logo Kompas.id
UtamaMenjadi Manusia Rohani, Sebuah...
Iklan

Menjadi Manusia Rohani, Sebuah Karya Ulil Abshar Abdalla

Oleh
Mohammad Bakir
· 4 menit baca
https://cdn-assetd.kompas.id/Yuo5_X6fcSoyzgFeNUUJOHUDjss=/1024x768/filters:watermark(https://cdn-content.kompas.id/umum/kompas_main_logo.png,-16p,-13p,0)/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2019%2F02%2FIMG_7934_1550677678.jpg
KOMPAS/ HARYO DAMARDONO

Buku Menjadi Manusia Rohani karya Ulil Abshar Abdalla yang diterbitkan oleh Alifbook & e-Bukhori Institute (2019).

Di kalangan anak muda Nahdlatul Ulama, nama Ulil Abshar Abdalla sudah tidak asing lagi. Lekat dengan gelar aktivis Islam Liberal, dalam dua tiga tahun terakhir Ulil menampakkan ketertarikan pada tasawuf. Ulil membaca kitab-kitab kuning bertema tasawuf, yang biasanya dianggap sulit untuk dapat dipahami ketika belajar di pesantren, khususnya bagi santri pemula.

Tetapi, di tangan Ulil, kitab-kitab kuning itu  menjadi sarat makna tetapi gampang dicerna. Dia membaca dan mengartikan kitab-kitab kuning itu dengan idiom-idiom kekinian, sehingga sangat memudahkan bagi siapa pun termasuk bagi mereka yang baru belajar Islam.

Hal itu terlihat ketika Ulil membaca kitab Al Hikam, kitab tasawuf karangan Ibnu Athaillah as-Sakandari, yang kemudian dibukukan. Kitab Al Hikam ini terdiri lebih dari 200 aforisma, tetapi Ulil hanya membaca dan menafsirkan sekitar 50 aforisma, yang tentu dari sisi bahasa dan konteks sangat sulit dipahami oleh para pembaca yang  tidak punya latar belakang keilmuan mumpuni.

Benar kiranya istilah “jangan menilai seseorang hanya dari sampulnya”. Idiom metaforik yang kerap digunakan untuk pemeo itu menjadi (satu) muara dalam pembahasan panjang mengenai tasawuf.

Bertasawuf berarti melakukan harmonisasi dimensi lahiriyah dan batiniyah. Bertasawuf berarti menggali lebih dalam ajaran Islam hingga kedalaman rohani. Menilai segala sesuatu hanya dari sampulnya, tidak hanya akan mengecoh bahkan bisa memalingkan dari esensi.

https://cdn-assetd.kompas.id/wLGHjUHTE96akfggd-1lQxTKQ4A=/1024x768/filters:watermark(https://cdn-content.kompas.id/umum/kompas_main_logo.png,-16p,-13p,0)/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2019%2F02%2FIMG_7935_1550677867.jpg
KOMPAS/ HARYO DAMARDONO

Buku Menjadi Manusia Rohani karya Ulil Abshar Abdalla yang diterbitkan oleh Alifbook & e-Bukhori Institute (2019).

Itulah yang tercermin dalam peluncuran dan diskusi buku karya Ulil Abshar Abdalla, Menjadi Manusia Rohani: Meditasi-meditasi Ibu ‘Atha’illah dalam Kitab al-Hikam. Diskusi buku digelar di Kantor PBNU dan disiarkan langsung oleh Channel 164 melalui akun Facebook, Senin (18/2/2019).

Diskusi menghadirkan dua pembicara, guru besar Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Komaruddin Hidayat dan Rais Syuriah PBNU Ahmad Ishomuddin. Pembicara kunci adalah ulama dan pengajar di UIN Jakarta Abdul Moqsith Ghazali, dan moderator Ketua Takmir Masjid Ciganjur Syaifullah Amin.

Buku setebal 284 halaman yang diterbitkan oleh media blog keislaman dan kebudayaan Alif.id (Alifbook) bekerjasama dengan el-Bukhori Institute ini merupakan penafsiran Ulil atas al-Hikam yang ia sebut sebagai “cara yang tidak biasa”.

Penafsiran kitab yang tidak seperti pakemnya kiai pesantren menafsir bukan berarti menghilangkan dimensi kesakralan kitab tersebut. Namun, lebih bertujuan mengaitkan dengan kehidupan sehari-hari--dan, lebih jauh lagi adalah kehidupan berbangsa.

https://cdn-assetd.kompas.id/6MF4isUpLxT7ignQ9NxGgZq3qJw=/1024x653/filters:watermark(https://cdn-content.kompas.id/umum/kompas_main_logo.png,-16p,-13p,0)/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2019%2F02%2F20100302prid_1550678648.jpg
KOMPAS/ PRIYOMBODO

Ulil Abshar Abdalla menyampaikan pidato kebudayaan mengenai sejumlah refleksi tentang kehidupan sosial-keagamaan di Graha Bhakti Budaya, Taman Ismail Marzuki, Jakarta, Selasa (2/3/2010).

Kerennya, tafsir atau bacaan yang dilakukan Ulil, lebih kontekstual. Bahasanya pun lebih ringan tanpa menghilangkan bobot esensi syarah sehingga bisa dinikmati oleh pembaca lebih luas.

Iklan

Mengharmonisasi dimensi lahiriyah dan batiniyah sepintas tampak mudah meskipun pada praktiknya sulit dilakukan. Namun, praktiknya tidak sekadar hanya itu, karena yang terbaca di permukaan belum tentu mewakili kedalaman maksud dan penghayatan dalam setiap perilaku.

Dalam shalat misalnya, berapa detik kita ingat Allah SWT dari sekian menit waktu shalat. Aspek batiniyah inilah kuncinya, yang ukuran serta takaran idealnya tidak bisa dipastikan. Apakah harmonisasi lahiriyah dan batiniyah itu berarti masing-masing mendapatkan 50 persen?

Aspek batiniyah inilah kuncinya, yang ukuran serta takaran idealnya tidak bisa dipastikan. Apakah harmonisasi lahiriyah dan batiniyah itu berarti masing-masing mendapatkan 50 persen?

Bagi Ulil, tasawuf adalah upaya melakukan pemberadaban bangsa karena kita punya kedalaman. Bangsa yang tidak punya kedalaman sangat berbahaya karena hanya melihat aspek fisik semata. Kedalaman yang dimaksud adalah kedalaman dalam banyak hal, termasuk kedalaman intelektual dan terutama kedalaman ruhani.

“Kuburkanlah wujudmu, eksistensimu, ke dalam bumi ketidaktamakan (‘ardhul humur). Jika kita dan bangsa kita ini membenamkan diri ke dalam ardhul humur atau bumi yang tidak tampak, kita tidak akan menjadi bangsa yang besar”.

Selanjutnya Ulil mengutip satu aforisme Ibnu ‘Atho’illah dalam al’Hikam: Maa nafa’al qalba syaiun mitslu ‘uzlatin yadkhulu biha midaa fikrotin (Tidak ada sesuatu yang lebih nikmat bagi kehidupan mental/hati kita melebihi uzlah yaitu menyendiri,  yang melalui itu kita masuk ke medan refleksi).

https://cdn-assetd.kompas.id/bxRQOW_LxLIjMaHXkvBUOTHRsi0=/1024x576/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2019%2F02%2F1513427499102.jpg
DHANANG DAVID UNTUK KOMPAS

Cendekiawan Nahdlatul Ulama, Ulil Abshar-Abdalla menyampaikan pemaparan dalam kegiatan Tahlil bagi Djohan Effendi dan Para Pembaru Islam Indonesia di Omah Btari Sri, Ragunan, Jakarta Selatan, Sabtu (16/12).

Tasawuf = liberal

Komaruddin Hidayat mengatakan, tradisi tasawuf itu sebetulnya sangat liberal.  “Kalau kita menyembah Tuhan hanya dari sisi nama saja, itu kafir. Kalau menyembah Tuhan sebagai dzat, itu hakikat, tauhid, tapi kalau menyembah keduanya musyrik. Ini kalau dipahami orang awam bisa ramai. Jadi harus dijelaskan, bahwa hal itu adalah produk pemahaman. Jadi, tasawuf itu liberal,” katanya.

Komaruddin menjelaskan mengenai Tuhan yang dibayangkan dan dipersepsikan oleh manusia secara berbeda-beda. Dalam diri seratus manusia, ada seratus konsep kebertuhanan. Pencarian tentang Tuhan pun terus berlanjut. Tasawuf, menurut Komar, berbicara mengenai kemanusiaan dalam sifatnya yang sangat esensial atau fundamental.

https://cdn-assetd.kompas.id/3DDsoXKVlSbtj5kUU2xf12b0soo=/1024x1424/filters:watermark(https://cdn-content.kompas.id/umum/kompas_main_logo.png,-16p,-13p,0)/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2019%2F02%2Fkompas_tark_24619927_107_0.jpeg
KOMPAS/HENDRA A SETYAWAN

Komaruddin Hidayat

Komaruddin menggambarkan tiga jiwa dalam diri manusia yaitu jiwa nabati (tumbuh, berkembang, tua); jiwa hewani (kekuatan indera, bergerak, naluri); dan jiwa  insani (berpikir, punya prinsip moralitas). Pada level tertinggi manusia akan sampai pada hakekat.

Ishomuddin mengapresiasi sekaligus mengkritisi gaya pensyarahan Ulil yang sering berimprovisasi dan “ke mana-mana” sehingga mungkin bisa tidak sesuai dengan maksud pengarang kitab.

Akan tetapi, dalam syarah al-Hikam ini, Ulil banyak mengutip syarah dari Ibnu Ajibah, yakni sufi yang mensyarah dengan sangat baik, dan tidak jauh dari maksud pengarang al-Hikam, Ibnu ‘Atha’illah, yang merupakan murid dari sufi al-Syadzili. Intinya, syarah Ulil kali ini dapat dipertanggungjawabkan.

Ishomuddin menekankan mengenai syarat seorang sufi. Bahwa seseorang bisa menjadi sufi jika mendapat bimbingan guru atau syaikh sebagai mursyid. Ada pembimbingan, yang kemudian melahirkan tarekat-tarekat.

Editor:
Bagikan
Logo Kompas
Logo iosLogo android
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 8062 6699
Layanan Pelanggan
Kompas Kring
+6221 2567 6000