Tujuh Lini Bisnis Astra Topang Perekonomian Nasional
Oleh
Hendriyo Widi
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS – Pada usia ke-62, PT Astra International Tbk terus berkomitmen membangun negeri. Melihat peluang pasar domestik yang besar, Astra melalui tujuh lini bisnisnya optimistis dapat berkontribusi meningkatkan pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Ketujuh lini bisnis itu adalah otomotif, jasa keuangan, alat berat, pertambangan, konstruksi dan energi, agribisnis, infrastruktur dan logistik, teknologi informasi, serta properti.
Presiden Direktur PT Astra International Tbk (Astra) Prijono Sugiarto mengatakan, tema HUT ke-62 Astra adalah Inspiring the Nation. “Tema ini kami anggap relevan dalam konteks dinamika sosial, politik, dan ekonomi pada tahun 2019. Astra senantiasa berusaha menjadi institusi yang dapat terus menginspirasi negeri,” ujarnya, di Jakarta, Rabu (20/2/2019).
Hal itu disampaikan dalam peluncuran Menara Astra di Kawasan Sudirman, Jakarta Selatan. Peresmian tersebut dihadiri istri mendiang pendiri Astra Lily Anwar Soeryadjaya.
Selain itu, hadir pula Menteri Badan Usaha Milik Negara Rini Soemarno yang pernah menjabat sebagai Presiden Direktur Astra periode 1990-1998.
Saat ini, Astra memiliki 226 perusahaan di bawah tujuh lini bisnis, yaitu otomotif, jasa keuangan, alat berat, pertambangan, konstruksi dan energi, agribisnis, infrastruktur dan logistik, teknologi informasi, serta properti. Astra pun didukung oleh 226.140 anak bangsa yang berkarya di dalamnya.
Pada semester I-2018, kontribusi ketujuh lini bisnis terhadap laba bersih konsolidasian Astra International sebesar Rp 10,38 triliun. Laba bersih itu tumbuh 11 persen dibandingkan periode sama 2017. Dari ketujuh lini bisnis tersebut, otomotif mencatatkan laba bersih terbesar, yaitu Rp 4,2 triliun.
Head of Corporate Communication Astra Boy Kelana Soebroto menyampaikan, pada awal 2019, mobil nasional yang diekspor mencapai 225.000 unit. Sementara jumlah motor yang diekspor mencapai 120.000 unit. Ada pula sejumlah 150.000 komponen otomotif yang diekspor.
“Sasaran pasar ekspor otomotif tahun ini masih sama, yaitu ke Jepang, Thailand, Malaysia, Vietnam, Kamboja, Filipina, dan Bangladesh. Kami juga akan terus mengembangkan sektor lain yang berpotensi menumbuhkan perekonomian bangsa,” ujar Boy.
Sasaran pasar ekspor otomotif tahun ini masih sama, yaitu ke Jepang, Thailand, Malaysia, Vietnam, Kamboja, Filipina, dan Bangladesh.
Terkait rencana dan jumlah investasi, Boy menyatakan belum dapat menyampaikannya. Namun, secara keseluruhan ia optimistis pertumbuhan ekonomi tahun ini akan lebih baik.
Boy menilai, dengan pangsa pasar domestik yang besar serta posisi strategis Indonesia dalam kawasan regional, akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi.
“Kami juga melihat, dalam kondisi perekonomian sekarang kita tidak bisa tumbuh sendiri. Kita harus bersama-sama pelaku usaha lain mengembangkan ekosistem ekonomi secara keseluruhan, sehingga kontribusi bagi bangsa semakin besar,” katanya.
Meski baru dua tahun dikembangkan, segmen properti Grup mencatatkan laba bersih dari lini bisnis properti sebesar Rp 48 miliar pada semester I-2018. Laba bersih sektor itu memang turun sekitar Rp 20 miliar dibandingkan periode sama pada 2017.
Penurunan itu disebabkan oleh rendahnya penerimaan laba yang diakui dari pengembangan proyek Anandamaya Residences. Hal itu mencerminkan tingkat persentase penyelesaian proyek yang semakin mengecil pada tahap akhir konstruksi.
PT Astra Land Indonesia (ALI), yang 50 persen sahamnya dimiliki Grup, membeli 3 hektar tanah di pusat bisnis Jakarta, yaitu Arumaya di Jakarta Selatan dan Asya di Jakarta Timur. Total lahan untuk pengembangan properti Grup saat ini adalah sejumlah 70 hektar. Pembangunan itu bertujuan untuk pengembangan hunian dan komersial.
Dalam kesempatan yang sama, Vice President Director Astra Property Nilawati Irjani menyampaikan, tugas Astra tidak hanya sekadar membangun hunian dan komersial. Namun, bagaimana memberikan layanan berkelanjutan untuk memastikan kenyamanan penghuni.
“Sejauh ini, kami masih berfokus untuk pengembangan di Jakarta. Harapannya, nilai investasi di bisnis properti ini tentu meningkat, namun semua tergantung kepada peluang dan kesempatan yang ada,” kata Nilawati. (SHARON PATRICIA)