Perebutan Suara Rasional di Dapil Perkotaan, Jawa Barat I
Daerah pemilihan Jawa Barat I yang mencakup Kota Bandung dan Kota Cimahi adalah arena politik orang kota. Pertarungan politik di wilayah dengan jumlah pemilih tidak kurang dari 2,1 juta orang ini akan sangat dinamis.
Pemilih dalam menentukan pilihan politiknya sedikit banyak dilatarbelakangi oleh kondisi sosial ekonominya. Dalam hal ini, kondisi perekonomian wilayah dapil Jawa Barat I terbilang sangat baik.
Demikian pula dengan tingkat pengetahuan dan akses informasi masyarakatnya yang juga sudah memadai. Dapil Jawa Barat I ini masuk dalam lima besar dapil dengan angka Indeks Pembangunan Manusia Tertinggi (skor 78,63).
Baca juga: Ujian Eksistensi Caleg laki-Laki
Karakter wilayah perkotaan sangat kental tergambar jika dilihat dari sisi perekonomian. Produk Domestik Regional Bruto dapil ini mencapai Rp 241,58 triliun. Angka ini berada jauh di atas rata-rata 80 dapil, sekaligus juga menempatkan Jawa Barat I dalam kelompok dapil terkaya. Angka kemiskinan di dapil ini pun terbilang kecil, yakni sekitar 4,97 persen.
Sementara itu, rata-rata pertumbuhan ekonomi di dapil ini dalam lima tahun terakhir menyentuh lebih dari 6,5 persen. Sektor perdagangan, jasa, dan perindustrian menjadi penyokong ekonomi dapil ini. Ini merupakan salah satu ciri kuat daerah urban.
Perpolitikan di dapil ibu kota Parahiyangan ini pun berlangsung dinamis seperti yang terlihat dalam pesta demokrasi yang sudah dihelat sebelum 2019 ini. Catatan politik menunjukkan, dalam tiga pemilu terakhir, dapil Jawa Barat I selalu menghadirkan pemenang partai politik yang berbeda.
Pada pemilu 2004, PKS berhasil keluar sebagai partai pemenang di dapil ini dengan perolehan suara lebih dari 317.000 (20 persen). Padahal, ketika itu partai yang berlandaskan nilai Islam ini baru pertama kali ikut dalam pesta demokrasi.
Namun, PKS tidak dapat mempertahankan gelar jawaranya. Lima tahun kemudian Demokrat berhasil merebut kemenangan di dapil perkotaan ini dengan raihan suara mencapai 527.000 lebih (39 persen). Perolehan suara Demokrat jauh lebih unggul dibanding suara PKS pada pemilu sebelumnya.
Kondisi serupa kembali terulang di Pemilu 2014. Lagi-lagi dapil dengan keterwakilan tujuh kursi di legislatif pusat ini menghasilkan partai pemenang yang berbeda. Kali ini PDIP yang sukses menggeser suara pesaing dan keluar sebagai juara dapil. “Partai Banteng” ini mendapat perolehan suara lebih dari 329.000 pemilih.
Tiga rekam jejak hasil pemilu tersebut semakin menegaskan karakter pemilih di wilayah ini yang cukup realistis. Faktor kondisi perekonomian dan sosial wilayah yang cukup maju, sedikit banyak telah membentuk perspektif politik masyarakat yang realistis karena akses informasi untuk pendidikan politik masyarakat cukup memadai.
Secara garis besar, tipologi pemilih terbagi atas pemilih realistis dan ideologis. Tipe pemilih realistis akan berorientasi pada konsep kebijakan ataupun program kerja yang dibawa para politisi. Karakter pemilih di dapil ini cukup kritis terhadap visi misi ataupun program kerja sebagai pertimbangan dalam menentukan pilihan. Model pemilih semacam ini cukup mendominasi di wilayah politik Jawa Barat I. Sehingga, memang sangat mungkin pilihan politik masyarakat di dapil ini terus berubah-ubah.
Sebaliknya, tipe pemilih ideologis lebih berorientasi pada subjektivitas seperti faktor kedekatan, keluarga, hingga kesamaan suku, ras, maupun agama tidak begitu kentara di wilayah Jawa Barat I. Meskipun sebuah partai mampu mendominasi suara pada suatu pesta demokrasi, kemungkinan suara partai tersebut goyang dan berbalik pada pemilu selanjutnya bisa saja terjadi.
Hal ini disebabkan tidak adanya akar rumput partisipan politik yang terbangun kuat. Pemilih reaslistis di dapil ini cenderung akan menunggu dan menentukan pilihan saat masa sosialisasi para petarung dimulai. Mereka akan menilai tawaran politik para calon dalam menjawab persoalan daerah sebagai pertimbangan pilihan.
Jika dilihat lebih lanjut, partai yang unggul di dapil ini linear dengan partai pemenang di tingkat nasional – tahun 2009 Demokrat dan 2014 PDIP. Lalu akankah hal ini terus berlanjut di 2019. Bisa saja. Namun, juga sangat mungkin kembali berubah. Dapil ini adalah wilayah dengan perebutan suara rasional, sehingga persaingan gagasan akan sangat dikedepankan.
Pertarungan di dapil Jawa Barat I akan bergulir sengit didukung dengan tingkat partisipasi pemilih yang cukup tinggi (sebesar 75,36 persen pda Pemilu 2014). Masing-masing partai berkesempatan merebut suara, sekalipun partai ataupun caleg merupakan pendatang baru. Untuk merebut suara rasional di dapil ini, para petarung politik harus memenangkan pemilih dengan tawaran politik yang logis dan dapat menjawab persoalan. (LITBANG KOMPAS)