BEKASI, KOMPAS – MBW dan RSPD, dua dari tiga bocah korban limbah minyak pada timbunan tanah di Desa Segara Makmur, Kecamatan Tarumajaya, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat, pada Kamis (10/1/2019), masih harus menjalani perawatan intensif di rumah sakit. Adapun satu korban lainnya, MR, memilih rawat jalan sekalipun kakinya mengalami luka bakar seperti MBW dan RSPD.
Ketiga bocah berusia delapan tahun itu, menjadi korban limbah minyak setelah terperosok di lahan kosong di wilayah RT 04 RW 12, Segara Makmur. Lahan merupakan areal urukan yang diduga mengandung limbah minyak.
Tanah uruk itu hitam pekat dan berbau busuk. Selain itu, tanah juga mengeluarkan minyak, dan berhawa panas. Pada Selasa (15/1/2019) siang, lokasi tempat ketiga bocah itu terperosok masih dikelilingi garis polisi. Lahan tersebut sebelumnya, memang biasa menjadi lahan bermain anak-anak setempat.
Tarpan (70), warga Segara Makmur yang rumahnya berjarak sekitar 200 meter dari lokasi diduga limbah minyak menyebut, areal itu milik pengusaha asal Jakarta, bernama Hartono. Sudah setahun terakhir, pemilik menguruk lahan bekas empang dan sawah dengan tanah yang mengandung minyak. Warga setempat menyebutnya tahi minyak.
Tahi minyak dibawa truk setiap dini hari ketika warga istirahat, sehingga warga tidak tahu persis seberapa banyak tahi minyak dikirim setiap harinya.
Nurul Aulia (24), bibi dari MBW dan RSPD mengatakan, setelah terperosok, mereka tertatih-tatih kembali ke rumah masing-masing, tanpa dibantu siapapun. Tidak ada warga yang mengetahui kejadian tersebut. Kaki mereka melepuh, dan kondisinya semakin parah saat tiba di rumah.
Kini, MBW dan RSPD masih dirawat di Rumah Sakit Umum Daerah Koja Jakarta Utara. Mereka sudah dirawat sejak Jumat (11/1/2019) dini hari.
Menurut Nurul, kaki keduanya menderita luka bakar berat. Oleh karena itu, mereka harus dioperasi. “Mereka sudah dioperasi satu kali. Menurut rencana dokter, operasi akan dilakukan hingga tiga kali,” tambahnya.
Uha (39), ayah MBW, membenarkan. Dia mengatakan, operasi lanjutan kaki anaknya dijadwalkan besok (16/1/2019). Hingga kini, baik MBW ataupun RSPD belum bisa berjalan kembali.
Sementara itu, korban lainnya, MR, tidak dirawat di rumah sakit. Sejak kakinya melepuh, ia hanya berobat ke klinik terdekat. Obat-obatan yang digunakan pun sekadar salep bakar.
“Anak dan orangtuanya belum mau berobat ke rumah sakit,” kata Tarpan, kakek MR. Padahal, warga setempat telah menganjurkannya untuk ke rumah sakit. Begitu pula polisi yang sempat datang mencek kondisi MR.
Berdasarkan pengamatan Tarpan, luka bakar MR relatif lebih ringan dari MBW dan RSPD. Meski demikian, ia berharap cucunya bisa ditangani pula oleh petugas medis.