Orientasi Nilai (4) Wilayah Paling Konservatif: Jakarta Termasuk?
Oleh
Bambang Setiawan
·4 menit baca
Jakarta menjadi wilayah yang memiliki ambiguitas cukup kentara dalam orientasi nilai penduduknya. Di satu sisi memiliki pandangan yang cukup liberal dalam persoalan ekonomi dan sosial, namun konservatif dalam pemikiran politik.
Survei Litbang Kompas memberi gambaran kontradiksi warga Jakarta dalam visi ideologisnya. Dalam dimensi politik, skor orientasi nilai warga Jakarta adalah 1,57 atau lebih rendah dari rata-rata nilai (total) semua wilayah yang 1,61. Namun, skor nilai untuk bidang ekonomi mencapai 1,71 (cukup jauh dari rata-rata yang 1,67) dan pada ranah sosial skornya 1,54 (sedikit di atas rata-rata yang 1,52).
Sebagai ibukota negara dan kota metropolitan yang menjadi kuali pertemuan (melting pot) bagi hampir semua sukubangsa di Indonesia, orientasi nilai Jakarta cukup menarik untuk diperbincangkan. Meskipun secara total ia berada di sekitar garis rata-rata, namun posisinya berada di bawah Jawa Tengah dan DIY yang secara kultural lebih homogen. Beberapa wilayah yang cenderung lebih homogen lainnya, seperti Papua dan area Sunda Kecil (Bali, NTB, dan NTT) juga lebih moderat dari Jakarta.
Orientasi nilai Jakarta adalah refleksi sebuah wilayah yang sedang bimbang, komunitas yang sedang berada dalam tarikan diametrikal dua sisi, antara liberalisasi di bidang ekonomi, dan tarikan konservatisme politik yang cukup kuat disisi yang lain. Sekarang ini dapat dikatakan liberalisasi ekonomi di Jakarta tak mampu menggiring modernisme di bidang politik dan sosial, sebaliknya kuatnya konservatisme politik juga belum mampu mendikte arus pandangan liberal dalam ekonomi.
Orientasi nilai Jakarta adalah komunitas yang bimbang, antara liberalisasi ekonomi dan konservatisme politik.
Dilihat secara lebih luas, sebetulnya tidak hanya Jakarta, tetapi sebagian besar jazirah bagian “Barat” seperti Banten, Jawa Barat, dan Sumatera yang lebih heterogen di banding jazirah “Timur” juga menampilkan sisi-sisi wajah yang lebih konservatif. Di Sumatera Selatan, Bangka Belitung, dan Lampung, pandangan liberal di bidang ekonomi mendapatkan imbangan konservatisme di bidang sosial dan politik. Abstraksi dari fenomena ini dapat berarti: ada pergerakan ideologis di wilayah-wilayah heterogen, terutama di bagian barat.
Survei ini mengukur orientasi nilai dalam skala 0 sampai 2, makin mendekati angka 0 artinya makin konservatif, sebaliknya makin mendekati angka 2 semakin moderat. Besaran nilai yang didapat bukanlah angka mutlak, namun bersifat relatif di mana skor rata-rata (total) menjadi titik tengah rujukan apakah sebuah wilayah lebih konservatif dari yang lain, atau lebih moderat.
Skor orientasi nilai ini dihasilkan dari pengolahan atas serangkaian pertanyaan yang disusun sedemikian rupa untuk menangkap sisi-sisi pandangan konservatif dan moderat dalam tiga ranah: politik, ekonomi, dan sosial. Indikator-indikator yang digunakan meliputi lima aspek: persepsi terhadap ancaman, pandangan terhadap hal-hal baru, tingkat kepercayaan kepada otoritas, ukuran moralitas, dan langkah proteksi terhadap apa yang selama ini sudah dimiliki.
Secara keseluruhan, orientasi nilai rata-rata tiga bidang (politik, ekonomi, dan sosial) yang saat ini dipegang oleh masyarakat Indonesia berada di skor 1,60. Namun, ada beberapa daerah yang memiliki skor di bawah rata-rata, sehingga relatif lebih konservatif daripada yang lain. Sebaliknya terdapat sejumlah wilayah yang memiliki skor di atas rata-rata, yang menunjukkan daerah-daerah itu lebih moderat dari yang lain.
Penduduk di kelompok wilayah Jawa Tengah & DIY, Sunda Kecil, dan Papua cenderung memiliki keselarasan dalam orientasi nilai, antara politik, ekonomi, dan sosial. Wilayah-wilayah itu tergolong moderat pada tiga ranah nilai tersebut. Kelompok wilayah Sunda Kecil memiliki skor yang paling tinggi, yaitu 1,73, mencerminkan orientasi nilai yang paling moderat. Sebaliknya, Jawa Barat, Banten, Jawa Timur, Sumatera, dan Kalimantan menjadi wilayah yang lebih konservatif dibanding wilayah-wilayah lainnya.
Orientasi Nilai Politik
Wilayah Jakarta, Banten, dan Jawa Barat menjadi wilayah yang memperlihatkan fenomena menarik dalam orientasi nilai bidang politik. Dalam dimensi ini, wilayah megapolitan tersebut mencerminkan gambaran yang lebih konservatif dibanding area Pulau Jawa lainnya. Skor Jakarta, Jawa Barat, dan Banten sama-sama 1,57 atau lebih rendah dari skor rata-rata (total) yang 1,61. Skor ketiga wilayah itu juga sama dengan keseluruhan Sumatera dan lebih rendah daripada Kalimantan.
Wilayah paling moderat di bidang politik adalah Kelompok Sunda Kecil, Maluku dan Papua. Sementara, Jawa Tengah dan DIY dengan skor 1,64 menjadi wilayah yang paling moderat di Pulau Jawa.
Orientasi Nilai Ekonomi
Dalam orientasi nilai ekonomi, Jawa Timur memperlihatkan fenomena sebagai wilayah yang paling konservatif dibanding wilayah-wilayah lainnya. Posisi berikutnya adalah Kalimantan, dan Sumatera Utara. Sebaliknya, Jakarta, Jawa Tengah & DIY, Sumatera Selatan, Bangka Belitung, Lampung, Kelompok Sunda Kecl, dan Papua memperlihatkan diri sebagai wilayah yang lebih moderat.
Orientasi Nilai Sosial
Konservatisme di bidang sosial menjadi fenomena yang paling kuat terasakan dibanding bidang ekonomi yang lebih moderat dan bidang politik yang penuh ambiguitas. Rata-rata bidang sosial memiliki skor 1,52 atau lebih rendah daripada di bidang ekonomi yang 1,67 dan politik yang 1,61.
Wilayah paling moderat dalam memandang persoalan sosial adalah orang-orang yang hidup di Kelompok Sunda Kecil, Maluku dan Papua, dan Jawa Tengah & DIY. Jakarta hanya sedikit di atas rata-rata. Sementara, wilayah-wilayah lainnya seperti Jabar dan Banten, Pulau Sumatera, Kalimantan, dan Sulawesi cenderung lebih konservatif. (BAMBANG SETIAWAN/LITBANG KOMPAS)