Belajar dari Cara Ceko Belajar Sejarah Gelap Perang
Oleh
Aloysius Budi Kurniawan
·5 menit baca
Kennard Alvaro Hadinata, siswa Nirvana Visual School, Surabaya terlihat sumringah ketika menerima medali dan sertifikat dari Duta Besar Ceko untuk Indonesia Ivan Hotek, Kamis (14/2/2019), di Rumah Dinas Duta Besar Ceko untuk Indonesia di Jakarta. Lukisannya tentang empat anak yang tengah memandikan seekor anjing dengan penuh riang dengan semprotan air di halaman rumah mendapatkan medali The 46th International Children’s Exhibition of Fine Arts Lidice 2018.
Sembilan anak Indonesia lainnya menerima penghargaan Honorable Mention dalam ajang yang bertema besar Water (air) tersebut. Mereka adalah Chivenigen Ceaser Cynglung Chiven dan Raisya Syarif Salwa Dewi dari SD Muhammadiyah Gresik Kota Baru 2, Gresik; Zacharias Maxwell dari Ananda Visual Art School, Bandung; Kenzo Widjaja dari Ananda Visual Art School, Bandung; Arifal Akmal, Muhammad Azis Akbar, Gigih Hilman Mufid, Rizalda Anjach Syarof dari SMA Muhammadiyah 10 Gresik Kota Baru; dan Aileen Jane dari Linda Art School, Jakarta.
Kesepuluh anak-anak bertalenta asal Indonesia tersebut terpilih bersama 1.246 anak-anak dari 79 negara lainnya. Karya-karya mereka dipamerkan selama enam bulan, pada 1 Juni-25 November 2018, di Lidice, Ceko.
Total sebanyak 336 peserta dari Indonesia ikut serta dalam kompetisi tahunan ke-46 tersebut. Tahun lalu, lima anak Indonesia juga mendapatkan penghargaan Honourable Mention dalam The 45th International Children’s Exhibition of Fine Arts Lidice 2017. Mereka terpilih dari 25.690 peserta dari seluruh dunia.
Dengan mengikuti kompetisi tersebut, anak-anak dari seluruh penjuru dunia bukan sekadar adu kebolehan dalam bidang seni rupa. Mereka juga diajak untuk memahami bahwa peperangan hanya menimbulkan kekelaman dalam kehidupan manusia, termasuk anak.anak. Perhelatan International Children’s Exhibition of Fine Arts Lidice ini merupakan simbol perlawanan terhadap perang dan konfrontasi berdarah pada masa Perang Dunia II.
Perhelatan International Children’s Exhibition of Fine Arts Lidice ini merupakan simbol perlawanan terhadap perang dan konfrontasi berdarah pada masa Perang Dunia II.
Perhelatan tersebut digelar untuk mengenang peristiwa gelap tewasnya 82 anak Desa Lidice, Distrik Kladno, sekitar 30 kilometer dari Praha, Republik Ceko, pada 10 Juni 1942. Konflik Perang Dunia II menyeret korban tak berdosa, termasuk anak-anak Desa Lidice.
Pada tanggal keramat itu, tentara Nazi menembaki 173 laki-laki dan 52 perempuan dewasa di Lidice. Desa itu benar-benar dihancurkan. Belasan anak yang dianggap bisa dimanfaatkan langsung diangkut oleh tentara Nazi. Sementara itu, perempuan dan anak-anak digiring masuk ke kamp konsentrasi. Yang paling mengerikan, 82 anak tersebut kemudian dipaksa masuk ke dalam mobil van yang berisi gas beracun.
Tragedi pembunuhan massal di Lidice menegaskan bahwa korban pertama dari konflik peperangan adalah anak-anak yang masih bersih hatinya, yang bahkan tidak tahu apa-apa tentang makna dan tujuan dari perang itu sendiri. Dalam situasi konflik bersenjata, anak-anak yang lugu itu dipaksa menjadi tumbal aksi balas dendam Nazi setelah salah satu perwiranya, Reinhard Heydrich, tewas akibat mobilnya dilempar granat oleh dua militan Ceko, 27 Mei 1942.
Pada tahun 1980, pematung Marie Uchytilova merancang semacam patung monumen peringatan pembunuhan massal anak-anak Lidice. Untuk menciptakan patung-patung anak-anak korban pembunuhan, ia bertemu dengan ibu-ibu korban yang masih hidup. Namun, sebelum karyanya terwujud Uchytilova meninggal pada 1990.
Suaminya, Jiri Hampel kemudian melanjutkan karya Uchytilova dengan mencetak patung-patung anak korban tragedi Lidice menggunakan bahan material perunggu. Tahun 2000, patung-patung peringatan itu baru berhasil didirikan dalam rupa anak-anak kecil yang tengah berdiri memandang ke depan dengan tatapan kosong penuh keluguan. Patung-patung itu didirikan di padang rumput Desa Lidice, tempat pembantaian berlangsung.
Kenang bersama-sama
Tepat 25 tahun setelah peristiwa itu, pemerintah Ceko (waktu itu masih Cekoslowakia) menggelar pameran seni rupa untuk mengenang secara khusus peristiwa gelap tewasnya 82 anak-anak di Lidice. Sejak 1967, pameran itu digelar rutin di Lidice dan memasuki 1973, pameran seni rupa ini akhirnya berkembang lebih luas menjadi pameran berskala internasional dengan tajuk International Children’s Exhibition of Fine Arts Lidice.
“Pameran ini adalah bagian dari cara kami mengingat-ingat sisi gelap Eropa khususnya di Lidice, sebuah desa yang terletak beberapa kilometer dari Kota Praha, ibu kota Ceko. Kami harus selalu mengingatkan kepada semua orang bahwa pihak yang paling sengsara pada masa konflik dan peperangan adalah anak-anak,” kata Ivan Hotek.
Kami harus selalu mengingatkan kepada semua orang bahwa pihak yang paling sengsara pada masa konflik dan peperangan adalah anak-anak.
Pameran seni rupa ini bukan sekedar perhelatan pameran biasa, melainkan cara Pemerintah Republik Ceko untuk selalu memperingati sejarah gelapnya, untuk mengingatkan kepada siapapun agar selalu menolak perang.
“Ini adalah sejarah gelap kami pada akhir abad ini, dan kami sekarang telah mempunyai sejarah baru, hidup yang lebih nyaman dan berkembang. Meski demikian, kami tetap harus selalu memperingati peristiwa ini agar suatu saat tidak jatuh pada kesengsaraan itu lagi, terutama generasi kita mendatang,” papar Ivan.
Penyelenggaraan International Children’s Exhibition of Fine Arts Lidice secara konsisten setiap tahun menunjukkan bagaimana Ceko menganggap sejarah mereka sebagai bagian dari pendidikan. Indonesia yang dalam beberapa hal justru mencoba menutup rapat-rapat sejarah kelamnya dapat belajar dari Ceko yang mencoba menerima dan belajar dari sejarah kelamnya melalui cara-cara unik, salah satunya pameran seni rupa.
Penyelenggaraan International Children’s Exhibition of Fine Arts Lidice secara konsisten setiap tahun menunjukkan bagaimana Ceko menganggap sejarah mereka sebagai bagian dari pendidikan.
Pesan perdamaian Ceko yang dikirim melalui International Children’s Exhibition of Fine Arts Lidice setiap tahun semakin membesar. Dalam beberapa tahun terakhir, anak-anak Indonesia turut aktif mengirimkan karya ke pameran ini. Beberapa di antaranya bahkan berhasil mendapatkan sejumlah penghargaan.
Perhelatan International Children’s Exhibition of Fine Arts Lidice menjadi simbol perlawanan terhadap perang dan konfrontasi berdarah. Seperti pesan Uchytilova saat membangun patung peringatan pembunuhan massal anak-anak di Lidice, patung-patung anak-anak di Lidice juga menjadi simbol dari 13 juta anak-anak yang menjadi korban dari kekejaman Perang Dunia II.