Medali perak estafet 4x100 meter putra pada Kejuaraan Asia Atletik Remaja di Filipina, 2-3 Maret, mengobarkan semangat sprinter Riyan Adi Saputra (17) untuk terus berprestasi. Pelari asal Bandar Lampung itu ingin berprestasi setinggi-tingginya agar keberadaan dirinya diketahui kedua orangtuanya yang meninggalkan dirinya sejak usia 6 bulan.
”Cita-cita saya ingin mengibarkan bendera Merah-Putih di kejuaraan bergengsi internasional. Supaya orangtua saya tahu, bahwa saya ada. Saya ingin sekali bertemu dengan mereka,” ujar Riyan dengan mata berkaca-kaca saat diwawancarai Kompas seusai menjalani latihan rutin di pelatnas di Stadion Madya Senayan, Jakarta, Selasa (19/3/2019).
Riyan terlahir dari ibu bernama Partini dan ayah bernama Sugianto. Namun, saat usianya belum satu tahun, kedua orangtuanya pergi menitipkan dia ke kakek dan neneknya. Setelah itu, tidak pernah ada kabar sama sekali dari kedua orangtuanya. ”Saya tidak tahu ibu dan bapak pergi ke mana. Tapi, kata kakek dan nenek, kemungkinan besar mereka pergi ke luar negeri menjadi TKI (tenaga kerja Indonesia),” kata Ryan.
Bahkan, Riyan pun tidak pernah tahu bagaimana wajah kedua orangtuanya itu. Sebab, tak ada jejak foto kedua orangtuanya di rumah. Yang ada hanya akte kelahiran yang membuatnya tahu nama ibu dan bapak. Maklum, Ryan terlahir dari keluarga dengan ekonomi ke bawah.
Kakeknya yang bernama Tulus dan neneknya yang bernama Supriasi adalah buruh tani. Mereka sehari-hari kerja di ladang milik orang lain. Hasil ladang itu dibagi dua antara kakek-neneknya dan pemilik ladang. Dari penghasilan kakek-nenek itu, Riyan bisa sekolah dari SD hingga SMA.
Dari tingkat SD, Riyan sudah kenal dengan dunia atletik. Namun, masuk SMP, ia lebih tertarik main sepak takraw, sepak bola, dan futsal. Namun, pada kelas tiga SMP, ada pelatih atletik yang sedang mencari atlet lari. Pelatih tim futsalnya coba menawarkan Riyan ke pelatih atletik itu karena Riyan dinilai bisa berlari kencang seperti kijang.
Riyan pun datang untuk ikut tes lari 60 meter dan 300 meter. Baru latihan seminggu, pelatihnya yang bernama Andre Hariwibowo coba mengajak Riyan ikut Kejuaraan Daerah di Bandar Lampung pada 2017. Ternyata, Riyan berhasil menjadi juara di lari nomor 60 meter dan meraih peringkat kedua di lari nomor 300 meter.
Berawal dari juara itu, Riyan pun termotivasi untuk fokus di atletik. Dari situ, ia tersentak berpikir untuk berprestasi setinggi-tingginya agar keberadaannya diketahui kedua orangtua yang sudah lama pergi. ”Kalau saya bisa berprestasi tinggi di ajang bergengsi, mungkin saja banyak media yang meliput saya. Dari situ, siapa tahu orangtua saya lihat dan mau untuk menemui saya,” tutur Riyan.
Sepenuhnya dibantu
Sebagai keluarga kurang mampu, Riyan dihadapi dengan keterbatasan uang untuk ikut kejuaraan, terutama di luar Lampung. Beruntung, ia memiliki pelatih yang baik. Andre sepenuhnya membantu Riyan di dalam dan luar lapangan.
Dari Andre, Riyan mendapatkan sepatu yang layak, tambahan asupan nutrisi dari susu, hingga uang saku untuk ikut kejuaraan di luar Lampung. Adapun Riyan belum tercatat sebagai atlet daerah, terutama di PPLP Lampung. Untuk itu, ia belum mendapatkan uang saku dari daerah.
Padahal, Riyan sudah cukup banyak berprestasi. Antara lain, ia pernah juara di Kejurda Bandar Lampung 2017 dan 2018, juara di Pekan Olahraga Provinsi Lampung 2018, juara tiga di O2SN di Yogyakarta 2018, dan juara tiga di Jawa Timur Terbuka pada 2018.
”Kalau tidak ada coach Andre, saya tidak bisa ikut kejuaraan di luar Lampung. Bahkan, saat saya dipanggil pelatnas Februari lalu, coach Andre yang bantu uang saku dan ongkos saya untuk naik bus dari Lampung ke Jakarta,” ujar Riyan yang waktu terbaiknya di nomor 100 meter 10,90 detik.
Kini, mimpi Riyan untuk menjadi atlet nasional dan merebut juara di kejuaraan bergengsi internasional kian terbuka. Setidaknya, dengan masuk pelatnas, kesempatan ia bertanding ke luar negeri akan lebih sering. Bahkan, pada Kejuaraan Atletik Asia Tenggara Remaja di Filipina 2-3 Maret lalu, ia turut meraih perak bersama tim estafet 4x100 meter putra. Itu adalah kejuaraan internasional pertamanya.
Adapun Riyan adalah satu dari 12 atlet remaja (7 putra dan 5 putri) yang direkrut oleh pelatnas baru-baru ini. ”Secara teori hasil tes, para atlet remaja kali ini punya potensi untuk bersaing di masa depan. Mereka punya kelebihan pada intensitas kecepatan yang cukup baik. Asal mereka bisa menjaga kedisplinan, rendah diri, dan terus bersikap baik di dalam dan luar lapangan, mereka bisa menjadi atlet berprestasi di masa depan,” ujar pelatih kepala sprint PB PASI Eni Nuraini.