Edy Mengaku Gagal dan Mundur sebagai Ketua Umum PSSI
Oleh
Yulvianus Harjono
·3 menit baca
DENPASAR, KOMPAS — Keputusan besar muncul dalam Kongres Tahunan PSSI yang digelar di Nusa Dua, Bali, Minggu (20/1/2019). Ketua Umum PSSI periode 2016-2020 Edy Rahmayadi menyatakan gagal dalam memimpin PSSI dan mundur dari jabatannya.
Keputusan mundur dari Ketua Umum PSSI itu disampaikan Edy di dalam pidato pembukaan Kongres Tahunan PSSI di Hotel Sofitel, Nusa Dua, Bali, Minggu pagi. Pidato yang disampaikan secara spontan dan tanpa teks itu sekaligus menjadi salam perpisahannya kepada para anggota PSSI. Ia langsung meninggalkan lokasi kongres setelah setengah jam berpidato dan menyatakan mundur dari jabatan Ketua Umum PSSI.
”Saya memohon maaf tidak lagi bisa melanjutkan amanah rakyat Indonesia yang diberikan kepada saya melalui kongres 2016 silam. Di tahun kedua (jabatan) ini saya gagal mewujudkan apa yang telah digariskan. Per hari ini saya menyatakan mundur (sebagai Ketua Umum PSSI). Ini adalah putusan yang terbaik demi kepentingan PSSI,” ujar Edy di dalam pidato itu.
Pernyataan Edy itu sempat membuat suasana di ruangan kongres menjadi senyap. Namun, tidak lama, para peserta kongres menghujani Edy dengan tepuk tangan meriah seusai mengakhiri pidatonya yang emosional itu. ”Demi Allah. Saya melakukan ini bukan karena menyerah. Edy tidak pernah kenal kata menyerah. Kepentingan PSSI dan bangsa ini adalah segala-segalanya,” ujar Edy kemudian.
Meskipun demikian, Edy membantah dirinya mundur dari jabatan Ketua Umum PSSI adalah buah tekanan, baik di internal PSSI maupun eksternal. Seperti yang diberitakan Kompas sebelumnya, sejumlah pemilik suara di PSSI menuntut adanya kongres luar biasa (KLB) untuk mengganti kepengurusan PSSI. Kegagalan tim nasional senior di Piala AFF 2018 dan maraknya pejabat PSSI yang terseret kasus pengaturan skor mendasari tuntutan perubahan di PSSI.
Di dalam pembukaan kongres itu, Edy selanjutnya menyerahkan bendera PSSI yang menjadi simbol mandat pimpinan kongres dan PSSI kepada Wakil Ketua Umum PSSI Joko Driyono. ”Saya berharap ke depannya Ketua Umum PSSI yang baru lebih baik dari saya. Silakan membuat kongres (KLB). Kalau mau jadi ketua, daftar yang baik, jangan berantem,” ujar Edy.
Keputusan mundurnya Edy, sebelum dipaksa oleh anggota, mendapat pujian dari para anggota dan pemilik suara PSSI. ”Ia berjiwa ksatria. Saya pribadi terenyuh dengan isi pidatonya,” ujar Ketua Umum Asosiasi Provinsi PSSI Sulawesi Tenggara Sabaruddin Labamba.
Hal serupa disampaikan Ketua Asprov DKI Jakarta Uden Kusuma Wijaya. Ia juga terkesan terhadap sikap Edy yang mengakui kegagalannya membersihkan PSSI dari mafia pengaturan skor dan memilih mundur. ”Ia bersikap gentleman dan ksatria. Mundurnya Edy ini adalah sebuah fenomena bagus yang perlu ditiru pemimpin lainnya,” ujarnya.
Menyusul mundurnya Edy, para anggota komite eksekutif dan PSSI akan membahas soal langkah strategis selanjutnya di dalam Kongres PSSI. Langkah itu salah satunya membahas tahapan dan jadwal KLB. ”KLB harus dilakukan secepatnya. Kepengurusan (PSSI) harus diganti total,” ujar Manajer Persib Bandung Umuh Muchtar, salah satu tokoh di PSSI yang vokal mendorong KLB.