Tokoh Lintas Agama Kecam Aksi Teror di Selandia Baru
Oleh
Hendriyo Widi
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Para tokoh agama dan penggiat masyarakat sipil Indonesia menyatakan kesedihan dan mengecam aksi terorisme yang menewaskan 50 orang di dua masjid yang terletak di kota Christchurch, Selandia Baru, Rabu (20/3/2019). Mereka juga mengecam kalangan yang memanfaatkan teror ini untuk menyebarkan kebencian.
Pengecaman dan imbauan itu disampaikan dalam pernyataan sikap. Ada 66 tokoh yang ikut merumuskan pernyataan sikap itu. Mereka di antaranya Ketua Umum Perwakilan Umat Buddha Indonesia Hartati Murdaya Poo, rohaniwan dan budayawan Frans Magnis Suseno, sutradara Garin Nugroho, mantan Rektor Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Komaruddin Hidayat, serta pendiri Walubi dan aktivis sosial Biksu Jayamedho.
Para tokoh merumuskan enam poin sikapnya. Pernyataan sikap pertama adalah kesedihan mendalam yang turut dirasakan dan diwujudkan dengan pengiriman doa dan belasungkawa kepada keluarga korban. Dengan langkah ini, diharapkan keluarga korban dapat tabah dan lebih kuat menghadapi rasa kehilangan akibat aksi teror itu.
”Kami semua bersama kalian dalam kesedihan ini,” begitu ungkapan para tokoh agama dalam siaran pers pernyataan sikap penolakan segala bentuk terorisme dan kekerasan yang diterima Kompas, Rabu (20/3/2019) malam.
Selain menyatakan kesedihan, para tokoh juga mengecam teror tersebut. Mereka yakin, tindakan teror itu berlawanan dengan doktrin dan ajaran moral dalam semua agama dan kepercayaan. Asas pokok ajaran semua agama adalah perdamaian, kasih sayang sesama manusia, serta saling memahami dan mengenal antarsemua golongan. Aksi teror itu dianggap sebagai perilaku antimanusia.
Teror itu berlawanan dengan doktrin dan ajaran moral yang dalam semua agama dan kepercayaan. Asas pokok ajaran semua agama adalah perdamaian, kasih sayang sesama manusia, serta saling memahami dan mengenal antarsemua golongan. Aksi teror itu dianggap sebagai perilaku antimanusia.
Para pembuat pernyataan juga meyakini, teror tersebut bukanlah tindakan yang asal. Ini dibuktikan dalam manifesto yang secara terang-terangan disiarkan oleh pelaku.
Teror itu juga diyakini timbul dari sikap fobia terhadap Islam dan kebencian kepada imigran atau xenofobia. Akibatnya, para tokoh menyatakan bahwa fobia terhadap Islam dan xenofobia merupakan ideologi dan cara pikir yang sesat serta berbahaya bagi kemanusiaan. Mereka mengecam fobia itu.
Pengecaman dan penolakan juga dinyatakan pada upaya sebagian kalangan untuk manfaatkan aksi teror ini untuk menyebarkan kebencian. Penyebaran ditujukan terutama untuk umat non-Muslim atau dunia Barat, sebagaimana tersebar di media sosial. Penyebaran kebencian semacam itu akan menciptakan lingkaran kebencian yang tiada habisnya.
Pengecaman dan penolakan juga dinyatakan pada upaya sebagian kalangan untuk manfaatkan aksi teror ini untuk menyebarkan kebencian.
Dalam pernyataan sikap, penolakan juga ditujukan bagi pihak yang memanfaatkan teror ini dalam aksi politik. ”Kami juga menolak aksi ini digunakan sebagai komoditas politik,” kata para tokoh agama dalam pernyataan sikap poin keempat.
Selain itu, para tokoh agama mengucapkan penghargaan kepada Perdana Menteri Selandia Baru Jacinda Ardern yang bersimpati dan memberi dukungan kepada umat Islam di negerinya. Ardern juga dengan tegas menolak ideologi kebencian yang menjadi motif di balik aksi teror ini.
Penghargaan serupa diberikan kepada Perdana Menteri Australia Scott Morrison, yang dengan cepat merespons pernyataan salah seorang senator di negerinya yang jelas-jelas memberikan simpati kepada tindakan teror itu. Sikap tegas seperti ini akan mengirim sinyal baik kepada dunia bahwa dunia Barat tidak memusuhi umat Islam.
Penghargaan juga mereka berikan kepada Pemerintah Indonesia melalui Menteri Luar Negeri Retno Marsudi. Retno dinilai tegas mengutuk tindakan teror ini.
Seperti yang diketahui, selain menyebabkan 50 orang meninggal, puluhan orang lainnya juga terluka dan membutuhkan perawatan intensif. Hingga kini, solidaritas dari sejumlah kalangan dan negara mengalir untuk korban dan umat Islam di Selandia Baru. (SITA NURAZMI MAKHRUFAH)