadi terus dikenal saat ia dipercaya sebagai wakil ketua dewan pengurus cabang Partai Gerindra Padang Pariaman pada 2015-2019.
Suryadi juga memiliki basis pemilih di Padang Pariaman. Pada 2014, ia terpilih sebagai anggota DPRD di wilayah itu dan kembali berhasil terpilih pada Pemilu 2019 saat mencalonkan diri sebagai anggota DPRD tingkat provinsi.
Namun, pada pilkada tahun ini, Suryadi tidak diusung oleh Gerindra. Ia didukung oleh koalisi PKB, Demokrat, Golkar, dan PPP yang memiliki penguasaan kursi sebesar 40 persen di DPRD.
Suryadi berpasangan dengan Taslim yang merupakan birokrat berpengalaman di Padang Pariaman. Beberapa jabatan strategis pernah ia emban, seperti kepala dinas perhubungan dan kepala badan pengelolaan keuangan daerah.
Pasangan lainnya yang bertarung adalah Refrizal-Happy Neldy. Kedua pasangan ini adalah legislator senior dari Ranah Minang. Refrizal merupakan anggota DPR RI sejak 2004 hingga 2019.
Sementara Happy Neldy adalah anggota DPRD Padang Pariaman sejak 1999. Pada Pemilu 2019, ia kembali terpilih sebagai anggota legislatif di wilayah itu. Hal ini menunjukkan bahwa kedua pasangan ini telah memiliki basis pemilih yang sangat loyal.
Pasangan ini diusung oleh Gerindra dan PKS yang menguasai 27,5 persen kursi di DPRD Padang Pariaman. Sokongan Gerindra sebagai salah satu partai peraih kursi terbanyak di DPRD tentu menambah modal elektoral bagi pasangan ini.
Baca juga : Pertaruhan Dominasi Gerindra di Sumatera Barat
Penentu
Ketiga pasangan calon kepala daerah ini merupakan penentu wajah gerbang Sumatera Barat di masa yang akan datang. Oleh karena itu, dari 13 kabupaten/kota penyelenggara pilkada di Sumatera Barat, wilayah ini memiliki peranan yang cukup vital dalam penentuan kepala daerah.
Namun, di tengah pentingnya pemilihan kepala daerah di wilayah ini, masyarakat masih kurang begitu antusias dengan penyelenggaraan pemilihan kepala daerah. Hal ini terlihat dalam Pilkada 2015, hanya 55 persen pemilih yang menggunakan hak pilihnya. Artinya, hampir separuh pemilih tidak berpartisipasi di hari pemilihan.
Kondisi ini tentu menjadi tantangan bagi setiap pasangan calon kepala daerah. Jika partisipasi pemilih berhasil ditingkatkan, peluang kemenangan semakin bertambah besar bagi setiap pasangan calon. (LITBANG KOMPAS)
Baca juga : Mengapa Harus Membayar Berita Daring?