Hikayat ”Caretaker”, Si Penyelamat Sesaat
Kehadiran mereka tak pernah diharapkan. Krisis sedang terjadi kala mereka ditunjuk. Mereka menjadi yang paling bersemangat saat seluruh elemen klub kehilangan gairah dan motivasi. Meski kontrak hanya sementara, mereka bertanggung jawab mengembalikan wajah klub. Begitulah sedikit gambaran dari si penyelamat sementara, pelatih caretaker.
Pelatih caretaker ditunjuk saat pelatih utama dipecat atau memutuskan berhenti ketika musim sedang berlangsung. Biasanya mereka diambil dari personal yang memiliki kedekatan dengan klub, seperti dari mantan pemain ataupun tim kepelatihan. Kontraknya hanya menangani klub hingga akhir musim atau sampai klub menemukan pelatih pengganti.
Jejak seorang caretaker sudah hadir jauh sebelum sepak bola modern. Pada era 1980-an, klub-klub Eropa mulai mengadaptasi konsep pelatih sementara. Salah satu yang mengadaptasi adalah Aston Villa.
Pada Februari 1982, Aston Villa resmi menunjuk Anthony Edward Barton atau Tony Barton, panggilannya, sebagai pengganti pelatih utama Ron Saunders. Barton, asisten pelatih Saunders, mengisi posisi pelatih utama karena Saunders memutuskan mundur karena permasalahan kontrak dengan klub.
Pelatih caretaker ditunjuk saat pelatih utama dipecat atau memutuskan berhenti ketika musim sedang berlangsung. Biasanya mereka diambil dari personal yang memiliki kedekatan dengan klub, seperti dari mantan pemain ataupun tim kepelatihan.
Barton yang tak mempunyai rekam jejak sebagai pelatih utama dihadapkan misi mahaberat. Dia harus mengangkat ”The Villans” dari zona degredasi, peringkat ke-17, saat musim sudah memasuki paruh kedua. Pun, pria Inggris itu terbebani status Villa sebagai juara musim sebelumnya.
Misi selanjutnya, mantan pemain Portsmouth itu ditantang membawa Villa yang kala itu sudah berada di perempat final Piala Eropa. Mereka bertemu tim asal Ukraina, Dynamo Kiev, dalam babak delapan besar.
Bak kisah dongeng, Barton melampaui hadangan Kiev di perempat final, Anderlecht di semifinal, dan Bayern Muenchen di final. Dia membawa Villa menjadi juara untuk pertama kalinya di Piala Eropa. Di liga, tim asal Birmingham itu finis di papan tengah, peringkat ke-11.
Roda waktu berputar. Tiga puluh tahun setelahnya, publik Stamford Bridge menjadi saksi keajaiban seorang caretaker bernama Roberto Di Matteo. Mantan pemain Chelsea era 1996-2002 itu ditunjuk menjadi pelatih utama setelah pemecatan Andre Villas-Boas pada Maret 2012.
Kala itu, taipan asal Rusia, pemilik ”Si Biru”, Roman Abramovich, tidak puas dengan kinerja Andre Villas-Boas. Meskipun masih aktif di Piala FA dan Liga Champions, Chelsea berada tiga poin di bawah zona empat besar.
Kekosongan pelatih utama membuat Di Matteo, asisten pelatih Andre Villas-Boas, mengambil peran itu. Dengan pengalaman melatih di tim kecil, MK Dons dan West Bromwich Albion, pria plontos itu memulai pekerjaannya dengan sempurna.
Dia membawa Chelsea meraih empat kali kemenangan beruntun. Salah satunya kemenangan 4-1 atas Napoli yang membuat timnya lolos ke perempat final Liga Champions.
Bersama bintang Chelsea, Frank Lampard, Didier Drogba, dan Fernando Torres, tanpa diduga Di Matteo meraih trofi Liga Champions dan Piala FA. Mereka melewati hadangan Muenchen di final Liga Champions dan Liverpool di final Piala FA.
Begitulah keajaiban satu musim Barton dan Di Matteo, pembuat sejarah bagi klub sebagai pelatih pertama dan satu-satunya yang memenangkan turnamen antarklub Eropa. Tak ayal mereka diberikan kontrak permanen.
Namun, yang terjadi setelahnya hanya kepahitan. Barton dipecat dua musim setelah membawa Villa berjaya di Eropa. Dia hanya finis di peringkat ke-6 dan ke-10 pada dua musim berikutnya, serta gagal mempertahankan Piala Eropa.
Nasib lebih miris menimpa Di Matteo, Abramovich memecatnya setelah tiga bulan menandatangani kontrak permanen. Dia gagal mengangkat performa Chesea di musim selanjutnya dengan hanya dua kemenangan dari delapan pertandingan.
Nasib lebih miris menimpa Di Matteo, Abramovich memecatnya setelah tiga bulan menandatangani kontrak permanen.
Tak hanya mereka berdua, kisah manis pelatih caretaker juga pernah dicicipi Guus Hiddink (Chelsea), Kennya Dalglish (Liverpool), dan Glenn Roeder (Newcastle). Namun, tidak ada yang mampu menunjukkan konsistensi prestasi.
Asa Solksjaer
Tanah Inggris kini kembali dihebohkan dengan kedatangan seorang caretaker, Ole Gunnar Solskjaer. Ole, sapaannya, menggantikan Jose Mourinho yang dipecat Manchester United pada Desember 2018 setelah kalah dari Liverpool, 1-3, di Liga Primer Inggris.
Ole tidak datang dari tim kepelatihan. Dia memang sempat menjadi pelatih tim cadangan United, tetapi sudah keluar sejak 2010. Pemilihan Ole lebih berdasarkan relasinya dengan pemain muda United, seperti Paul Pogba dan Jesse Lingard. Mourinho sempat membuat situasi ruang ganti United memanas, terutama karena konflik dengan sang bintang Pogba.
Baca juga: ”Audisi” Solskjaer
Pelatih berjuluk ”Si Wajah Bayi” itu langsung tancap gas dengan tujuh kali kemenangan beruntun, enam di Liga Primer dan satu di Piala FA. Dia membawa United tampil dengan gaya sepak bola menyerang.
Statistiknya mengagumkan. Mantan penyerang itu membuat United menghasilkan 2,8 gol per laga di Liga Primer dibandingkan Mourinho dengan 1,7 gol per laga. Ole sempurna dalam urusan poin. Dia meraih tiga poin per laga atau menang semuanya, sedangkan Mourinho hanya setengahnya, 1,5 poin per laga.
Baca juga: Solskjaer Pulihkan Jati Diri ”Setan Merah”
Di bawah racikan Ole, Pogba kembali bersinar. Pemain termahal United itu telah mencatatkan lima gol dan empat asis dalam enam laga terakhir. Sebelumnya di bawah Mourinho dia hanya mencatatkan enam gol dan tiga asis pada 17 laga.
Perdebatan bergulir. Apakah Solksjaer layak diberikan kontrak permanen? Sejumlah pengamat sepak bola dan mantan pemain United mendukung wacana tersebut.
”Tiga pelatih setelah Sir Alex Ferguson pensiun, gagal semua. Sampai Ole datang dan berhasil sampai saat ini. Saya rasa dia datang ke sini bukan hanya sementara. Dia layak diberi kesempatan apabila berhasil masuk ke empat besar dan memenangi trofi,” kata mantan bek United, Rio Ferdinand.
Legenda United yang juga pengamat sepak bola Inggris, Gary Neville, berharap Ole mendapatkan pekerjaan tetap di Old Trafford. ”Secara pribadi, saya berharap dia mendapatkan pekerjaan itu. Sebagai penggemar United, saya menilai Ole adalah yang terbaik untuk pekerjaan itu,” katanya.
Baca juga: Ole Gunnar Solskjaer yang Memesona
Layaknya pelatih caretaker, kapabilitas Ole cukup meragukan, terutama untuk menangani United dalam jangka panjang. Dalam karier kepelatihannya, Ole baru melatih dua klub, Molde di Liga Norwegia dan Cardiff City di Liga Primer.
Pengalaman buruknya bersama Cardiff bisa menjadi catatan. Pada 2014, dia membawa tim asal Wales itu degredasi dari Liga Primer. Di bawah kepemimpinannya, Cardiff finis sebagai juru kunci.
Di Molde, Ole membawa timnya juara pada 2011 dan 2012. Meski begitu, standar Liga Norwegia berada jauh jika dibandingkan dengan Liga Primer. Karena itu, prestasi pria berusia 45 tahun itu tidak bisa dijadikan tolok ukur.
Legenda United lainnya, Wayne Rooney, menawarkan ide yang lebih segar. Dia mengusulkan mantan timnya mengambil pelatih Tottenham Hotspur Mauricio Pochettino pada musim panas mendatang.
”Kalau saya punya kesempatan, saya akan habis-habisan untuk Pochettino. Dia memiliki karakterisitik sama dengan Sir Alex, yang mampu mengembangkan pemain muda. Dia bisa mengeluarkan potensi terbaik United,” kata penyerang yang kini bermain di Liga Amerika Serikat (MLS) bersama DC United itu.
Pochettino konsisten mengatar Spurs masuk Liga Champions dalam tiga musim terakhir dengan dana transfer minim. Pelatih berdarah Argentina itu berhasil membesarkan pemain muda Inggris seperti Harry Kane, Dele Alli, Eric Dier, dan Danny Rose.
Apakah United akan terbawa romantisisme dengan Ole atau justru memilih jalan logis bersama Pochettino? Tentunya pertanyaan ini baru layak dimunculkan jika pria Norwegia itu mampu konsisten hingga akhir musim.
Sejatinya, pelatih caretaker atau sementara hanyalah penyelamat sesaat. Ole sudah akrab dan menyadari peran itu sebagaimana julukan ”supersub” yang menempel semasa bermain di United. Dia adalah pemeran pengganti yang hebat, tetapi bukan aktor utama. (AP/AFP/REUTERS)