CIREBON, KOMPAS – Puluhan perupa Cirebon dan alumni seni rupa Institut Teknologi Bandung berkolaborasi untuk pertama kali dalam Pameran Integrated Art di Gedung Negara, Kota Cirebon, Jawa Barat, pada 16 – 30 Maret. Kegiatan itu diharapkan membangkitkan dunia seni rupa di “Kota Wali” yang minim wadah apresiasi.
Pameran itu menampilkan lebih dari 100 karya dari 95 perupa Cirebon dan Ikatan Alumni Seni Rupa (IASR) ITB. Perupa Cirebon Iskandar Abeng hingga Kusdono, anak mendiang maestro lukis kaca Rastika, juga turut serta. Pameran itu menyuguhkan karya seni rupa dua dan tiga dimensi.
Karya tersebut dipajang di dalam kantor Gedung Negara yang dibangun pada 1865. Pengunjung juga dapat mengikuti workshop melukis topeng dan kaca, lomba menggambar, hingga dialog budaya.
Pembukaan pameran pada Sabtu (16/3/2019) diisi kesenian tari ronggeng bugis khas Cirebon dan aksi teater lukis H Taufik. Goresan cat Wali Kota Cirebon Nashrudin Azis di kanvas membuka pameran tersebut.
Perupa sekaligus alumni seni rupa ITB Teddy Suchyar lalu meneruskan garis itu hingga membentuk lukisan topeng klana. “Kenapa topeng? Karena saat ini, banyak yang memakai ‘topeng’. Ini spontan,” ujarnya.
Ketua Panitia Pameran Integrated Art M Sobirin mengatakan, kegiatan itu merupakan pameran pertama yang digelar IASR ITB di luar Bandung. Dua pameran sebelumnya yang bertemakan “Banjir” dan “Dialog Drawing” dilaksanakan di ibu kota Jabar itu.
Ketua IASR ITB Anwar Sanusi mengatakan, Cirebon menjadi tempat pameran karena potensi seni rupa di pesisir utara itu luar biasa. Salah satunya, seni lukis kaca. “Namun, ini belum dikembangkan. Ruang-ruang apresiasi seperti pameran masih minim. Padahal, itu senjata bagi perupa. Oleh karena itu, kami berkolaborasi dengan seniman di sini,” ujarnya.
Pihaknya pun tidak menetapkan sistem kurasi dalam pameran untuk melibatkan sebanyak-banyaknya perupa setempat. Setiap perupa Cirebon hanya dibolehkan mengirimkan satu karyanya. Pengunjung atau kolektor seni yang ingin membeli karya dalam pameran itu dapat langsung berhubungan langsung dengan perupanya.
Anwar berharap, kolaborasi perdana itu dapat berjalan. Menurut dia, selama ini, peta karya seni rupa didominasi oleh perupa asal Bandung dan Yogyakarta. Padahal, daerah lain, termasuk Cirebon, punya potensi besar dalam dunia seni rupa.
Langka
Azis mengapresiasi dukungan IASR ITB dalam upaya pengembangan seni rupa di Cirebon. Pameran tersebut merupakan motivasi bagi pemerintah dan seniman di Cirebon. Apalagi, lanjutnya, hingga lima tahun ke depan, Pemkot akan menitikberatkan pengembangan sejarah, budaya, dan kesenian di Kota Cirebon.
“Bagi kami, ini kegiatan langka. Saya memohon kepada Dinas Kepemudaan, Olahraga, Kebudayaan dan Pariwisata setempat agar kegiatan seperti ini masuk dalam rangkaian tahunan hari jadi Kota Cirebon,” ujarnya.
Pelukis kaca Kusdono berharap, pemerintah daerah bisa memfasilitasi perupa untuk berpameran di dalam hingga luar kota. “Sejak Desember 2018 hingga sekarang, saya mengikuti lima pameran seni di Surabaya. Di Cirebon, ini yang pertama dalam rentang waktu itu. Orang luar lebih mengapresiasi karya seni di Cirebon. Para seniman di sini juga harus lebih kompak,” ujarnya.