JAKARTA, KOMPAS - Banjir bandang yang terjadi di Sentani, Kabupaten Jayapura, Papua, pada Sabtu (16/3/2019) malam, selain disebabkan oleh curah hujan dengan intensitas yang ekstrim atau mencapai 235,1 milimeter, juga dipicu kerusakan hutan di Gunung Cycloop.
"Ada indikasi bahwa sebelumnya ada longsoran-longsoran yang membendung aliran sungai di hulu. Itu yang menyebabkan ada banjir bandang dengan material kayu gelondongan. Batu-batuan sedimen juga banyak yang dialirkan ke bagian hilir dan menerjang sembilan kelurahan di wilayah Kecamatan Sentani," kata Kepala Pusat Data dan Informasi Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho, pada Minggu (17/3/2019), di Jakarta.
Sebelum banjir bandang, sejak pukul 18.00, curah hujan sudah tinggi. Curah hujan pukul 18.00-19.00 WIT mencapai 50,55 milimeter (mm) per jam. Kemudian pukul 19.00-20.00 WIT meningkat menjadi 52,00 mm per jam dan berlangsung fluktuatif hingga pukul 00.00.
Total intensitas curah hujan selama delapan jam itu mencapai 235,1 mm. Ini tergolong curah hujan dengan intensitas ekstrim.
Air dari curah hujan yang lebat itu tak mampu tertampung di palung sungai yang berhulu di kaki gunung Cycloop karena diperparah dengan gelondongan kayu, sedimen bebatuan, dan lumpur.
Material itu berasal dari hutan Gunung Cycloop yang sudah banyak rusak akibat pembabatan secara liar untuk pembukaan kebun, pengambilan kayu bakar, dan pembangunan areal perumahan baru.
"Di wilayah Sentani, pada tahun 2007 pernah mengalami banjir bandang, menimbulkan korban jiwa, dan kerusakan bangunan di sana," katanya.
Korban terus bertambah
Sutopo menyebutkan, hingga pukul 16.00, korban meninggal mencapai 58 orang, dengan rincian 51 orang di Kabupaten Jayapura dan 7 orang di Kota Jayapura.
"7 orang meninggal di Kota Jayapura karena tertimbun longsor. Sedangkan 51 korban yang meninggal di Kabupaten Jayapura, ada yang karena tertimbun lonsgor, ada juga yang diterjang banjir bandang," katanya.
Korban meninggal sudah berada di Di Rumah Sakit Bhayangkara Kepolisian Daerah Papua sebanyak 39 orang, Rumah Sakit Marthin Indey 7 orang, Rumah Sakit Yowari 5 orang, dan 7 orang yang tertimbun longsor ada di Rumah Sakit Jayapura.
Jumlah korban luka mencapai 74 orang dan jumlah pengungsi sebanyak 4.150 orang. Mereka mengungsi ke enam titik pengungsian di Kompleks Perumahan Gajah Mada Sentani, Rumah Jabatan Bupati Jayapura, Komplek Perumahan Bintang Timur Sentani, Kantor Bupati Jayapura, HIS Sentani, dan Doyo.
Terkait kerugian material, rumah yang rusak mencapai ratusan. Terdapat juga kerusakan infrastruktur Jembatan Doyo, Kali Ular, serta satu buah pesawat jenis Twin Otter di Lapangan Terbang Adventis Doyo Sentani.
Data itu masih bersifat sementara karena proses evakuasi dan pendataan terus berlanjut. Tim SAR Gabungan dari BNPB, Tentara Nasional Indonesia, Polri, Basarnas, Palang Merah Indonesia, instansi daerah, dan relawan masih fokus melakukan evakuasi, pencarian, dan penyelamatan korban.
"Faktanya lebih besar dari pada ini. Tim gabungan masih melakukan pendataan dan pemetaan daerah yang terdampak banjir bandang," katanya.
Arahan Presiden
Sutopo menambahkan, Kepala BNPB Letnan Jenderal Doni Monardo, sudah melaporkan kepada Presiden Joko Widodo, pada Minggu siang. Laporan itu terkait penanganan dan dampak dari bencana itu.
Dari laporan itu, Presiden memberi arahan agar mempercepat evakuasi, pencarian dan penyelamatan korban. Adapun korban yang meninggal, diminta untuk ditangani dengan baik berupa pemakaman dan diberi santunan duka cita.
"Kemudian korban yang luka-luka segera diobati, korban pengungsi dicukupi kebutuhan daruratnya," tuturnya.
Presiden, kata Sutopo, memerintahkan kementerian dan lembaga terkait bersama BNPB untuk terus mendampingi pemerintah daerah setempat dalam penanganan banjir bandang itu. Saat ini, selain Kepala BNPB, sejumlah kementerian lain yang telah berada di lokasi bencana berasal dari Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, Kementerian Sosial, Kementerian Kesehatan, TNI, Polri, Basarnas, dan Bapenas.
"BNPB menyiapkan dana siap pakai untuk operasional aktivasi posko sebesar Rp 1 miliar, bantuan logistik, dan peralatan sedang disiapkan. Dan masa tanggap darurat ditetapkan 14 hari mulai hari ini," ujarnya. (STEFANUS ATO)