Dijepit Nikmat Robusta Dampit
Stoples bening itu memperlihatkan campuran biji kopi dan potongan daging kelapa yang telah dipanggang, cokelat tua dan kehitaman yang mengilap, dan menebar harum yang membuat penasaran.
”Ini kopi klopo,” ujar Junaedi, pemilik Usaha Dagang Kopi Simbah saat Ngopi Bareng KAI, Senin (11/3/2019), di Stasiun Surabaya Gubeng, Surabaya, Jawa Timur, saat memamerkan produk andalannya kepada pengunjung yang mampir untuk secangkir kopi cuma-cuma sebelum pergi dengan kereta api.
Klopo adalah bahasa Jawa untuk kelapa. Kopi klopo itu jenis robusta dari lereng Gunung Arjuno wilayah Dampit, Malang, yang telah dicampur dengan daging kelapa yang sudah tua (tebal) dan minim kandungan air.
Penulis gagal menahan godaan untuk mencicipi kopi klopo yang gratis itu. Junaedi menyeduh serbuk cokelat kehitaman itu dalam cangkir kertas. Di tangan penulis, uap minuman tanpa gula itu harum menusuk hidung dan membuat mata sejenak terpejam karena meresapi. Kopi tak segera diseruput, tetapi didiamkan sekitar 5 menit sambil wawancara. Di sela tanya-tanya, kopi diteguk, dicecap lidah, dinikmati, dan memang pahit, tetapi ada nuansa sedap, gurih, harum, dan segar.
”Kopi klopo buatan saya ini pakai resep turunan embah dari pihak Ibu di Madumulyorejo, Dukun, Gresik,” ujar Junaedi. Biji kopi dibeli dari petani di Dampit dalam bentuk green bean. Kelapa dari Banyuwangi yang harus sudah tua atau siap parut untuk diambil santan. Kelapa kemudian dipotong-potong kecil dan bersama biji kopi disangrai maksimal 15 menit dengan api awal besar kemudian mengecil.
Kenapa memakai biji kopi robusta dan dari Dampit? Junaedi mengklaim, robusta dari Dampit dikenal sedap dan nikmat. Kopi ini tetap enak jika dicampur dengan biji kopi lainnya, bahkan dengan campuran bahan lain; rempah, kelapa, cokelat, dan susu. Seduh panas atau dingin juga oke banget dan memang begitulah, setidaknya seperti yang dicecap lidah penulis.
”Saya juga punya kopi jahe memakai jahe sunti atau jahe emprit. Prinsipnya pembuatannya sama dengan kopi klopo dan robusta Dampit, saya rasa paling cocok untuk dicampur rempah,” kata Junaedi. Produk UD Kopi Simbah yang diproduksi dan dikemas di Dinoyo Tengah, Surabaya, dipasok ke toko-toko oleh-oleh di Kota Pahlawan, julukan Surabaya. Kopi klopo menjadi andalan.
Tahes yang sehat
Robusta Dampit diklaim pas dicampur dengan bahan lain juga datang dari pernyataan Raden Rara Henny Eka Ferdian Handani Pancawati, pemilik UD Al Falah. Instruktur pelatihan cendera mata buatan tangan itu punya produk kopi greeng, kopi tahes, kopi arab, dan kopi jahe.
Tahes adalah balikan kata sehat, kebiasaan dari Arek Malang (Kera Ngalam) yang suka menuntungkan kata. Penulis melontarkan candaan seharusnya salah satu merek produk ditulis ipok tahes (kopi sehat), bukan kopi tahes sehingga tidak tanggung dalam menjungkirkan kata-kata.
”Saya kelahiran Dampit, kopi saya semuanya robusta Dampit. Sebagai Arek Malang yang suka walikan, salah satu produk saya namai tahes, artinya sehat,” kata Henny, yang kemudian mempertimbangkan mengubah nama kopi tahes menjadi ipok tahes biar tidak dianggap tanggung.
Kenapa tahes, eh sehat? Karena ada rempah, yakni kapulaga, kayumanis, cengkih, gula aren, dan gula batu yang dipanggang bersama biji kopi yang dibeli dari petani robusta Dampit. Untuk komposisi, Henny bilang tidak bersedia berbagi karena merupakan resep rahasia yang diturunkan dari leluhur.
Secangkir kopi tahes kemudian dibuatnya dan diserahkan kepada penulis. Aromanya harum beragam. Diseruput agak manis, sedap, sedikit pedas, wangi, dan hangat di perut. Klaim Henny ternyata bukan isapan jempol, kopi ini semacam tolak angin. Beberapa menit setelah menyeruput kopi tahes, ada hasrat ”buang angin” sehingga penulis terpaksa menjauh ke lokasi yang tidak ada orang untuk melepaskan kentut.
Bagaimana dengan kopi greeng? Kemasan ada tertulis minuman lelaki berstamina. Kopi dicampur purwaceng atau antanan gunung dari Dieng (Jawa Tengah), tanaman dengan khasiat obat. Produk ini disebut dalam kemasan sebagai Pemenang Festival Kopi Jawa Timur 2018. ”Sebenarnya bersama dengan kopi tahes dan kopi arab,” ujar Henny.
Penulis memilih sedikit saja menyeruput kopi greeng karena ada perasaan cemas tubuh akan terjaga dalam waktu lama. Menikmati empat cangkir robusta sudah memicu dada berdetak. Jika nekat menyeruput secangkir lagi kopi greeng, entahlah mungkin mata ini akan terjaga dan tubuh bergeming ”diperintah” untuk rehat dalam dua hari ke depan.
Henny mengatakan, baru dua tahun bergulat dalam bisnis kopi karena melihat animo yang luar biasa dari masyarakat. Kopi Nusantara tetap naik daun. Henny melihat ada celah di mana dapat mengganggu persaingan dengan memakai label ”sehat”, yakni dicampur dengan rempah. Dari pengalaman dan berbagi informasi, robusta Dampit dipilih sebab diyakini pas dicampur dengan bahan lainnya, termasuk dengan jenis Arabika atau Liberika.
”Dari berbagai percobaan, robusta Dampit paling pas dicampur-campur. Saya tidak tahu kenapa demikian,” kata Henny.
Penulis mencoba bertanya kepada penyaji lainnya di Ngopi Bareng KAI itu tentang kenapa robusta Dampit diklaim cocok dicampur lainnya. Namun, tiada jawaban yang memuaskan. Yang ada, ya, pokoknya itu jenis yang, menurut mereka, paling pas dijadikan produk kopi susu, kopi jahe, kopi rempah, dan lain-lain. Ah, seperti cukilan lirik lagu ”Another Day” (Dream Theater), better to save the mystery than surrender to the secret, yang kira-kira artinya lebih baik menyelamatkan misteri daripada menyerah pada rahasia.
Penumpang
Deputy Executive Vice President PT Kereta Api Indonesia (Persero) Daerah Operasi 8 Surabaya Djainuri mengatakan, Ngopi Bareng KAI telah memasuki tahun ketiga untuk memeriahkan Hari Kopi Nasional yang diperingati setiap 11 Maret. Sebelumnya, setiap tanggal ini diperingati terkait dengan peristiwa sejarah Supersemar atau Surat Perintah Sebelas Maret yang dianggap sebagai titik dimulainya pergantian rezim Orde Lama ke Orde Baru.
Kembali ke Ngopi Bareng KAI, di Daop 8 Surabaya, festival diadakan di tiga lokasi, yakni Stasiun Surabaya Gubeng, Stasiun Surabaya Pasar Turi, dan Stasiun Malang. Kopi dibagikan sebanyak 9.500 cangkir di 16 kereta api yang menempuh perjalanan dari tiga stasiun tadi.
Di Pasar Turi dibagikan 2.500 cangkir yang melibatkan 10 pengusaha kopi. Di Gubeng dibagikan 4.000 cangkir oleh 20 pengusaha kopi. Di Malang dibagikan 3.000 cangkir dari 15 pengusaha kopi. ”Kopi Nusantara amat banyak dan kami mendorong publik, khususnya penumpang KA, mengenal dan menikmati minuman ini secara cuma-cuma,” kata Djainuri.
Untuk secangkir kopi gratis, penumpang dapat menikmatinya dengan menunjukkan telah mengunduh aplikasi KAI Access pada gawai dan atau sabak. Ngopi Bareng KAI merupakan kegiatan promosi kopi sekaligus mendorong pemakaian aplikasi KAI Access untuk pemesanan dan pembelian tiket secara dalam jaringan internet atau online. Menurut Djainuri, di Daop 8 sudah sebanyak 70 persen pengguna perjalanan KA dari wilayah ini memakai aplikasi KAI Access.