Setelah 10 Jam Dikepung, Istri dan Anak Abu Hamzah Meledakkan Diri
Istri dan dua anak terduga teroris Abu Hamzah meledakkan diri di rumahnya di Jalan Cendrawasih, Kota Sibolga, Sumatera Utara, Rabu (13/3/2019) dini hari, setelah dikepung polisi selama lebih dari 10 jam.
Oleh
Nikson Sinaga
·3 menit baca
SIBOLGA, KOMPAS — Istri dan dua anak terduga teroris Abu Hamzah meledakkan diri di rumahnya di Jalan Cendrawasih, Kota Sibolga, Sumatera Utara, Rabu (13/3/2019) dini hari, setelah dikepung polisi selama lebih dari 10 jam. Setelah ledakan itu, polisi melakukan sterilisasi dan menemukan empat bom dan 30 kilogram bahan peledak dari rumah tersebut.
”Hingga saat ini, tim Detasemen Khusus 88 Antiteror Polri dan Polda Sumut masih melakukan sterilisasi rumah tersebut. Kami belum bisa memeriksa secara mendalam karena kemungkinan masih ada bahan peledak di sana,” kata Kepala Biro Penerangan Masyarakat Divisi Humas Polri Brigadir Jenderal (Pol) Dedi Prasetyo, saat kunjungan kerja Kepala Polri Jenderal (Pol) Tito Karnavian, di Medan, Sumatera Utara, Rabu pagi.
Pengepungan rumah terduga teroris di permukiman padat di Jalan Cendrawasih, Gang Serumpun, Kelurahan Pancuran Bambu, Kecamatan Sibolga Sambas, itu dilakukan setelah Abu Hamzah dan dua terduga teroris lainnya ditangkap di Sibolga. Penangkapan itu adalah pengembangan dari pembekukan murid Abu Hamzah, yakni RS alias PS (23), di Kelurahan Penengahan Raya, Kedaton, Bandar Lampung.
Tidak henti-henti kami meminta keluarga terduga teroris untuk menyerahkan diri karena di situ ada anak-anak. Tapi, imbauan tidak menggoyangkan ideologi ibu tersebut.
Saat hendak menangkap istri Abu Hamzah di rumahnya, sebuah ledakan pun terjadi dan melukai seorang petugas. Polisi pun akhirnya memilih menjauh dari rumah tersebut.
Polisi langsung mengevakuasi warga dari radius sekitar 200 meter dari rumah terduga teroris untuk menghindari jika terjadi ledakan. Melalui pengeras suara di masjid, petugas meminta agar istri Abu Hamzah menyerahkan diri bersama anak-anaknya.
”Tidak henti-henti kami meminta keluarga terduga teroris untuk menyerahkan diri karena di situ ada anak-anak. Tapi, imbauan tidak menggoyangkan ideologi ibu tersebut. Informasi dari suaminya (Abu Hamzah), istrinya jauh lebih keras terpapar paham radikal ISIS (Negara Islam di Irak dan Suriah),” kata Dedi.
Rumah itu pun dikepung oleh aparat kepolisian dan TNI dengan senjata lengkap. Semua akses jalan menuju rumah itu ditutup total. Saat petugas melakukan negosiasi, pada Rabu sekitar pukul 01.30 istri Abu Hamzah meledakkan diri.
Hasil pemeriksaan sementara, diduga istri dan dua anak Abu Hamzah meninggal dalam ledakan itu. Awalnya, polisi memperkirakan ada tiga anak Abu Hamzah di rumah tersebut. Namun, mereka masih terus memeriksa secara lebih mendalam karena tubuh korban hancur sehingga butuh waktu untuk identifikasi identitas dan jumlah korban.
Dedi menjelaskan, bom tersebut termasuk berdaya ledak rendah, tetapi volumenya besar dan banyak sehingga membahayakan. Bom berupa paralon berisi potasium, paku, serpihan besi, baut, dan mur.
Tito Karnavian sebelumnya mengatakan, kelompok teroris tersebut berafiliasi dengan ISIS. Kelompok tersebut pun sudah dipetakan tim Densus. Menurut Tito, serangan teror tersebut tidak ada hubungannya dengan Pemilihan Umum 2019.
”Mau ada pemilu atau tidak ada pemilu, mereka bekerja terus sesuai ideologi mereka,” ujarnya. Tito mengatakan, polisi terus berupaya untuk mencegah, menangani, dan menetralisasi pemikiran mereka yang keras dan radikal.