BANDUNG, KOMPAS--Berpasangan atau bermain melawan pebulu tangkis top dunia menjadi peluang langka yang bisa terwujud dalam kejuaraan Djarum Superliga Bulu Tangkis. Pemain-pemain Indonesia yang mendapat kesempatan ini memanfaatkannya untuk menimba ilmu dari mereka.
Ganda putra berusia 17 tahun yang bermain untuk Daihatsu Astec Jakarta, Daniel Marthin/Leo Rolly Carnando, adalah salah satunya. Mereka menyimpan keinginan untuk melawan pemain Korea Selatan, Lee Yong-dae, yang bermain untuk Musica Trinity.
Pemain yang pernah menjadi nomor satu dunia dengan pasangan berbeda, Jung Jae-sung dan Yoo Yeon-seong, dalam rentang 2007-2016 itu dinilai sebagai legenda oleh Daniel. Bersaing dalam satu grup, yaitu Grup A, Daniel/Leo berkesempatan melawan Lee pada Rabu (20/2/2019), jika mereka sama-sama ditempatkan sebagai ganda pertama.
Pada penampilan pertama melawan Berkat Abadi Banjarmasin, Selasa, Lee berpasangan dengan pemain pelatnas, Fajar Alfian, dan menang atas Agrippina Prima Rahmanto Putera/Ricky Karanda Suwardi, 21-19, 21-14. Adapun Danie/Leo, pemain binaan Djarum Kudus, kalah dari Mohammad Arif Abdul Latif/Nur Mohd Azriyn Ayub (Sports Affair Malaysia), 19-21, 21-18, 17-21.
Superliga memungkinkan terjadinya pertemuan antara pemain yunior dan senior, bahkan, pemain-pemain top dunia. Ini karena kejuaraan tersebut berformat beregu putra dan putri dan memperbolehkan keikutsertaan pemain serta klub asing. Kesempatan ini jarang didapat dalam kejuaraan Federasi Bulu Tangkis Dunia (BWF), apalagi oleh pemain-pemain yunior seperti Daniel/Leo.
Keinginan untuk melawan pemain top dunia juga dikatakan tunggal putra berusia 18 tahun, Gatjra Piliang Filqiliahi Cupu. Pemain yang juga membela Daihatsu Astec ini ingin melawan rekan seniornya di pelatnas Cipayung, Anthony Sinisuka Ginting, yang bermain untuk Musica. “Tetapi, mungkin sulit sih untuk bertemu di sini karena dia menjadi tunggal pertama dan saya tunggal kedua,” kata Gatjra.
Selain mengagumi kecepatan yang merupakan tipe permainan Anthony, Gatjra memiliki alasan lain tentang keinginannya melawan tunggal putra peringkat ketujuh dunia itu. “Kami memang sering menjadi lawan tanding di pelatnas. Saya selalu diledekin dia, jadi, saya ingin sekali menjadi lawan Anthony dalam pertandingan,” ujar Gatjra.
Ketat
Sehari sebelumnya, ganda putra dari Jatim United, Syahrizal Dafandi Arafixqli/Sharosi Dafandi Arafixqli, menjadi lawan pemain nomor satu dunia, Kevin Sanjaya Sukamuljo, yang berpasangan dengan Praveen Jordan (Djarum Kudus). Mampu memberi perlawanan ketat pada gim pertama dan kedua, si kembar Syahrizal/Syahrosi kalah 18-21, 21-18, 13-21. Ini menjadi pengalaman pertama pasangan berusia 19 tahun itu melawan Kevin.
Dengan status juara nasional kelas taruna, Syahrizal/Syahrosi saat ini berstatus sebagai pemain magang di pelatnas bulu tangkis, Cipayung. Mereka berlatih di tempat yang sama dengan tempat latihan Kevin, Marcus Fernaldi Gideon, dan ganda putra top Indonesia lainnya. Namun, Syahrizal/Syahrosi belum pernah berlatih bersama para seniornya itu.
Maka, ketika susunan pemain Jatim United melawan Djarum Kudus mengharuskan melawan Kevin/Praveen, Syahrizal/Syahrosi senang. Dalam persaingan penyisihan Grup B, pasangan asal Blitar, Jawa Timur, itu menanti pertemuan dengan pemain top lainnya yang membela Jaya Raya Jakarta, Muhammad Rian Ardianto.
“Kami sudah bermain cukup baik melawan Kevin/Praveen, tetapi belum bisa tampil konsisten sepanjang pertandingan. Pada gim ketiga, kami bermain jelek. Ini jadi pelajaran berharga bagi kami. Untuk bisa menang, kami harus tampil konsisten sepanjang pertandingan,” kata Syahrizal.
Sementara, Fajar mendapat kesempatan lain ketika berpasangan dengan Lee. Sebelumnya, Fajar berpasangan dengan pemain idola yang membuatnya minder itu pada Superliga 2015 di Bali, saat Fajar masih berusia 18 tahun.
Membela tim yang sama seperti saat ini, Fajar/Lee menang atas Hirokatsu Hashimoto/Noriyasu Hirata (Tonami Jepang), yang saat itu berperingkat ke-12 dunia, 21-13, 19-21, 21-16. “Kemampuan Fajar sudah jauh lebih baik dibandingkan empat tahun lalu,” komentar Lee.
“Saat ini sudah tidak minder lagi seperti empat tahun lalu. Kecepatan Lee memang sudah menurun, tetapi dia selalu bekerja keras untuk tak mudah kehilangan poin. Dia tak pernah kehilangan fokus. Itu yang saya pelajari dari dia,” kata Fajar.