JAKARTA, KOMPAS – Pemandu bakat melihat Liga Kompas Kacang Garuda U-14 sebagai tambang pesepak bola usia muda bertalenta. Kehadiran pemandu bakat di Liga Kompas membuat pesepak bola belia berlomba mencuri perhatian di 5 pekan tersisa. Liga Kompas memasuki pekan ke-25 yang bergulir di lapangan GOR Ciracas, Jakarta Timur, Minggu (17/2/2019).
Pada pekan ke-24, Minggu (10/2), Direktur Akademi Barito Putera, Mundari Karya, hadir menyaksikan laga Liga Kompas. Mantan pelatih tim nasional Indonesia U-16 itu bermaksud memantau pemain berbakat di Liga Kompas untuk direkrut ke akademi Barito Putera.
Saat memantau pemain di Liga Kompas, Mundari Karya didampingi oleh asistennya, Gilang. Mundari, Jumat (15/2), menyatakan kedatangannya kemarin bukan yang terakhir kalinya. Ke depan, Mundari memastikan bakal kembali lagi untuk menyaksikan pertandingan Liga Kompas. Ia berniat merampungkan pencarian pemain pada Maret 2019.
“Dari dulu saya sering menonton Liga Kompas. Karena saya memang senang memantau pemain muda. Kalau mau mencari pemain muda potensial, tempatnya ya di sini,” ujar Mundari.
Lebih lanjut, Mundari melihat Liga Kompas dapat membentuk pesepak bola usia muda. Di Liga Kompas pesepak bola tak hanya diminta bertanding dan meraih kemenangan. Seluruh pemain yang terlibat di Liga Kompas juga wajib diturunkan oleh pelatih. Aturan itu bertujuan memberikan kesempatan bermain yang merata.
Selain itu, ada nilai-nilai kedisiplinan, kejujuran, dan sportivitas yang ditanamkan. Pesepak bola dibentuk untuk menghargai lawan maupun kawan. Dengan demikian, meski seandainya di masa depan mereka tidak melanjutkan karier sepak bola, setidaknya mereka bisa menjadi pribadi yang berakhlak mulia di tengah-tengah masyarakat.
Masih terbatas
Mundari menyayangkan masih terbatasnya liga sepak bola usia muda di Indonesia. Keterbatasan itu membuat pelatih mau tak mau harus “blusukan” mencari talenta-talenta berbakat seperti yang dilakukan mantan pelatih timnas Indonesia U-19 Indra Sjafri.
Indra dalam suatu wawancara mengatakan, dirinya sebenarnya tak perlu berburu pemain hingga ke daerah-daerah terpencil di Indonesia apabila liga usia muda diadakan secara teratur di semua daerah.
Saat ini, kompetisi usia muda yang ada di Indonesia kebanyakan hanya berformat turnamen, bukan liga yang diadakan dalam jangka waktu panjang dan teratur. Kompetisi berformat liga memberikan menit bermain yang banyak kepada pemain muda. Dengan format liga, pemandu bakat pun dapat lebih lama memantau perkembangan pemain yang dibidik.
Tiadanya kompetisi yang teratur dan dihelat dalam jangka waktu lama membuat pemandu bakat ibarat mencari pesepak bola berbakat di tengah rimba belantara. Keberadaan Liga Kompas sedikit banyak membantu memudahkan pekerjaan para pemandu bakat.
“Sayangnya liga usia muda seperti ini hanya ada di Jakarta. Seandainya ada di seluruh daerah di Indonesia pasti akan bagus sekali,” kata Mundari.
Anggota Tim Pemandu Bakat Liga Kompas, Dede Sulaiman, mengatakan, kedatangan pemandu bakat ke Liga Kompas bukan sesuatu yang baru. Sebelumnya, Fakhri Husaini saat masih membesut timnas Indonesia U-16 juga sempat menyaksikan Liga Kompas di Stadion Gelanggang Olahraga Ciracas, Jakarta. Pemain serang timnas U-16 Indonesia Sutan Zico adalah salah satu contoh bakat yang ditemukan Fakhri di Liga Kompas.
“Kami sudah berikan data statistik 80 pemain terpilih di Liga Kompas kepada Mundari,” kata Dede.
Memikat pemandu bakat
Kehadiran pemandu bakat di Liga Kompas membuat para pemain lebih bersemangat menjalani laga. Mereka termotivasi tampil lebih baik demi memikat para pemandu bakat.
Kapten sekolah sepak bola (SSB) Salfas Soccer Mulkan Hanif mengatakan, kesempatan tampil di Liga Kompas tidak akan disia-siakannya untuk menggapai level permainan yang lebih tinggi.
Ia berharap dapat melanjutkan karier di salah satu klub profesional usai berkompetisi di Liga Kompas. Begitu mendengar Mundari berniat mencari pemain untuk direkrut ke akademi Barito Putera, Hanif sangat bersemangat untuk mengeluarkan kemampuan terbaiknya.
“Tentu saya menjadi semakin termotivasi bertanding. Saya tertarik melanjutkan karier di level yang lebih tinggi,” ucapnya.
Hal sebangun juga diutarakan pemain bertahan Siaga Pratama, Ridho Adi Nugraha. Kendati setiap penampilan pesepak bola di Liga Kompas kini dipantau pemandu bakat, Ridho tidak merasa terbebani atau grogi.
Ridho bertekad tampil baik di 5 laga sisa Liga Kompas untuk mencuri perhatian pemandu bakat. Pun demikian, Ridho tetap bakal mengutamakan kolektivitas tim dibanding mempertunjukkan keterampilan individu.