Mampukah Selebritas Penuhi Standar Pemilih Jatim I?
Oleh
ARITA NUGRAHENI
·3 menit baca
Jawa Timur I merupakan daerah pemilihan terkaya ketiga setelah dapil Jakarta II dan Jakarta III. Dengan produk domestik regional bruto tahun 2016 sebesar 611,51 triliun, dapil ini memiliki performa pertumbuhan ekonomi jempolan. Rata-rata pertumbuhan ekonomi selama lima tahun terakhir (2013-2017) menyentuh 6,25 persen dan merupakan yang tertinggi di antara dapil kaya lainnya.
Kuatnya perekonomian di wilayah ini juga didukung dengan Indeks Pembangunan Manusia yang baik. Dapil Jawa Timur I tercatat berada di peringkat keempat terbaik dengan skor 79,89. Angka kemiskinan juga masuk kategori rendah, yaitu 5,91 pada tahun 2017.
Profil sosial dan ekonomi yang mapan ini lantaran dapil ini terdiri dari Kota Surabaya dan Sidoarjo yang merupakan pusat perekonomian di Jawa Timur. Sebanyak 3,53 juta jiwa terdata memiliki hak pilih untuk Pemilu 2019 mendatang. Dengan karakter warga perkotaan yang sudah mencapai taraf hidup baik, niscaya calon anggota legislatif dengan kompetensi juara saja yang akan dipilih.
Selain karena kematangan ekonomi, dapil ini juga sering dilirik lantaran banyak caleg berlatar selebritas yang mencalonkan diri di Jawa Timur I. Sejumlah nama beken, seperti Arzeti Bilbina dan Sundari Soekotjo (PKB), Ahmad Dhani (Partai Gerindra), Andre Hehanussa (PDI-P), serta Manohara Odelia dan Indra Maulana (Partai Nasdem), siap adu kecakapan dengan caleg lain.
Di antara keenam selebritas tersebut, hanya Arzeti yang pernah duduk di parlemen sebagai anggota DPR pengganti antarwaktu menggantikan Imam Nahrawi. Perolehan suara Arzeti pada Pemilu 2014 berada di peringkat ketujuh dengan 48.306 suara di dapil ini. Sayangnya, partai hanya mampu merebut satu kursi sehingga namanya tak lolos ke parlemen.
Arzeti menjadi satu dari delapan anggota DPR 2014-2019 yang maju kembali. Petahana lain yang kembali mencalonkan diri adalah Syaikhul Islam (PKB), Sigit Sosiantomo (PKS), Indah Kurnia (PDI-P), Adies Kadir (Partai Golkar), Bambang Haryo (Partai Gerindra), Lucy Kurniasari (Partai Demokrat), dan Sungkono (PAN).
Di antara kedelapan petahana, beberapa nama memiliki karakter yang menonjol. Syaikhul Islam, misalnya, masih berusia 33 tahun dan merepresentasikan sosok muda dari partai islam. Ia juga memperoleh suara terbanyak pada Pemilu 2014 silam, yaitu 91. 211 suara.
Selain Syaikhul, ada pula Lucy dan Sigit yang telah dua kali menjadi anggota DPR. Rekam jejak keterpilihan membuat jatah kursi yang diperebutkan tampak makin menipis. Petahana Sungkono juga telah menjadi anggota DPRD Kabupaten Sidoarjo selama dua periode, bahkan terakhir terpilih dengan perolehan suara kedua terbanyak.
Nama beken, petahana mumpuni, ataupun caleg baru bagaimanapun tetap memiliki peluang melenggang ke Senayan. Kecenderungan partai pemenang yang selalu berbeda selama tiga pemilu menandakan adanya dinamika dalam merebut suara.
Alih-alih hanya berbenderakan partai besar, caleg punya peluang untuk menonjolkan sosoknya guna meraih suara. Karakter warga kota yang sudah berada di level penghidupan yang baik juga menjadi peluang bagi caleg baru selama mampu menawarkan program kerja yang cerdas. (LITBANG KOMPAS)