Keraton Yogyakarta Merestorasi Lukisan Raden Saleh
Oleh
Kornelis Kewa Ama/Nino Citra
·3 menit baca
YOGYAKARTA, KOMPAS -- Setelah 40 tahun lalu merestorasi lukisan-lukisan koleksinya, Keraton Yogyakarta akhirnya kembali merestorasi lukisan-lukisan miliknya. Restorasi kali kedua ini dilakukan tenaga ahli profesional asal Italia, Michaela Anselmini.
Michaela Anselmini dihadirkan karena Keraton Yogyakarta kesulitan mencari tenaga ahli restorasi yang tepat. Sebanyak 400 lukisan milik keraton pun akan direstorasi secara bertahap.
“Lukisan tertua berusia 151 tahun, yakni lukisan Gusti Kanjeng Ratu Hageng yang dilukis oleh Raden Saleh. Kemudian, ada ada lukisan Sri Sultan Hamengkubuwono VI tahun 1868," kata Penghageng Kawedanan Hageng Nitya Budaya Keraton Yogyakarta, Gusti Kanjeng Ratu Bendara, Senin (14/1/2019) di Yogyakarta.
Mengapa harus mendatangkan ahli dari Italia? Ternyata, di Indonesia tidak ada tenaga ahli restorasi. Perguruan Tinggi hanya menyediakan Fakultas Seni Rupa, tetapi tidak menyediakan tenaga ahli untuk restorasi.
Michaela Anselmi telah belajar dan bekerja pada karya seni sejak 1993. Di Indonesia, Michaela pun telah lama bekerja di bidang restorasi lukisan, dan mengadakan seminar tentang restorasi lukisan. Dengan didukung oleh \'\'Instituto Italiano di Cultura", Jakarta, ia pernah berkolaborasi dengan ITB, Cemara Galeri, Balai Konservasi Borobudur, dan Bentara Budaya Jakarta.
Selama di Yogyakarta, Michaela akan meriset banyak misalnya, kanvas yang digunakan. Ia harus meriset kembali material kanvas, komposisi yang dibuat oleh seniman, yang menjadi ciri khas Raden Saleh.
Ia juga memastikan kalau kerja restorasinya tidak mengubah lukisan aslinya.
Sementara di luar negeri seperti Italia, sejak puluhan bahkan ratusan tahun silam, langsung dibuka jurusan restorasi di fakultas seni. Kondisi ini pun seharusnya menjadi perhatian perguruan tinggi seni di masa depan.
GKR Bendara, putri dari Hamengkubuwono X ini mengatakan, lukisan yang dipajang di Keraton Yogyakarta memiliki makna penting bagi keraton dan masyarakat Yogyakarta.
“Kami berharap dengan restorasi ini, cucu dan cicit ke depan dapat menikmati lukisan sesuai aslinya, dan tetap mengingat sejarah panjang perjalanan Keraton. Tidak hanya itu, semua orang termasuk masyarakat Yogyakarta yang datang ke Keraton, selalu punya pengetahuan tentang Keraton dengan segala nilai sejarahnya,”katanya.
Sementara Michaela Anselmi mengatakan, keputusan Keraton melakukan restorasi lukisan, sangat tepat. Setelah konservasi akan ditindaklanjuti dengan perawatan, yang akan dilakukan pihak Keraton dengan bimbingan dan petunjuk dari Michaela.
Pekerjaan konservasi berjalan seiring dengan dokumentasi foto yang dilaksanakan secara profesional. Restorasi tiga lukisan itu berlangsung 2-3 bulan, dimulai sejak Desember 2018 dan akan berakhir Februari 2019.
Duta Besar Italia untuk Indonesia, Vittorio Sandalli mengatakan, kerjasama ini sangat penting untuk membangun kerjasama di bidang kebudayaan dengan Indonesia khususnya antara Keraton Yogyakarta dan Italia. Italia yang berpengalaman di bidang seni lukis, juga ingin berbagi pengalaman sekalugus mempelajari kebudayaan di Indonesia.
Secara terpisah perupa asal Yogyakarta Hery Dono mengatakan, tidak khawatir dengan kondisi lukisan-lukisan keraton setelah direstorasi. Apalagi, lukisan Raden Saleh tahun 1800-an, punya kualitas cat yang sama dengan kualitas cat yang dibuat di Eropa waktu itu.
Ahli restorasi juga hanya merespon, dan merestorasi. Ia hanya menggantikan bagian yang rusak, menyempurnakan lagi cat-cat asli serta menambah sesuatu yang tidak boleh permanen sehingga ahli restorasi berikutnya bisa melakukan penyempurnaan.