Tantangan Perempuan Caleg di Dapil Maskulin DKI Jakarta 3
Oleh
YOHANES MEGA HENDARTO
·2 menit baca
Daerah pemilihan DKI Jakarta 3 menjadi salah satu dapil sulit bagi perempuan calon anggota legislatif yang berlaga memperebutkan kursi di DPR. Keadaan tersebut semakin berat karena dapil ini juga cukup dipenuhi oleh caleg-caleg tenar dan petahana yang didominasi laki-laki. Tentu pertarungan akan berjalan sengit mengingat partisipasi pemilih yang relatif rendah pada pemilu sebelumnya.
Para perempuan caleg yang maju di wilayah Kepulauan Seribu, Jakarta Utara, dan Jakarta Barat perlu waspada. Masalahnya, dapil ini menunjukkan reputasi buruk terkait keterpilihan perempuan caleg dalam dua pemilu terakhir. Berkaca dari Pemilu 2009, tingkat keterpilihan perempuan caleg hanya 12,5 persen. Pemilu berikutnya, keadaan justru semakin parah, tidak ada satu pun perempuan caleg dari dapil ini yang mendapatkan kursi di Senayan.
Arena kompetisi yang diisi oleh sejumlah laki-laki caleg yang tenar ini kian mempersulit peluang keterpilihan perempuan caleg. Setidaknya untuk tahun ini terdapat 24 nama caleg tenar dari total 115 caleg di dapil ini.
Deretan nama caleg tenar, baik laki-laki maupun perempuan, misalnya Abraham Lunggana/Haji Lulung (PAN), Rahayu Saraswati (Gerindra), Iis Sugianto (PDI-P), Grace Natalie (PSI), Krisna Murti (Demokrat), dan Adang Daradjatun (PKS). Akan tetapi, dari deretan nama tenar tersebut, hanya tertera enam nama perempuan. Sisanya adalah laki-laki.
Ketenaran nama laki-laki caleg bukanlah satu-satunya ancaman bagi perempuan caleg karena faktor caleg petahana yang kembali maju perlu diperhatikan pula. Dari hasil Pemilu 2009 dan 2014, tercatat 11 caleg wajah lama yang kembali maju tahun ini.
Bahkan, terdapat dua caleg kawakan yang dalam dua pemilu terakhir berhasil keluar sebagai caleg terpilih, yakni Effendi Muara Sakti Simbolon (PDI-P) dan Adang Daradjatun (PKS). Artinya, dominasi aki-laki di dapil ini sudah cukup terbukti.
Belum lagi, dapil dengan total 3 juta pemilih ini memiliki persoalan di tingkat partisipasi pemilih. Berdasarkan hasil Pemilu 2014, tingkat partisipasi pemilih hanya 68,03 persen atau peringkat ke-71 dari 77 dapil. Persentase ini berada 7,08 persen di bawah rata-rata 80 dapil (75,11 persen).
Boleh jadi pemilu tahun ini menunjukkan hasil berbeda untuk keterpilihan perempuan caleg. Dari proporsi 115 total caleg yang maju, proporsi laki-laki dan perempuan tidak berbeda jauh, hanya selisih 9 persen. Maka, perempuan caleg pun masih menemukan peluangnya untuk terpilih di wilayah maskulin ini. (LITBANG KOMPAS)