Ketika Warganet Menyikapi Vaksinasi
Warganet menyikapi soal vaksin secara beragam. Mulai uji klinisnya, gratis, dan efektivitasnya, sampai pada kehalalan dan pelaksanaannya. Pro kontra soal vaksin masih menjadi perbincangan di dunia maya.
Vaksin menjadi salah satu pembahasan dengan intensi cukup tinggi di media sosial. Cuitan terkait vaksin meningkat seiring perkembangan kebijakan dari pemerintah. Respons warganet pun beragam, mulai dari soal uji klinis vaksin, vaksin gratis, efektivitas vaksin, kehalalan vaksin, hingga pelaksanaan vaksinasi.
Penolakan terhadap vaksin Covid-19 Sinovac yang telah dinyatakan aman, halal, bahkan suci, masih saja terjadi di jagat maya. Padahal, Presiden Jokowi dan pejabat serta beberapa figur publik lainnya telah divaksinasi sebagai tanda dimulainya program vaksinasi nasional.
Kehadiran vaksin menjadi salah satu yang dinanti sejak pandemi Covid-19 melanda. Setiap negara berlomba menemukan formula vaksin demi mengatasi pandemi yang telah melanda dunia.
Pengembangan vaksin untuk melawan virus Covid-19 mencapai tempo yang mencatat rekor, dibuat sangat cepat di tengah lazimnya pengembangan vaksin, memerlukan waktu antara 8 hingga 10 tahun. Beberapa berhasil melewati uji klinis dan mulai didistribusikan ke sejumlah negara.
Pemerintah telah menetapkan enam vaksin SARS-CoV2 yang berasal dari luar negeri untuk digunakan di Indonesia. Penetapan vaksin Covid-19 ini berada dalam Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 9860 Tahun 2020. Keenam jenis vaksin Corona Virus Disease 2019 (Covid-19) diproduksi oleh PT Biofarma, AstraZeneca, China National Pharmaceutical Group Corporation (Sinopharm), Moderna, Pfizer Inc and BioNTech, dan Sinovac Biotech Ltd.
Pembicaraan soal vaksin oleh warganet turut meningkat seiring dengan perkembangan kebijakan terkait program vaksinasi nasional yang dikeluarkan oleh pemerintah. Mulai dari kekhawatiran warganet jika vaksin tidak bisa diperoleh secara gratis.
Warganet pun bertanya-tanya mengenai hukum mengonsumsi vaksin dalam agama terkait bahan yang terkandung dalam vaksin. Tidak hanya dari segi agama, uji kelayakan vaksin juga menjadi salah satu topik pembicaraan yang dibahas di jagat Twitter.
Selain itu, ada pula kekhawatiran soal kelayakan maupun efek samping yang dihasilkan dari vaksin yang akan diberikan mengingat rencana vaksinasi yang tampak seperti tergesa-gesa, Bahkan, muncul pula sikap tidak percaya terhadap vaksin Covid-19 bahkan terhadap Covid-19 itu sendiri
Fluktuasi pembicaraan yang terjadi di media sosial, seperti Twitter, sangat mengikuti perkembangan kondisi dan kebijakan pemerintah serta isu di masyarakat. Terlihat dari ramainya pembicaraan sehari setelah vaksin Covid-19 datang pada 7 Desember dan pengumuman vaksin Covid-19 gratis pada 16 Desember 2020.
Jika melihat tren isu dari data percakapan di Twitter sejak Oktober hingga Desember 2020, beberapa isu yang menjadi puncak pembicaraan warganet terkait vaksin adalah optimisme bahwa vaksin akan mampu atasi Covid-19 (9/11/2020), isu vaksin palsu dan korupsi dana vaksin (13/12/2020), isu keamanan vaksin (16/12/2020), Presiden Jokowi mengumumkan vaksin gratis (15/12/2020), apresiasi warganet terhadap vaksin gratis (16/12/2020), merebaknya kembali isu vaksin palsu (23/12/2020),
Dalam perkembangannya, Komisi Fatwa Majelis Ulama Indonesia menerbitkan fatwa mengenai kehalalan vaksin Covid-19 buatan Sinovac. Fatwa ini dikeluarkan menyusul diterbitkannya Emergency Use Authorization (EUA) oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) (11/1/2021).
Dalam Fatwa MUI Nomor: 02 Tahun 2021 Tentang Produk Vaksin Covid-19 dari Sinovac Life Science Co. LTD China dan PT Bio Farma (Persero), MUI menyatakan bahwa vaksin tersebut hukumnya suci dan halal. Vaksin tersebut juga boleh digunakan untuk umat Islam sepanjang terjamin keamanannya menurut ahli yang kredibel dan kompeten.
MUI menyatakan vaksin Sinovac hukumnya suci dan halal.
Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) pun mengumumkan efikasi atau tingkat khasiat vaksin Sinovac yang diuji klinis di Indonesia, tepatnya di Bandung, Jawa Barat. Efikasi vaksin Covid-19 yang dikembangkan Sinovac Biotech dari Cina tersebut dinyatakan sebesar 65,3 persen.
Namun, efikasi vaksin Covid-19 dari Sinovac yang mencapai 65,3 persen kembali menimbulkan pro-kontra di dunia maya. Warganet menyoroti rendahnya tingkat efikasi atau kemanjuran vaksin Sinovac dibandingkan vaksin buatan Moderna atau Pfizer yang berada di atas 90 persen.
Efikasi vaksin Sinovac di Indonesia tampaknya belum menjadi jawaban bagi warganet atas pandemi yang telah melanda Indonesia selama 10 bulan. Akibatnya, pro dan kontra masih terus mewarnai pembahasan soal vaksin di jagat maya di awal 2021.
Penolakan warganet terhadap vaksin sehari sebelum vaksinasi terhadap Presiden menggema di jagat Twitter (12/01/2021). Pada hari berikutnya, pembicaran bergerak ke soal vaksinasi yang telah dilakukan bagi presiden, pejabat dan pemengaruh (13/1/2021) yang juga diwarnai pro dan kontra.
Tagar
Kecenderungan sentimen warganet terhadap setiap kebijakan yang dikeluarkan pemerintah terkait vaksin pun terlihat lewat ragam tagar yang muncul. Beberapa tagar yang cukup kuat diantaranya #VaksinUntukKita, #waspadavaksin, #vaksinhalal, #vaksinmerahputih, #vaksinyginginhidupaja, #TolakDivaksinSinovac, serta #Jokowidivaksin.
Tagar #vaksinmerahputih digunakan oleh warganet untuk mempertanyakan kelanjutan vaksin buatan Indonesia. Pada awal kemunculan tagar tersebut di bulan Oktober dengan dukungan terhadap inisiatif pemerintah dalam membuat vaksin mandiri.
Vaksin hasil produksi dalam negeri itu menjadi salah satu topik yang dibicarakan di media sosial Twitter. Meskipun masih dalam tahap uji klinis, vaksin tersebut diharapkan masyarakat untuk bisa menjadi pelopor dalam mencegah penyebaran virus korona.
Tagar #vaksinuntukkita yang berisi dukungan terkait dengan program vaksin. Sentimen yang digunakan warganet cenderung netral dan positif. Seperti cuitan akun @_Garudamuda ”#VaksinUntukKita imunisasi yang melalui vaksin terbukti sebagai pendekatan kesehatan masyarakat yang paling efektif dengan kata lain telah terbukti bahwa tanpa vaksin dan dan program imunisasi manusia tidak bisa menang perang melawan virus”.
Munculnya fatwa MUI terkait status halal vaksin Sinovac diikuti tagar #vaksinhalal. Tagar ini tidak hanya digunakan pada cuitan yang terkait dengan kehalalan vaksin tetapi juga digunakan pada isu turunan seperti keamanan vaksin maupun terkait distribusi vaksin.
Seperti cuitan akun @ilmirapasya pada 14 Januari 2021 yang mencuit ”Akhirnya sudah ada yg divaksin seperti Presiden RI, buat gw ini tentu ini kabar yg menggembirakan semoga program vaksinasi ini sukses #VaksinHalal”.
Tagar #vaksinyginginhidupaja adalah tagar yang cenderung mendukung program vaksinasi nasional. Warganet menggunakan tagar ini untuk mengkritik secara implisit kelompok yang menolak vaksin. Salah satunya cuitan dari akun @yoh_agung pada 12 Januari 2021 ”Aku mau divaksin. Kalau kamu ga mau, ya terserah.. #VaksinLolosUjiKlinis #VaksinYgInginHidupAja”.
Komentar warganet soal #TolakDivaksinSinovac pun masih muncul dengan suara beragam, tetapi secara umum kecenderungan dari yang menggunakan tagar ini merupakan mereka tidak percaya bahwa vaksin Sinovac yang merupakan buatan China benar-benar aman digunakan untuk masyarakat.
Tagar ini menjadi trending topic pada 12 Januari 2021 hingga mencapai 12.000 cuitan. Padahal, sehari sebelumnya, Senin 11 Januari 2021, BPOM resmi mengeluarkan izin pengunaan darurat atau Emergency Use Authorization (EUA) vaksin Covid-19 buatan Sinovac, China.
Namun, tagar #Jokowidivaksin menjadi trending pada 13 Januari, hari di mana Presiden Jokowi divaksin. Tagar ini mencapai 7.000 cuitan di hari tersebut. Cuitan warganet cenderung menunjukkan ungkapan harapan baru akan berakhirnya pandemi dengan keberadaan vaksin. Seperti cuitan akun Itta.
@Foxybunnyy_L dengan cuitan “Kok terharu nonton vaksinasi perdana, like wah we\'ve been struggling for almost a year now, i\'ve lost my beloved lecturer and finally the new light comes, a new hope #JokowiDiVaksin #VaksinasiDimulai”.
Pasca Presiden Jokowi divaksin, isu soal vaksin di media sosial terus bergerak terlebih salah satu artis dan pemengaruh yang ikut divaksin berada di sebuah pesta tanpa menggunakan masker selang beberapa jam divaksin. Kritik terhadap pemerintah dalam pemilihan pemengaruh atau tokoh yang dinilai berpengaruh untuk menyukseskan program vaksinasi massal Covid-19 menjadi isu turunan soal vaksin selanjutnya
Polemik
Kampanye soal vaksin membawa polemik soal pemilihan pemengaruh atau tokoh yang dinilai mampu membuat program vaksinasi berlangsung sukses. Raffi Ahmad, bintang dan pembawa acara terkenal, dipilih pemerintah untuk divaksinasi pertama kali bersama Presiden Joko Widodo Rabu lalu (13/1) dengan tujuan untuk ikut mengkampanyekan program vaksinasi massal Covid-19.
Selain Raffi, setidaknya ada empat artis dan influencer lain yang juga diikutsertakan dalam vaksinasi tahap awal di berbagai daerah. Ironisnya beberapa jam setelah divaksin, beredar foto Raffi menghadiri sebuah pesta tanpa mengenakan masker atau menjaga jarak. Pemilihan Raffi sebagai salah satu yang ikut divaksin dinilai sia-sia bagi kampanye program vaksinasi Covid-19 untuk menjangkau generasi muda.
Kampanye vaksinasi Covid-19 dinilai tidak tepat jika dilakukan dengan hanya menggaet artis dan pemengaruh. Sosok yang dipilih juga harus melakukan edukasi kepada masyarakat, tidak sekadar memiliki jutaan pengikut di media sosial. Dengan demikian, muncul usulan pakar kesehatan, ahli kesehatan masyarakat, yang diikutsertakan sehingga masyarakat lebih percaya karena mereka lebih peduli dan mengerti dengan dunia medis.
Di sisi lain, upaya pemerintah mengikutsertakan artis dan pemengaruh dalam kampanye program vaksinasi Covid-19 diapresiasi sebagian pihak lainnya. Namun, Pemerintah dinilai perlu mengingatkan bahwa ada upaya yang harus dilakukan para influencer pasca vaksinasi.
Pemilihan artis dan pemengaruh harus memperhatikan kemampuan komunikasi publik sehingga masyarakat percaya dan bersedia divaksin. Tokoh adat dan masyarakat setempat dinilai menjadi bagian penting yang harus diikutsertakan dalam sosialisasi vaksin Covid-19.
Betapa pun, kehadiran vaksin belum membuat pandemi usai. Keberhasilan program vaksinasi menjadi kunci untuk keluar dari pandemi. Sosialisasi, edukasi dan membangun kepercayaan publik akan vaksin yang diberikan benar-benar aman, halal, suci dan harus dilakukan demi mencapai imunitas kelompok (herd immunity) masih menjadi pekerjaan besar pemerintah pada 2021. (LITBANG KOMPAS)