JAKARTA, KOMPAS – Kedua tim kampanye pasangan calon peserta Pemilu Presiden 2019 meyakini calon wakil presiden yang diusung mampu menggaet pemilih dari semua tingkatan pendidikan. Meski demikian, untuk terus mendorong elektabilitas, peran cawapres akan semakin dioptimalkan terutama lewat kampanye rapat umum dan debat di televisi.
Juru Bicara Tim Kampanye Nasional (TKN) Joko Widodo-Ma\'ruf Amin Ace Hasan Syadzily mengatakan, keberadaan Ma\'ruf sebagai pasangan Jokowi memberikan kontribusi yang siginifikan bagi elektabilitas pasangan, secara khusus bagi pemilih berpendidikan menengah ke bawah. Dengan membawa pesona Jokowi yang terkenal dekat dengan rakyat, menurut Ace, pesona itu pula yang saat ini lekat dengan Ma\'ruf.
"Pak Kyai Ma’ruf (Amin) terus kampanye berkeliling ke daerah-daerah, sama seperti kerja Jokowi yang terjun langsung ke rakyat. Beliau menemui masyarakat dan bersilaturahmi ke kantong-kantong suara yang dinilai masih lemah," kata Ace saat dihubungi di Jakarta, Jumat (22/3/2019).
Berdasarkan survei Litbang Kompas terbaru, memang ada perbedaan profil pendukung kedua cawapres di tingkat pendidikan. Pendukung Ma\'ruf mayoritas berpendidikan menengah ke bawah (87,4 persen). Sementara itu, pendukung Sandiaga Uno terbanyak adalah berpendidikan menengah dan tinggi (65,8 persen).
Survei dilakukan pada periode 22 Februari-5 Maret 2019 dengan melibatkan 2.000 responden di 34 provinsi dengan margin of error +/- 2,2 persen. Itu berarti sebelum pelaksanaan debat ketiga Pemilihan Presiden 2019 berlangsung, yang mempertemukan antara kedua cawapres.
Ace menepis anggapan lemahnya dukungan pemilih berpendidikan menengah ke atas kepada Amin. Menurut dia, melalui debat ketiga pada 17 Maret lalu, Ma\'ruf telah menunjukkan pesonanya yang lebih baik dibandingkan Sandi lewat visi-misi Jokowi-Ma\'ruf.
"Dari segi pengalaman dan kemampuan, tentu Abah Kyai Ma’ruf lebih unggul. Beliau sangat kompeten, menguasai masalah, dan mampu menjelaskan visi dan misinya secara baik. Saya yakin kelompok kelas menengah yang pada awalnya menganggap enteng Abah Kyai Ma’ruf, tetapi setelah penampilan debat itu mereka menjadi terpengaruh," kata Ace.
Peran Ma\'ruf akan terus dioptimalkan di setiap kampanye rapat umum dan debat selanjutnya. Selain itu, lanjut Ace, peran Amin akan difokuskan untuk menjaga serangan pihak-pihak yang selalu melontarkan kampanye hitam kepada Jokowi.
"Isu agama yang memapar semua kalangan ini akan coba diredam dengan keberadaan Abah Kyai Ma’ruf yang memiliki otoritas keagamaan yang sangat kuat," tuturnya.
Optimistis
Sementara itu, kubu Prabowo Subianto-Sandi juga tetap optimistis dapat menjaring pemilih berpendidikan menengah ke bawah meski saat ini masih didominasi Amin.
Anggota Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo-Sandi Ahmad Riza Patria mengatakan, dengan segala visi-misi Sandi mulai dari penyediaan lapangan kerja dan menjaga stabilitas harga bahan pokok, hal itu dirasa menarik untuk menggaet pemilih berpendidikan menengah ke bawah.
"Sekarang ini karena pada zaman Jokowi sembako naik dan lapangan kerja susah, mereka, kan, pasti kecewa. Saat itulah, Sandi akan memberikan harapan baru untuk bisa memberikan kesejahteraan bagi mereka," kata Riza.
Selain itu, lanjut Riza, Sandiaga yang dikenal di kalangan milenial akan terus digaungkan dalam setiap kampanye ke depan. Apalagi, hampir 45 persen pemilik suara pada Pemilu 2019 berada pada rentang usia 17-36 tahun. Suara itulah yang akan dijaga Sandi dengan memberikan harapan kemudahan membuka lapangan kerja dan peningkatan produktivitas atau keterampilan bagi mereka yang baru lulus sekolah menengah kejuruan (SMK).
"Sandiaga yang berlatar belakang pengusaha ini akan semakin dipercaya jika membicarakan soal peluang pembukaan lapangan kerja baru. Jadi tak heran kalau sekarang kalangan berpendidikan tinggi tertarik melihat sosok Sandiaga," ujarnya.