BANDAR LAMPUNG, KOMPAS — Populasi gajah sumatera (Elephas maximus sumatranus) di Provinsi Lampung bertambah setelah gajah betina, yang dipelihara di Camp Elephant Respons Unit Tegalyoso, Taman Nasional Way Kambas, Lampung Timur, Lampung, melahirkan. Induk gajah bernama Wulan yang berumur 16 tahun itu melahirkan seekor bayi gajah berjenis kelamin jantan.
Ketua mahout Elephant Respons Unit (ERU) Taman Nasional Way Kambas (TNWK) Nazaruddin mengatakan, bayi gajah dilahirkan pada Senin (14/1/2019) malam. Bayi gajah lahir dengan berat 90 kilogram, tinggi 82 sentimeter, dan panjang 102 sentimeter. Adapun lingkar dada bayi gajah itu 105 sentimeter. ”Ini adalah anak pertama dari gajah induk Wulan,” ujar Nazaruddin saat dikonfirmasi, Rabu (16/1/2019).
Saat itu, bayi gajah yang baru lahir itu berada di camp bersama induknya. Kondisi bayi gajah dalam kondisi sehat. Dengan kelahiran gajah itu, jumlah gajah yang dipelihara di Camp ERU menjadi 26 ekor.
Selain sudah mampu menyusu pada induknya, bayi gajah jantan yang belum diberi nama itu juga sudah mampu berdiri dan berjalan. Induk gajah juga sudah dapat beraktivitas secara normal.
Berdasarkan catatan tim mahout di Camp ERU, bayi gajah itu merupakan hasil perkawinan antara gajah Wulan dan gajah Renggo yang juga dipelihara di Camp ERU. Wulan dilahirkan di Pusat Konservasi Gajah Way Kambas pada 2002. Setelah besar, dia dirawat di Camp ERU untuk dilatih sebagai gajah patroli.
Kepala TNWK Subakir mengatakan, pihaknya menyambut gembira kelahiran gajah jantan tersebut. Menurut dia, kelahiran gajah ini memberi angin segar bagi upaya konservasi gajah di Lampung. Dia berharap, kelahiran gajah ini dapat memberi semangat untuk melestarikan satwa dilindungi di tengah menurunnya populasi gajah.
Sebelumnnya, dua kelahiran gajah di Camp ERU Tegalyoso terjadi pada tahun 2017. Pada 20 Maret 2017, seekor gajah betina dilahirkan dari induk gajah betina bernama Riska. Adapun gajah kedua lahir pada 27 Maret 2017 dari induk gajah bernama Dona. Dua anak gajah itu hingga kini tumbuh dengan sehat.
Pelestarian
Menurut Nazaruddin, upaya pelestarian gajah di Lampung perlu mendapat perhatian semua pihak, khususnya pemerintah. Apalagi, habitat gajah semakin terdesak akibat masifnya pembangunan dan alih fungsi hutan menjadi lahan pertanian. Kondisi itu memunculkan konflik antara gajah dan manusia.
Konflik antara gajah dan manusia, yang masih terjadi dan berlarut, terjadi di kawasan Taman Nasional Bukit Barisan Selatan. Konflik yang berlangsung selama dua tahun terakhir ini bahkan telah menimbulkan tiga korban jiwa dari pihak warga.
Untuk itu, kata Nazaruddin, perlu perhatian serius dari pemerintah untuk mengatasi konflik. Salah satu caranya adalah dengan melatih warga yang bermukim di sekitar kawasan hutan untuk menjadi tim yang mampu menghalau gajah kembali ke dalam hutan.