BANDUNG, KOMPAS - Dua kali juara dari dua final beregu putri Djarum Superliga Bulu Tangkis memperlihatkan keberhasilan Mutiara Cardinal Bandung dalam pembinaan atlet putri. Mutiara pun berharap bisa melahirkan pemain-pemain putra dengan prestasi selevel Gregoria Mariska Tunjung dan kawan-kawan.
Mutiara mempertahankan gelar juara Superliga setelah mengalahkan unggulan pertama, Jaya Raya Jakarta, dalam final di sasana Budaya Ganesha, Bandung, Sabtu (23/2/2019). Berformat beregu putri yang memainkan tiga tunggal dan dua ganda, Mutiara langsung memenangi tiga pertandingan melalui Cheung Ngan Yi, Maretha Dea Giovani/Yulfira Barkah, dan Hanna Ramadini. Dengan kemenangan Mutiara, laga keempat dan kelima pun tak dimainkan.
“Kami adalah tim unggulan ke 3/4, tetapi bisa juara. Ini membuktikan bahwa hasil di lapangan bisa berbeda dengan status unggulan. Apalagi, kami menang 3-0, ini di luar dugaan,” kata Manajer Mutiara Umar Djaidi.
Umar mengatakan, timnya sebenarnya sangat mewaspadai persaingan pada laga pertama hingga ketiga. Apalagi Mutiara tampil tanpa Gregoria, pemain andalan yang merupakan tunggal putri nomor satu Indonesia. Pada Sabtu, bersama pemain-pemain pelatnas, Gregoria bertolak menuju Jerman untuk mengikuti Jerman Terbuka (26 Februari-3 Maret) diikuti All England pada pekan berikutnya.
Namun, Cheung, pemain Hongkong yang dimainkan sebagai tunggal pertama menggantikan Gregoria, bermain gemilang. Cheung menang 22-20, 21-13 atas Vu Thi Trang.
Pada laga kedua, ganda putri Maretha/Yulfira menang mudah atas Jauza Fadhila Sugiarto/Virni Putri, 21-18, 21-8, yang menggantikan Greysia Polii/Apriyani Rahayu. Seperti Gregoria, Greysia/Apriyani juga berangkat ke Jerman.
Mantan pemain pelatnas, Hanna Ramadini, menentukan kemenangan Mutiara di depan penonton yang mendukung mereka, termasuk pemain-pemain muda Mutiara yang datang untuk memberi dukungan dengan lagu karangan mereka. Sepanjang pertandingan, Sabuga riuh dengan nyanyian seperti ramainya pertandingan sepak bola oleh nyanyian supporter.
“Bermain pada laga penentuan sempat membuat saya gugup, tetapi ini pertandingan di Bandung, saya tak mau kalah. Saya berjuang hingga batas akhir kemampuan saya,” kata Hanna yang menang 15-21, 21-16, 21-14 atas Sri Fatmawati.
Ini menjadi gelar kedua putri Mutiara dalam kejuaraan profesional beregu putra putri itu. Di Surabaya, Jawa Timur, pada 2017, dalam penampilan pertama di final, Mutiara juara setelah mengalahkan Berkat Abadi, 3-0, dalam perebutan gelar juara.
Selain Gregoria dan Yulfira, yang telah menjadi andalan tim nasional Indonesia, Mutiara memiliki bibit pemain putri yang diharapkan bisa berprestasi di masa depan, di antaranya Choirunnisa. Namun, Umar menyadari, melahirkan pemain bintang di kategori putra masih menjadi pekerjaan rumah bagi timnya. Mutiara memiliki salah satu tunggal putra pelatnas, Firman Abdul Kholik, namun prestasinya masih di bawah dua pemain lain, Anthony Sinisuka Ginting dan Jonatan Christie.
“Sebenarnya stok pemain putra banyak dan pola pembinaan dengan putri sama, tetapi pemain-pemain putra Mutiara masih kalah bersaing dengan pemain dari klub lain. Mudah-mudahan para pemain putra bisa mengimbangi prestasi putri,” tutur Umar.
Peringkat ketiga beregu putri ditempati Berkat Abadi yang menang atas Saishunkan Nihon-Unisys Jepang, 3-2.
Andalkan tunggal
Untuk final putra, Minggu, Musica Trinity akan mengandalkan tiga pemain tunggal untuk mengamankan kemenangan atas Djarum Kudus. Mereka memiliki dua tunggal putra terbaik Indonesia saat ini, yaitu Anthony dan Jonatan. Satu pemain lain yang bisa menjadi tunggal ketiga adalah finalis Kejuaraan Dunia Yunior 2016, Chico Aura Wardoyo.
Barisan pemain tunggal itu, terutama tunggal pertama dan kedua, berpeluang besar menyumbangkan poin bagi Musica untuk meraih gelar juara kelima kalinya. Anthony akan melawan Ihsan Maulana Mustofa, sementara Jojo berhadapan dengan Shesar Hiren Rhustavito. Adapun Chico berpeluang sama besar dengan Ikhsan Leonardo Rumbay untuk memenangi pertandingan.
“Djarum unggul pada nomor ganda. Mereka punya Kevin yang sulit dikalahkan. Agak berat untuk menang melawan Kevin,” kata Manajer Musica, Effendy Widjadja, menyebut pemain ganda putra nomor satu dunia yang berasal dari Djarum, Kevin Sanjaya Sukamuljo.
Menjadi andalan Djarum, Kevin selalu menang pada empat penampilan sejak penyisihan grup hingga semifinal. Pada pertandingan pertama, Kevin berpasangan dengan Praveen Jordan dan bersama Mohammad Ahsan pada tiga laga lainnya. Mereka kemungkinan akan menjadi lawan Fajar Alfian/Vladimir Ivanov sebagai ganda pertama Musica. Adapun pada ganda kedua, duo Korea Selatan yang membela Musica, Lee Yong-dae/Kim Sa-rang, berpeluang bertemu Akbar Bintang Cahyono/Berry Angriawan.
Dengan materi pemain yang memperkuat kedua tim seperti saat ini, Manajer Djarum Fung Permadi mengatakan, peluang menang timnya memang lebih kecil dibandingkan dengan Musica. Apalagi, Djarum tak menggunakan pemain asing.
“Tetapi, mudah-mudahan bisa membalikkan keadaan karena dalam kejuaraan beregu, apapun bisa terjadi. Kami akan berusaha seoptimal mungkin dengan kekuatan yang ada,” kata Fung.
Pertemuan Musica dan Djarum pada kategori putra menjadi yang ketiga beruntun dalam final putra Superliga. Pada final 2015 di Denpasar (Bali) dan Surabaya (Jawa Timur) 2017, Musica menang, 3-2.