Mourinho Menuding Tak Didukung Belanja Pemain di United, Apa Benar?
”Saya telah menolak tiga tawaran kerja karena saya tidak merasa menginginkannya. Saya ingin masuk ke klub yang memiliki kondisi sama seperti Juergen Klopp dan Pep Guardiola,” kata Jose Mourinho.
Begitulah curahan hati mantan pelatih Manchester United itu dalam wawancara saat menjadi komentator di beIN Sports, Minggu (20/1/2019) dini hari WIB. Sebulan setelah dipecat dari United, dia sudah mendapat tiga tawaran kontrak melatih.
Pelatih Portugal itu menerapkan standar sangat tinggi bagi tim yang membutuhkan jasanya. Minimal tim bersedia mengucurkan dana sebanyak Liverpool dan Manchester City untuk pemain yang dibutuhkannya.
”Jika kamu adalah seorang pelatih, kamu ingin mendapatkan kemungkinan untuk memilih pemain yang mau mengikuti ide sepak bola seperti yang kamu inginkan,” ujarnya.
Di United, Mourinho merasa frustrasi karena tim asal Manchester itu tidak mendukungnya di jendela transfer. Dia menilai hal itu sebagai salah satu penyebab kegagalannya.
Mourinho dipecat karena dinilai gagal membawa United tampil maksimal musim ini. Sebelum dipecat, United kalah dari Liverpool 1-3 dan hanya berada di peringkat ke-6 klasemen, hanya 7 kemenangan dari 17 laga. Namun, Ole Gunnar Solksjaer memenangkan enam laga beruntun dalam debutnya sebagai pengganti Mourinho.
Baca juga: Mimpi Buruk MU dalam 24 Jam
”Di Liverpool, saya pikir berapa banyak pemain mereka sebelum Juergen datang? Tidak ada Alisson (Becker), (Virgil) Van Dijk, (Mohamed) Salah, (Roberto) Firmino, (Sadio) Mane, Fabinho, Georginio Wijnaldum, Naby Keita. Kedalaman tim mereka sangat baik,” tuturnya.
Baca juga: Liverpool Selamatkan ”Reputasi” Liga Inggris
Mantan pelatih Real Madrid itu coba membandingkan juga dengan tim asuhan Guardiola. Menurut dia, Guardiola sebagai pelatih hebat masih belum mampu juara di tahun pertama.
”Di tahun kedua, Pep membuat keputusan hebat dan keputusan itu didukung klub. Contohnya dia tidak menginginkan Pablo Zabaleta dan Bacary Sagna, dua bek kanan. Juga tidak Alekssander Kolarov atau Gael Clichy. Mereka menjual keempatnya dan menggantikan dengan Kyle Walker, Danilo, Benjamin Mendy,” kata Mourinho.
Untuk itu, Mourinho tidak ingin terburu-buru memilih tim barunya. Dia ingin lebih selektif agar kesalahan seperti di United tidak terulang.
Kedua terbanyak
Mourinho, Klopp, dan Guardiola sama-sama telah melewati tiga transfer musim panas, yaitu pada musim 2016/2017, 2017/2018, dan 2018/2019. Dari data Transfermarkt, Guardiola merupakan pelatih dengan jumlah transfer terbanyak, membeli 22 pemain dengan total Rp 9,6 triliun.
Di posisi kedua terbanyak adalah Mourinho dengan pembelian 10 pemain seharga Rp 7,5 triliun. Setelah itu, Klopp di posisi buncit dengan pembelian 13 pemain seharga Rp 7 triliun.
Di United, Mourinho merasa frustrasi karena tim asal Manchester itu tidak mendukungnya di jendela transfer. Dia menilai hal itu sebagai salah satu penyebab kegagalannya.
Dari jumlah net transfer, total pembelian pemain dikurangi penjualan pemain, Guardiola masih tertinggi (Rp 7 triliun), disusul Mourinho (Rp 5,6 triliun), dan Klopp (Rp 2,2 triliun).
Dari total pengeluaran, terlihat manajemen United mendukung Mourinho untuk bersaing dengan City dan Liverpool dalam hal pembelian pemain. Mereka hanya berada di bawah City.
Terutama dalam hal net transfer, United mengeluarkan dua kali lipat lebih dibandingkan Liverpool. Namun, Liverpool musim ini mampu menjadi pemuncak klasemen sementara Liga Inggris.
Tudingan Mourinho tidak terbukti karena United terbukti mendukung transfernya sejak 2016. Bahkan, United telah memberikan Mourinho dua pemain termahal di Liga Inggris, Paul Pogba (Rp 1,7 triliun) dan Romelu Lukaku (Rp 1,3 triliun).
Namun, dua pemain itu justru tidak dipakai Mourinho secara maksimal. Sebelum akhirnya dipecat, Pogba dan Lukaku hanya menghiasi bangku cadangan.
Efektivitas pembelian dan pencarian pemain sesuai kebutuhan yang harus dimaksimalkan Mourinho di tim barunya karena tren pembeliannya cukup buruk di United.
Selain Pogba, pelatih berambut putih itu juga membeli Alexis Sanchez, Henrikh Mkhitaryan, dan Fred. Semuanya pemain menyerang tetapi gagal bersinar di United. Hal itu karena Mourinho memaksa mereka untuk ikut membantu pertahanan, yang mana bukan keahlia mereka.
Efektivitas pembelian dan pencarian pemain sesuai kebutuhan yang harus dimaksimalkan Mourinho di tim barunya karena tren pembeliannya cukup buruk di United.
”Para pemain sekarang di bawah Solksjaer lebih bahagia karena sering menyentuh bola, mengontrol permainan, dan mencetak gol. Kami sekarang lebih sering menyerang,” kata Sanchez.
Di balik segala ucapannya yang penuh kontroversi, aksi Mourinho di klub barunya patut dinanti. Dia adalah pelatih bermental juara yang telah mengoleksi trofi Liga Champions, serta Liga Inggris, Italia, Spanyol, dan Portugal. (REUTERS)