Muhammadiyah Dorong Peningkatan Kualitas SDM di Papua Barat
Oleh
Haris Firdaus
·3 menit baca
SORONG, KOMPAS -- Organisasi kemasyarakatan Muhammadiyah terus berupaya mendorong peningkatan kualitas sumber daya manusia di Provinsi Papua Barat. Upaya meningkatkan kualitas SDM itu dilakukan melalui berbagai cara, termasuk dengan mendirikan lembaga pendidikan di sejumlah wilayah Papua Barat.
"Muhammadiyah punya jejak yang positif dalam memajukan kehidupan masyarakat Papua," kata Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, Haedar Nashir, dalam acara peletakan batu pertama pembangunan auditorium Universitas Muhammadiyah Sorong, Kota Sorong, Papua Barat, Minggu (13/1/2019).
Haedar mengatakan, Muhammadiyah akan terus hadir di tanah Papua untuk berbagi ilmu dan mendorong kemajuan masyarakat di wilayah tersebut. Agar upaya itu bisa berhasil dengan baik, Haedar mengingatkan, kader-kader Muhammadiyah harus memiliki kesabaran, ketulusan, dan kecerdasan.
"Saya yakin dengan kesabaran, ketulusan, kecerdasan, serta modal sosial dan rohaniah yang kuat, kita akan terus hadir di bumi Papua ini untuk berbagi ilmu, berbagi peran, agar seluruh warga bangsa makin tahun makin maju," ujar Haedar.
Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Papua Barat, Mulyadi Djaya, mengatakan, saat ini, Muhammadiyah memiliki tiga perguruan tinggi di Papua Barat. Tiga perguruan tinggi itu adalah Universitas Muhammadiyah Sorong, Universitas Pendidikan Muhammadiyah Sorong, serta Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan (STKIP) Muhammadiyah Manokwari.
"Tiga perguruan tinggi Muhammadiyah ini memiliki mahasiswa kurang lebih sekitar 10.000," ujar Mulyadi.
Mulyadi meyakini, keberadaan tiga perguruan tinggi Muhammadiyah itu bisa menghasilkan SDM yang berkualitas dan akhirnya bisa mendorong kemajuan di Papua Barat. Mulyadi menambahkan, dalam berbagai kesempatan, ia kerap bertemu alumni perguruan tinggi Muhammadiyah di Papua Barat yang telah menduduki berbagai posisi.
"Ini menunjukkan bahwa keberadaan Muhammadiyah itu sudah diakui dan sudah berada di hati nurani rakyat di tanah Papua ini. Kita terus berjuang agar perguruan tinggi Muhammadiyah berkembang terus," ungkap Mulyadi.
Pulau Arar
Selain mendirikan perguruan tinggi, Muhammadiyah juga mendirikan sekolah di sejumlah wilayah Papua Barat, termasuk di daerah yang susah dijangkau. Salah satu wilayah yang menjadi sasaran pendirian sekolah itu adalah Pulau Arar, Distrik Mayamuk, Kabupaten Sorong, yang hanya bisa dicapai menggunakan kapal.
Di Pulau Arar, Muhammadiyah telah mendirikan taman kanak-kanak (TK), SMP, dan SMA. Pendirian TK dilakukan tahun 2008, SMP didirikan tahun 2009, sementara SMA mulai berdiri tahun 2012. Sebelum adanya tiga sekolah itu, Pulau Arar hanya memiliki satu sekolah, yakni SD Inpres yang didirikan pemerintah.
Kepala Kampung Pulau Arar, Nurdin Rumaur, mengatakan, sebelum Muhammadiyah mendirikan SMP dan SMA di Pulau Arar, para lulusan SD di pulau itu harus menjalani pendidikan lanjutan di Sorong. Untuk berangkat ke sekolah, mereka harus menggunakan perahu untuk menyeberangi lautan. Karena sejumlah masalah, saat itu banyak lulusan SD di Pulau Arar yang akhirnya tidak menyelesaikan sekolah lanjutannya.
Namun, Nurdin menambahkan, setelah Muhammadiyah mendirikan SMP dan SMA di Pulau Arar, anak-anak lulusan SD di pulau itu bisa melanjutkan sekolah tanpa hambatan berarti. Bahkan, sejumlah lulusan SMA di Pulau Arar kini berhasil kuliah di perguruan tinggi di beberapa kota di Jawa, misalnya Jakarta dan Surabaya.
"Kami berterima kasih banyak pada Muhammadiyah yang membangun SMP dan SMA sehingga kita punya anak-anak kebanyakan sudah kuliah ke luar. Sudah ada yang ke Jakarta dan Surabaya," kata Nurdin.
Pada Minggu (13/1/2019), Haedar beserta Ketua Umum PP Aisyiyah, Siti Noordjannah Djohantini, dan sejumlah pengurus Muhammadiyah juga mengunjungi TK, SMP, dan SMA Muhammadiyah di Pulau Arar. Dalam kesempatan itu, Haedar melakukan peletakan batu pertama gedung laboratorium SMA Muhammadiyah di Pulau Arar.
Sehari sebelumnya, Haedar juga meresmikan rumah baca di Kampung Warmon Kokoda, Distrik Mayamuk, Kabupaten Sorong, yang diinisiasi oleh Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) dan dibantu oleh sejumlah pihak, misalnya Majelis Pemberdayaan Masyarakat (MPM) PP Muhammadiyah dan Bank Syariah Mandiri.