Pelaku dan Korban Duel Maut ala Gladiator Saling Kenal
Oleh
Hamzirwan Hamid
·4 menit baca
BOGOR, KOMPAS — Duel maut ala gladiator antara AH dan MR di Desa Cibitung Tengah, Kecamatan Tenjolaya, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Jumat (15/3/2019), yang berakhir dengan meninggalnya AH, kini tinggal menyisakan duka bagi keluarga. AH (16) dan MR (13) ternyata saling kenal meskipun tidak belajar di sekolah yang sama.
Ketua Rukun Warga 003 Desa Tapos II, Tenjolaya, Suganda, di Bogor, Selasa (19/3/2019), mengatakan, pelaku dan korban saling mengenal. Meskipun mereka berbeda sekolah, Suganda beberapa kali melihat pelaku dan korban nongkrong bersama.
Suganda mengatakan tak menyangka kedua pelajar itu bisa melakukan hal sekeji itu satu sama lain. Sebab, selama ini dirinya mengenal sosok AH sebagai orang yang pendiam.
”Setahu saya, AH termasuk anak pendiam. Di lingkungan sini, dia juga tidak pernah berbuat onar. Hanya saja, saya tidak tahu di luar bagaimana,” ucap Suganda, yang juga tetangga AH.
Berdasarkan laporan yang diterima Suganda dari para tetangga dan keluarga AH, Jumat petang, AH pamit mengantar temannya pulang. Saat dalam perjalanan kembali, sekitar pukul 19.00 WIB, AH dicegat oleh MR di daerah Cibitung.
MR diduga merasa sakit hati kepada AH karena diejek dengan sebutan banci melalui media sosial Facebook. Setelah beradu mulut, keduanya bersepakat untuk berduel dengan senjata tajam jenis celurit, yang disaksikan dari jauh oleh tiga teman MR dan dua teman AH.
Berdasarkan pantauan Kompas, Selasa sore, lokasi duel kedua pelajar tersebut berada di pinggir Jalan Raya Cinangneng. Jalur tersebut merupakan jalur yang cukup ramai dilintasi pengguna jalan. Setiap 10 menit sekali angkutan perkotaan melintas.
Di sekitar lokasi tersebut, penerangan jalan minim. Sebelah kanan dan kiri jalan tersebut merupakan sawah. Sekitar 250 meter dari lokasi, ada sebuah warung kopi tempat AH dan teman-temannya nongkrong.
”Saat saya tanya kenapa malah menonton, bukan memisahkan, mereka menjawab, katanya tidak mau ikut campur. Salah satu saksi juga bilang takut dicelurit, jadi dia memilih untuk diam saja,” lanjut Suganda.
AH tergolek tak berdaya setelah mendapat luka bacokan di kepala. Sementara MR yang mendapat luka bacokan di bahu kanan dan mulut langsung meninggalkan lokasi.
Dibawa pulang
AH ditemukan oleh saudaranya, yang merupakan sopir angkutan perkotaan, tak lama setelah kejadian. Saudara AH tersebut saat itu melintas di lokasi setelah pulang dari mengantar penumpang. Setelah memastikan bahwa korban adalah AH, saudaranya tersebut membawa AH ke Rumah Sakit Karya Bhakti Pratiwi.
Pihak rumah sakit itu kemudian merujuk AH ke Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Ciawi. Oleh keluarganya, AH malah dibawa pulang ke rumah karena dia hanya memiliki uang Rp 7.000.
”Malam itu AH dibawa pulang ke rumah dalam kondisi kritis. Dia masih bisa berbicara, tetapi berbicara ngelantur,” ucap Suganda.
Keesokan harinya, AH dibawa keluarga ke RSUD Ciawi. Namun, nyawa AH tak tertolong lagi.
Menurut Suganda, keluarga AH tergolong keluarga prasejahtera. Orangtua AH bekerja serabutan sebagai kuli bangunan.
Kondisi rumah AH saat didatangi pada Selasa sore tampak sepi. Rumah AH tertutup rapat, tetapi salah satu jendelanya terbuka. Beberapa kali terdengar ada aktivitas di dalam rumah tersebut. Warga menuturkan, sejak Selasa siang, banyak wartawan mendatangi rumah AH untuk mengorek informasi.
Evaluasi
Ditemui di Stadion Pakansari, Bupati Bogor Ade Yasin mengatakan prihatin dengan duel antarpelajar tersebut. Ia mengimbau orangtua lebih peka kepada anak-anaknya.
”Saya minta kepada para orangtua, setidaknya lima menit dalam sehari menyempatkan diri memeriksa isi tas anak. Luangkan juga waktu untuk berbicara dengan anak seputar lingkungan pergaulan dan kondisi anak,” ujar Ade.
Sementara itu, Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Bogor Lutfi Syam akan melakukan evaluasi terhadap sistem pendidikan di Kabupaten Bogor. Meski peristiwa itu terjadi di luar jam sekolah, ia menilai, dunia pendidikan memiliki peran yang cukup signifikan untuk mencegah kejadian seperti itu terjadi.
Ia menjelaskan, sebenarnya di Kabupaten Bogor ada satuan tugas (satgas) pelajar. Satgas tersebut beranggotakan pegawai Dinas Pendidikan Kabupaten Bogor dan anggota organisasi kemasyarakatan. Tugasnya adalah mengontrol dan mengantisipasi adanya kejahatan yang terjadi di kalangan pelajar.
”Namun, karena adanya kendala terkait keterbatasan anggaran operasional, kinerja satgas pelajar kurang maksimal,” ucap Lutfi.
Senada dengan Dinas Pendidikan Kabupaten Bogor, Kepolisian Resor Bogor juga mengimbau orangtua mengawasi anak-anaknya, terutama pada malam hari. Sebab, malam hari merupakan saat yang rawan anak-anak luput dari pengawasan. (KRISTI DWI UTAMI)