JAKARTA, KOMPAS — Kondisi dermaga di Pelabuhan Perikanan Samudra Nizam Zachman, Jakarta Utara, yang penuh sesak memperlambat evakuasi kapal saat terjadi kebakaran. Akibat peristiwa itu, puluhan kapal hangus dan ratusan orang menganggur.
Kepala Suku Dinas Penanggulangan Kebakaran dan Penyelamatan Jakarta Utara Satriadi Gunawan, di Jakarta, mengatakan, peristiwa itu setidaknya menghanguskan 30 kapal motor (KM), Minggu (24/2/2019). Api baru bisa dijinakkan pada pukul 04.00 atau 12 jam sejak pertama kali api dilaporkan terlihat.
Di lokasi kejadian, sejumlah petugas kebakaran masih berusaha mendinginkan bangkai kapal yang berasap. Kondisi pelabuhan masih lumpuh. Tidak terlihat ada aktivitas bongkar muat.
Seorang pemilik kapal, Hariyanto (37), mengatakan, tujuh kapal miliknya hangus terbakar. Setidaknya 105 karyawannya menganggur akibat peristiwa itu.
”Kami kesusahan menyelamatkan kapal karena kondisi dermaga terlampau sesak dipenuhi kapal. Sebagian besar kapal itu merupakan kapal yang tertahan melaut karena terkendala izin melaut,” kata Hariyanto.
Kami kesusahan menyelamatkan kapal karena kondisi dermaga terlampau sesak dipenuhi kapal. Sebagian besar kapal itu merupakan kapal yang tertahan melaut karena terkendala izin melaut.
Ia menambahkan, pengurusan izin melaut bisa memakan waktu tiga hingga tujuh bulan. Akibatnya, banyak kapal tertahan di dermaga dan menghalangi evakuasi ketika kebakaran terjadi.
Satriadi membenarkan bahwa kondisi dermaga sesak. Selain itu, ada pula sejumlah kapal yang sedang dalam perbaikan sehingga tidak bisa dievakuasi ke tempat aman.
Badan kapal yang terbuat dari kayu dan cadangan bahan bakar solar di dalamnya membuat api sulit dipadamkan. Angin yang bertiup kencang membuat api semakin besar dan cepat menyebar.
Rata-rata satu kapal motor yang terbakar memiliki 15 pekerja. Artinya, sedikitnya ada 450 orang pekerja yang kehilangan pekerjaan akibat peristiwa ini.
Seorang ABK KM Pesisir III, Oki (35), termenung sedih menatap bangkai kapal yang hangus. Kapal tempat ia bekerja habis dilalap api. Ia belum mendapat kabar dari pemilik kapal soal kelanjutan status pekerjaannya.
”Orang kecil seperti kami yang paling menderita. Hidup sehari-sehari sudah susah, masih ditambah musibah,” kata Oki.
Syarif (37) yang juga ABK di KM Pesisir III berencana pulang kampung dalam waktu dekat. Ia ragu pemilik kapal tetap menggajinya, sementara kapal tempat ia bekerja sudah menjadi puing.
Pada saat kebakaran terjadi, Oki dan Syarif berada di atas kapal. Mereka sempat berusaha memindahkan KM Pesisir III, tetapi gagal karena terhalang kapal lain.
”Api keburu merembet. Lalu kami lompat ke air karena harus menyelamatkan diri,” ujar Syarif.
Hingga berita ini diturunkan, pihak Kantor Pelayanan Terpadu Pelabuhan Perikanan Samudra Nizam Zachman belum bersedia memberikan keterangan kepada belasan wartawan yang menunggu. (PANDU WIYOGA)