Mobil Listrik Laris Manis di Awal 2024
Tren penjualan mobil listrik terus naik sehingga ekosistem kendaraan listrik semakin terbentuk.
Mobil listrik kian berkembang di pasar Indonesia. Tren penjualannya terus meningkat sehingga masyarakat Indonesia pun semakin akrab dengan semua produk kendaraan listrik yang beredar di pasaran. Ekosistem kendaraan listrik berbasis baterai kian terbentuk secara baik di negeri ini.
Pada periode Januari-Maret 2024, angka penjualan mobil listrik secara nasional sudah lebih dari 30 persen dari total penjualan tahun 2023. Jika tren posistif ini terus berlanjut, peluang penjualan pada tahun ini akan menembus angka 20.000 unit.
Mengacu pada data dari Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo), pada triwulan I-2024 angka penjualan mobil listrik menunjukkan tren positif. Bahkan menjadi catatan penjualan tertinggi selama triwulan pertama jika dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun sebelumnya.
Selama Januari hingga Maret 2024 sudah terjual sebanyak 5.811 mobil listrik. Ketika disandingkan dengan data 2023, angka tersebut terbilang sangatlah tinggi. Pada periode yang sama tahun lalu, angka penjualan berada pada angka 1.795 unit. Artinya, terjadi peningkatan lebih dari 200 persen dengan perbandingan periode yang sama.
Apabila dicermati lebih detail lagi, terdapat beberapa mobil yang penjualannya begitu tinggi sehingga mampu mendongkrak angka penjualan pada triwulan I-2024. Mobil yang sementara ini paling laris ialah Wuling Binguo pada varian dengan kemampuan jelajah 410 kilometer yang sudah laku 1.990 unit. Kehadiran Wuling Binguo EV menjadi penerus momentum larisnya Wuling Air EV.
Baca juga: Mobil-mobil China yang Merajalela
Daya tarik Binguo yang paling kentara adalah pada bahasa desainnya yang menyerupai mobil legendaris dari Inggris, yakni Mini Cooper. Binguo memiliki bentuk bodi yang dominan membulat, berbeda dengan Air EV yang cenderung lebih terlihat seperti mengotak.
Posisi terlaris kedua diduduki oleh Chery Omoda 5 yang sudah terjual 881 unit hingga akhir Maret 2024. Mobil listrik yang diperkenalkan pertama kali di Indonesia pada GIIAS 2023 Agustus lalu itu saat ini dibandrol Rp 300 jutaan hingga Rp 400 jutaan. Apabila disandingkan dengan Wuling, pangsa pasarnya berada pada level yang sama dengan rentang harga yang terbilang cukup bersaing. Bisa jadi, Chery akan menjadi pesaing sengit Wuling dengan segmen pasar yang sama.
Sementara itu, pabrikan besar mobil listrik lainnya, seperti Hyundai, juga mencatatkan penjualan yang cukup baik. Hyundai Ioniq5 Signature Extended menjadi mobil listrik terlaris dari varian yang ditawarkan oleh produsen mobil asal Korea Selatan tersebut. Hingga Maret 2024, Hyundai Ioniq5 Signature Extended sudah laku 347 unit.
Daya tarik mobil listrik
Ada sejumlah faktor yang membuat daya tarik mobil listrik semakin tinggi di pasar domestik. Salah satunya adalah biaya operasional dan biaya perawatan serta penggantian suku cadang yang relatif hemat jika dibandingkan dengan mobil berbahan bakar minyak (BBM). Mekanisme mobil listrik terbilang lebih sederhana. Hal ini pula yang membuat mobil listrik membutuhkan lebih sedikit perawatan.
Secara sederhana, komponen yang aktif bergerak pada mobil listrik hanya pada motor listrik serta roda dan kaki-kaki mobil. Sementara itu, pada mobil bermesin BBM, komponen yang bergerak jauh lebih banyak sehingga lebih banyak komponen mobil yang akan mengalami keausan dan membutuhkan penggantian secara berkala.
Daya tarik berikutnya dari kendaraan listrik adalah biaya operasional yang tergolong murah. Executive Vice President Komunikasi Korporat dan TJSL PLN Gregorius Adi Trianto menyampaikan, mobil listrik dengan daya 1 kWh bisa menempuh jarak sekitar 8,5 kilometer. Jika kendaraan BBM mengonsumsi 1 liter BBM untuk menempuh jarak 10 kilometer, maka 1 liter bensin setara dengan sekitar 1,2 kWh. Dengan perbandingan rasio konsumsi ini, terlihat keekonomisan kendaraan listrik dibandingkan dengan mobil konvensional.
Baca juga: Menahan Serbuan Mobil Listrik China
Jika tarif listrik di stasiun pengisian kendaraan listrik umum (SPKLU) sekitar Rp 2.500 per kWh, mobil listrik membutuhkan biaya sekitar Rp 3.000 untuk menempuh jarak yang sama dengan bahan bakar 1 liter. Sementara itu, harga BBM RON 92 nonsubsidi sekitar Rp 13.000, artinya biaya operasional mobil listrik hanya sekitar 25 persen dibandingkan dengan mobil bermesin pembakaran dalam.
Selain minim biaya perawatan dan juga ongkos operasional, kendaraan listrik juga sangat ramah lingkungan karena minim emisi karbon yang dihasilkan. Hal ini juga turut menjadi pertimbangan positif bagi konsumen untuk memiliki unit kendaraan listrik itu.
Persoalan menjual mobil listrik bekas
Di balik sejumlah kelebihannya, mobil listrik masih menyimpan beberapa ganjalan bagi para pemilik atau calon konsumennya. Hal itu berkaitan dengan harga baterai dan harga jual mobil bekasnya.
Harga baterai mobil listrik berkisar 30 persen hingga 50 persen dari harga baru mobil tersebut apabila memerlukan penggantian. Mahalnya baterai disebabkan oleh dua faktor. Pertama, biaya produksi dan bahan bakunya mahal. Kedua, khusus di Indonesia, baterai mobil masih diimpor sehingga harus menanggung biaya kirim dan biaya impor pada harga finalnya.
Baca juga: Mobil Listrik Xiaomi dan Ambisi China Menyalip Barat
Dengan adanya pabrik baterai mobil listrik di Indonesia yang akan beroperasi beberapa tahun lagi, diharapkan harga mobil listrik yang menggunakan kompenen baterai domestik ini menjadi lebih murah. Pun demikian dengan harga penggantian baterai kendaraan listrik yang juga murah jika harus diganti seiring habisnya umur masa pakai nanti.
Adanya jaminan kemudahan dalam mengganti baterai yang habis masa operasinya akan meningkatkan daya tawar kendaraan listrik di pasaran otomotif. Dengan harga jual unit yang semakin terjangkau, dan kemudahan mengganti baterai, minat konsumen akan semakin tinggi. Hal itu juga akan menjaga harga pasaran kendaraan listrik bekas tetap memiliki nilai ekonomi yang relatif tinggi. Dengan demikian, kendaraan listrik akan semakin kompetitif dengan kendaraan bermesin konvensional.
Sejauh ini, ceruk pasar mobil listrik cenderung berkembang di Indonesia seiring dengan rencana jangka menengah dan panjang pemerintah yang terus meningkatkan ekosistem kendaraan listrik di kancah nasional. Antuasiasme masyarakat yang tinggi terhadap mobil listrik harus terus dijaga serta diberikan stimulus agar rencana pemerintah untuk mereduksi emisi karbon dari sektor transportasi dapat dicapai secara akseleratif. (LITBANG KOMPAS)